Syekh Mahfudz berharap dengan adanya kitab ini akan menambah khazanah keilmuan madrasah di Jawa, dan mampu menelurkan para ulama yang ahli dalam bidang 'Ulum al-Hadits.
Oleh: M. Ryan Romadhon
Mempelajari hadits sangatlah penting bagi kalangan pelajar Muslim, sebab hadits merupakan hujjah tertinggi setelah Al-Qur'an.
Salah satu karya monumental yang membahas
mengenai ilmu tersebut adalah karya Syekh Mahfudz at-Turmusy yang berjudul
Manhaj Dzawin Nadhor.
* * *
Manhaj Dzawin Nadhor adalah sebuah kitab syarah nadzom Alfiyah Hadits karya Imam as-Suyuthi yang di dalamnya berbicara tentang ilmu Hadits dan ilmu Mustholah Hadits.
Mengenai nadzom Alfiyah-nya ini, sang
pengarang, yakni Imam as-Suyuthi ingin menyumbangkan buah pikirannya dalam ilmu
Hadits, karena ilmu Hadits adalah sebuah ilmu yang sangat penting yang berguna
untuk mengetahui kualitas sebuah hadits shohih, hasan, dan dho'if.
Agar pemikiran Imam as-Suyuthi tentang ilmu Hadits yang tertuang dalam nadzom-nya dapat dipahami dan diakses dengan mudah, maka diperlukan syarah untuk menjelaskannya, dalam konteks inilah, kitab Manhaj Dzawin Nadhor yang merupakan syarah atas Alfiyah Hadits Imam as-Suyuthi menemukan relevansinya.
Bahkan, syarah Syekh Mahfudz atas kitab tersebut diakui oleh
banyak ulama, bukan hanya di Nusantara saja, tetapi Internasional sebagai syarah terbaik dalam memahami pikiran-pikiran Imam as-Suyuthi tersebut.
Tujuan Penulisan Kitab Manhaj Dzawin Nadhor
Kitab Manhaj Dzawin Nadhor mulai ditulis di Makkah pada
awal bulan Dzulhijjah tahun 1328 H, dan selesai pada hari Jumat tanggal 14 Rabi’ul
Akhir pada tahun 1329 H. Dengan kata lain, kitab tersebut ditulis hanya dalam
waktu 4 bulan 14 hari.
Adapun tujuan utama Syekh Mahfudz dalam menulis kitab tersebut adalah untuk mendapatkan ridho dari Allah Swt.
Selain itu, Syekh Mahfudz juga
berharap dengan adanya kitab ini akan menambah khazanah keilmuan yang ada di
madrasah dan lembaga keilmuan di Jawa, dan mampu menelurkan para ulama yang
ahli dalam bidang 'Ulum al-Hadits.
Isi Kitab Manhaj Dzawin Nadhor
Dalam kitabnya
ini ada sekitar 81 cabang pembahasan. Beliau menjelaskan ulang beberapa cabang
yang sudah dikelompokkan oleh Imam as-Suyuthi menjadi satu tentang Al-Gharib
wal Gharib wa Al-Mustafizh wal Mutawatir dengan pembahasan yang
terpisah, supaya lebih dapat dipahami lagi.
Kelebihan Kitab Manhaj Dzawin Nadhor
Kitab karya Syekh Mahfudz at-Tarmasi ini merupakan kitab yang sangat autentik.
Keautentikan kitab Manhaj Dzawin Nadhor ini terbukti dengan sanadnya Syekh Mahfudz at-Tarmasi dalam meriwayatkan Alfiyah hingga sambung kepada pengarang aslinya, Imam as-Suyuthi.
Beliau mendapatkan sanad tersebut dari dua jalan gurunya, yaitu Syekh
Muhammad Syatha al-Makky dan Syekh Muhammad Amin Ibnu Ahmad al-Madini. Hal ini disampaikan lengkap dalam kitab beliau setelah menyampaikan
khutbah dalam mukadimahnya.
Selain itu, kelebihan yang lainnya adalah sistematika pembahasan yang dipakai Syekh Mahfudz dalam menulis kitab Manhaj Dzawin Nadhor ini sangatlah argumentatif.
Beliau mengutip ayat Al-Qur'an sebagai penguat. Contohnya ketika Syekh Mahfudz
mensyarahi kata Ash-Shahabah,
نوع "معرفة الصحابة" : (و هم) اى
الصحابة رضي الله تعالى عنهم (عدول كلهم) سواء من لابس الفتن وغيرهم (لا يشتبه)
لقوله تعالى "وكذالك جعلناكم امة وسط" الاية : اى عدولا.
Contoh di atas adalah bukti bahwa Syekh Mahfudz menggunakan potongan ayat Al-Qur'an وكذالك جعلناكم امة وسط untuk memperkuat syarahnya (hal. 266).
Selain menggunakan dalil al-Qur’an, beliau juga mengutip beberapa hadits sebagai penguat atau digunakan sebagai contoh.
Contohnya ketika beliau menjelaskan masalah Riwayah
Al-Aqran. Yaitu ketika menyarahi bait وفي الصحاب اربع في سند. Syekh Mahfudz menulis:
قال الترمسى : (و) جد (في الصحاب اربع) يروي
بعضهم عن بعض (في سند) لمتن واحد : كحديث الزهري عن السا ئب بن يزيد عن حويطب بن
عبد العزى عن عبدالله بن السعدي عن عمر بن الخطاب مرفوعا ما جاءك الله به من هذا
المال من غير اشراف ولا سؤال فخذه, وما لا, فلا تتبعه نفسك
Dalam syarahnya, Syekh Mahfudz menuliskan hadits dengan sanadnya sebagai penjelasan dari masalah Riwayah Al-Aqran (hlm: 287).
Ketika mengutip
hadits, beliau adakalanya men-takhrij dengan sanad dan nilai hadits, adakalanya
juga tanpa di-takhrij dan tanpa disebutkan sanadnya.
Contoh salah satunya seperti syarahnya pada نوع اداب طالب
الحديث terdapat hadits
yang tidak disebutkan sanadnya قال الترمسي : كفى بالمرء كذبا ان يحدث بكل ما
سمع (hal. 229).
Referensi:
- Muhammad Mahfuzh Al-Tarmasi, Manhaj Dzawi al-Nazhor, Dar al-Fikr, hal. 40-46
- https://www.dutaislam.com/2020/09/kitab-manhaj-dzawin-nadzhar-pdf-dan-ketawadluan-syaikh-mahfudz-tremas.html, diakses pada 23 Juli 2023.
0 Komentar