Like Us Facebook

Risalah Hari Raya Qurban

 


Idul Qurban adalah merayakan pengorbanan. Pengorbanan yang layak dirayakan adalah pengorbanan transenden, pengorbanan yang mendekatkan.



Oleh: Anas Fariq Al-Hakim

Kurban adalah kata serapan dari bahasa Arab, qurban (قربان) yang bermakna itsar, yakni pengorbanan. Kata kurban atau qurban berakar kata qurb (قرب) yang artinya dekat. 


Dalam kaitannya dengan Idul Kurban, kurban adalah pengorbanan yang mendekatkan diri pada Tuhan, yakni pengorbanan transenden.

 

Dengan ini, persekongkolan jahat dan bahu-membahu dalam keburukan, tidak termasuk Qurban, betapapun di dalamnya ada yang dikorbankan. Pengorbanan yang tak berbuah kedekatan (qurb), adalah kerugian.

 

Hari Raya Qurban adalah keindahan yang berpadu dengan keagungan. Pengorbanan adalah keagungan, sedangkan kedekatan pada-Nya adalah keindahan. 


Artinya, jika anda ingin menikmati indahnya kedekatan, maka jangan hindari agungnya jalan pengorbanan. 


Bukankah hitam rambut Laila menutupi putih wajahnya? Begitulah, ada keindahan di balik keagungan, ada terang fajar di balik gelap malam, inna ma'al 'usri, yusra (Al-Insyiroh: 5-6).

 


Pengorbanan yang layak dirayakan 

Idul Qurban adalah merayakan pengorbanan. Pengorbanan yang layak dirayakan adalah pengorbanan transenden, pengorbanan yang mendekatkan. Pengorbanan nir kedekatan adalah kekonyolan yang harus ditangisi.

 

Kemudian, pengorbanan berkonotasi minus. Berkorban berarti ada yang berkurang. Ditarik konklusi, Idul Qurban adalah merayakan berkurang atau bahkan lepasnya sesuatu yang dimiliki. 


Tentu, yang dimaksud adalah berkurang yang bertambah. Seperti logika zakat atau sedekah, berkurang namun bertambah. Kebalikannya, logika riba, bertambah tapi berkurang. Firmannya;

 

يَمْحَقُ اللّٰهُ الرِّبٰوا وَيُرْبِى الصَّدَقٰتِ ۗ 

 

Artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah". (QS. Al-Baqarah: 276).

 

Secara lahiriah, riba adalah penambahan kuantitas harta materi. Namun dari sisi maknawi, riba adalah pengurangan level eksistensial diri.

 

Pun, secara lahiriah, sedekah mengurangi harta anda. Namun, meningkatkan level jiwa anda secara maknawi. Jangan berharap harta akan kembali berlipat ganda dengan bersedekah. Itu mungkin, tapi tidak niscaya. Jangan mau dikibuli tukang kibul berjubah yang berkata, sedekahkan motor Anda, maka yang kembali pada anda adalah mobil.

 

Sekali lagi, logika sedekah adalah mengurangi materi untuk menaikkan level eksistensial diri menuju level kedekatan. Sedekah adalah mengurangi kenikmatan materi demi kesempurnaan jiwa. Begitu pola dagang Tuhan, perdagangan metafisik; keluarkan materi, maka anda akan diberi yang lebih bernilai, yaitu non materi.

 

Tapi, bagaimana bisa mendaki tangga eksistensi, bila anda takut dan enggan mengurangi kenikmatan materi. Bagaimana bisa menikmati indahnya ibadah dan pengetahuan, bila anda tidak berani mengurangi nikmatnya tidur malam. Bagaimana bisa berkorban, bila anda takut dengan ancaman kelaparan, apatahlagi kematian.

 

Pengorbanan adalah super kebaikan. Jika anda memiliki banyak harta misalnya, lalu anda sedekahkan sebagiannya, itu kebaikan biasa. Juga, jika anda memberikan sesuatu yang sudah tidak anda gunakan, itu  kebaikan ekstra biasa. Pengorbanan lebih dari itu, ia adalah super kebaikan.

 

Pengorbanan adalah jangan katakana, "Saya juga sedang butuhkan, saya juga lagi gunakan". Pengorbanan adalah engkau berikan air pada yang kehausan, saat matamu berkunang dicekik dahaga. 


Pengorbanan adalah engkau sajikan hidangan pada yang kelaparan, saat dirimu gemetar menahan lapar. Pengorbanan adalah kau pilih mati demi hidupnya kebenaran dan gerakan pencerahan, walau engkau juga ingin hidup nyaman.

 

Jadi, siapkan pengorbanan terbaik anda. Lalu, rayakan. Korbankan ego (ananiah) anda sebelum mengorbankan yang lainnya. Apalah artinya menyembelih binatang ternak di luar diri jika peternakan diri telah diambil alih oleh ribuan binatang ternak dalam diri. Terakhir, jangan lupa senandungkan Firman kudus ini:

 

Wa yu-tsiruuna 'alaaa angfusihim walau kaana bihim khoshooshoh (59: 9). Wa yuth'imuunath-tho'aama 'alaa hubbihii miskiinaw wa yatiimaw wa asiiroo (76: 8). Robbanaa taqobbal minnaa, innaka angtas-samii'ul-'aliim (2: 127)


Posting Komentar

0 Komentar