Cinta tanah air yang beliau tekankan adalah kecintaan yang dibangun atas dasar persatuan dan solidaritas antar sesama manusia, yang dengannya ada semangat tanpa pamrih untuk melindungi dan memajukan negeri.
Oleh: Kafa Billah
Cinta tanah air adalah perasaan
yang melekat di dalam diri setiap manusia, tidak terkecuali Baginda Nabi
Muhammad saw.
Beliau mengakui
hal ini di hadapan malaikat Jibril as. saat perjalanan jauh dari Makkah ke
Madinah.
Di tengah
perjalanan, beliau memandang Makkah yang sudah tertinggal jauh di belakang. Malaikat
Jibril pun bertanya kepada beliau, “Apakah
engkau merindukan tanah kelahiran?” Nabi pun
menjawab, “Iya”.
* * *
Atas
kejadian itu, Allah Swt.
menghibur Baginda Nabi saw. dengan menurunkan wahyu surah Al-Qashash ayat 85,
اِنَّ الَّذِيْ فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ
لَرَاۤدُّكَ اِلٰى مَعَادٍۗ قُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ مَنْ جَاۤءَ بِالْهُدٰى
وَمَنْ هُوَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ٨٥
Artinya: “Sesungguhnya
yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan
mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: "Tuhanku mengetahui
orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata". (QS. Al-Qashash: 85)
Syekh Ismail Haqiqi menjelaskan bahwa ayat di atas memberikan isyarat bahwa
mencintai tanah air merupakan bagian dari iman
Kemudian, tidak hanya mencintai tanah
kelahirannya, Nabi Muhammad saw. juga menunjukkan kecintaannya terhadap Madinah, tempa beliau
tinggal hingga akhir hayatnya. Sebagaimana hadits yang tertera di dalam kitab Shahih
Al-Bukhori,
كان اِذا قدِم ِمن سفر الى جُدْران المدينة اوضعَ راحلته واِنْ كان
على دابَة حرَّكها مِنْ حبِّها
Artinya: “Ketika Rasulullah pulang dari
bepergian dan melihat dinding kota Madinah, maka beliau mempercepat laju
untanya, dan bila mengendarai tunggangan (seperti kuda), maka beliau
gerak-gerakkan karena cintanya pada Madinah”.
Dari hadits ini, Syekh Ibnu Hajar Al-'Asqalani
menegaskan:
و فى الحديث دلالة على فضل المدينة وعلى مشروعية الحب المواطن والحنين
اليه
Artinya: “Dalam hadits itu terdapat
petunjuk atas keutamaan Madinah dan disyariatkannya mencintai tanah air serta
merindukannya.”
* * *
Kemudian, perlu dipahami bahwasanya cinta tanah air yang
disyariatkan oleh Nabi Muhammad saw. bukanlah nasionalisme, kapitalisme ataupun materialisme, dimana kesetiaan terhadap
tanah air hanya berorientasi pada untung rugi dan kepentingan sesaat.
Cinta tanah air yang beliau tekankan
adalah kecintaan yang dibangun atas dasar persatuan dan solidaritas antar sesama
manusia, yang dengannya ada semangat tanpa pamrih untuk melindungi dan
memajukan negeri.
Sebagaimana diterangkan oleh Syekh
Muhammad Ibnu `Alan Ash-Shidiqi sebagai berikut:
“Sebagaimana ulama` mengatakan
yang dimaksud dengan hadits cinta tanah air adalah sebagian dari iman adalah
sepatutnya bagi orang yang sempurna imannya untuk memakmurkan tanah airnya
dengan amal sholeh dan kebajikan”
Demikianlah hukum mencintai tanah air
berdasarkan hadits
Nabi dan beberapa pendapat ulama.
Referensi:
- Ismail Haqqi bin Musthofa al-Istanbuli, Ruh al-Bayan, juz. 6
- Muhammad bin 'Alan ash-Shidiqi, Dalil al-Falihin li Thuruq Riyadh ash-Shalihin, juz. 4
0 Komentar