Like Us Facebook

Peran Walisongo dalam Penyebaran Islam di Indonesia


Dengan berbagai metode dakwah serta keteladanan Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Indonesia, mereka berhasil membentuk masyarakat yang berakar kuat dalam ajaran Islam. 



Oleh: Fikri Allifudin

Kebanyakan dari kita pasti sudah pernah mengetahui, siapa walisongo itu? Walisongo adalah sebutan bagi sembilan orang wali yang berperan menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.


* * *


Wali Songo memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia. 

Bagaimana tidak, selama tujuh abad lamanya, sejak abad ke-7 hingga abad ke-14 Islam telah ditolak oleh masyarakat di Indonesia, khususnya di wilayah pulau Jawa.

Lantas, bagaimana keteladanan Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia dan apa saja strategi dakwah yang dilakukan Wali Songo sehingga membuahkan hasil yang gemilang seperti itu? Mari simak ulasan berikut ini.

 

Kisah Walisongo dalam Menyebarkan Agama Islam di Indonesia

Di bagian awal telah disebutkan bahwa sebutan Walisongo ditujukan pada sekumpulan tokoh penyebar agama Islam pada abad ke-15 hingga abad ke-16 yang merupakan tonggak terpenting dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia.

Dikatakan tonggak terpenting dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia, karena strategi penyebarannya dijalankan melalui aspek-aspek budaya yang telah lama dianut masyarakat dan kebudayaan setempat.

Wali Songo merupakan kata majemuk yang berasal dari kata Wali dan Songo. Kata Wali berasal dari bahasa Arab, yakni suatu bentuk singkatan dari waliyullah, yang memiliki arti “Orang yang mencintai dan dicintai Allah”. 

Sedangkan kata Songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti “Sembilan”. Jadi, Wali Songo berarti “Wali Sembilan”, yaitu sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah.


Baca Juga:  Profil Singkat Nahdlatul Ulama’ yang Tengah Memperingati Harlah Satu Abadnya


Nama-nama Walisongo dan Asalnya

Berikut adalah nama-nama beserta urutan Walisongo:

  1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) - Menurut catatan Stamford Raffles dalam The History of Java, beliau berasal dari Arab. Sementara menurut J.P. Moquette beliau berasal dari Iran.
  2. Sunan Ampel (Raden Rahmat) – berasal dari negeri Champa.
  3. Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum Ibrahim) – berasal dari Rembang.
  4. Sunan Drajat (Raden Qosim) – berasal dari Gresik.
  5. Sunan Giri (Muhammad Ainul Yakin) – berasal dari Blambangan yang sekarang dikenal dengan Banyuwangi.
  6. Sunan Kalijaga (Raden Sahid) – berasal dari Tuban.
  7. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq) – berasal dari Al-Quds, Palestina.
  8. Sunan Muria (Raden Umar Said) – nama sunan muria sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung (Gunung Muria), yang terletak di sebelah utara kota Kudus.
  9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) – berasal dari Cirebon.

Mereka dipandang sebagai pelopor dari sejumlah besar mubaligh Islam yang bertugas mengadakan dakwah di daerah-daerah yang belum memeluk Islam di Jawa.

 

Metode Dakwah Walisongo

Cara dakwah Walisongo dan metode dakwah Walisongo yang diterapkan ke masyarakat pun berdeba-beda. 

    Nah, berikut ini adalah penjelasan mengenai peran dan metode dakwah berdasarkan urutan Walisongo dalam penyebaran Islam di Indonesia:


  • Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik menyebarkan Islam di wilayah Gresik, Jawa Timur. Metode dakwah Sunan Gresik menggunakan cara pergaulan yang baik dengan masyarakat sekitar. 

    Budi pekerti dan ramah tamah selalu diperlihatkan saat pergaulan sehari-hari dengan masyarakat. Beliau juga mengajarkan cara bercocok tanam ke masyarakat untuk mengambil hatinya.

Tokoh Walisongo yang pertama mendirikan pesantren adalah Sunan Gresik. Tidak sedikit yang menjuluki beliau sebagai bapak pesantren di Jawa. 

Beliau juga mendirikan Masjid pertama kali di Desa Pasucian, Manyar. Masjid itulah yang kemudan dijadikan sarana dakwahnya. Hingga saat ini, Masjid Pesucian diyakini sebagai masjid tertua di pulau Jawa.


  •   Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Raden Rahmat adalah putra Syaikh Maulana Malik Ibrahim dari istrinya bernama Dewi Candrawulan. Beliau membangun pondok pesantren di Ampel Denta di Surabaya untuk menyebarkan ajaran Islam

Melalui pesantren Ampel Denta, Sunan Ampel mendidik kader-kader penggerak dakwah Islam seperti Sunan Giri, Raden Patah, Raden Kusen, Sunan Bonang, dan Sunan Drajat.

Selain itu, Sunan Ampel juga menyebarkan ajaran Islam melalui metode perkawinan, yakni dengan cara menikahkan juru dakwah Islam dengan putri-putri penguasa. 

Beliau membentuk keluarga-keluarga Muslim dalam suatu jaringan kekerabatan yang menjadi cikal-bakal dakwah Islam di berbagai daerah. 

Sunan Ampel sendiri menikahi putri Arya Teja, Bupati Tuban, yang juga merupakan cucu dari Arya Lembu Sura Raja Surabaya yang Muslim.


  •       Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim)

Sunan Bonang dikenal sebagai tokoh Wali Songo yang ulung dalam berdakwah dan menguasai berbagai macam ilmu dan kedigdayaan. 

    Sunan Bonang menyebarkan Islam mulai dari Kediri hingga ke berbagai pelosok Pulau Jawa. Beliau memiliki kebiasaan berkelana ke daerah terpencil untuk menyebarkan Agama Islam.

Sunan Bonang dikenal mengajarkan Islam melalui wayang, tasawuf, tembang, dan sastra sufistik. Karya sastra sufistik yang digubah Suan Bonang dikenal dengan nama Suluk Wujil. 

Dalam berdakwah, Sunan Bonang dikenal sering menggunakan wahana kesenian dan kebudayaan untuk menarik simpati masyarakat. Salah satunya dengan perangkat gamelan Jawa yang disebut bonang.

Selain itu, beliau juga dikenal sebagai dalang yang membahas ajaran rohani lewat pergelaran wayang dan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kesenian dan kesustraan Jawa. 

Sunan Bonang juga dikenal sebagai penggubah tembang-tembang Jawa dan membuat berbagai jenis gending untuk berdakwah.

Selain dikenal pandai menggubah tembang-tembang Jawa, Sunan Bonang juga dikenal sebagai guru tasawuf, ajaran beliau tentang tasawuf berfokus pada filsafat cinta (‘isyq), yang terlihat mirip dengan gaya seorang sufi ternama yaitu Jalalludin Rumi.


  •       Sunan Drajat (Raden Qosim)

Sunan Drajat dikenal sebagai tokoh Wali Songo yang mengembangkan dakwah Islam melaui jalan pendidikan akhlak bagi masyarakat. 

    Sunan Drajat juga dikenal sebagai penyebar Islam yang berjiwa sosial tinggi dan sangat memperhatikan nasib kaum fakir miskin serta lebih mengutamakan pencapaian kesejahteraan sosial masyarakat.

Sunan Drajat mendidik masyarakat sekitar untuk memperhatikan nasib kaum fakir miskin, mengutamakan kesejahteraan umat, memiliki empati, etos kerja, kedermawanan, pengentasan kemiskinan, usaha menciptakan kemakmuran, solidaritas sosial, dan gotong royong. 

Beliau juga mengajarkan kepada masyarakat teknik-teknik membuat rumah dan membuat tandu.


  •       Sunan Giri (Muhammad Ainul Yaqin)

Peran Sunan Giri dalam penyebaran Islam adalah melalui jalan pendidikan, politik, dan kebudayaan. 

    Lewat metode pendidikan, Sunan Giri mengembangkan sistem pendidikan masyarakat yang terbuka dengan menciptakan berbagai jenis permainan anak-anak seperti Jelungan, Jamuran, Gendi Gerit, dan juga menciptakan tembang-tembang permainan anak-anak seperti Padang Bulan, Jor, Gula Ganti, dan Cublak-Cublak Suweng.

Bahkan, Sunan Giri diketahui menciptakan beberapa tembang tengahan dengan metrum Asmaradhana dan Pucung yang sangat digemari masyarakat karena berisi ajaran ruhani yang tinggi. 

Sunan Giri tidak segan mendatangi masyarakat dan menyampaikan ajaran Islam melalui empat mata.

Sunan Giri juga gemar mengumpulkan masyarakat untuk melakukan selamatan, dan upacara-upacara kemudian dimasukkanlah ajaran Islam, sehingga dengan cara ini lambat laun masyarakat dapat menerima ajaran Islam dan memeluk Agama Islam.


  •       Sunan Kalijaga (Raden Sahid)

Walisongo yang terkenal aktif berdakwah melalui saluran kesenian adalah Sunan Kali Jaga. Beliau merupakan putra dari Tumenggung Wilatikta Bupati Tuban. 

    Dalam menjalankan dakwah Islam, Sunan Kali Jaga suka menyamar dan bertindak menampilkan kelemahan diri untuk menyembunyikan kelebihan yang dimilikinya.

Seperti wali-wali lain, dalam berdakwah, Sunan Kalijaga sering mengenalkan Islam kepada penduduk lewat pertunjukkan wayang yang sangat digemari oleh masyarakat yang masih menganut kepercayaan agama sebelumnya.

Diantara berbagai lakon wayang, salah satu yang paling digemari masyarakat adalah lakon Dewa Ruci. 

Dalam memainkan lakon Dewa Ruci ini Sunan Kalijaga memaparkan kupasan-kupasan ruhaniah berdasarkan ajaran tasawuf, yang menjadikannya sangat masyhur dan dicintai oleh masyarakat.

Sunan Kalijaga juga diketahui melakukan reformasi bentuk-bentuk wayang yang sebelumnya berbentuk gambar manusia menjadi gambar dekoratif dengan proporsi tubuh tidak mirip manusia.

Selain itu, Sunan Kalijaga juga memunculkan tokoh-tokoh kuno seperti Semar, Gareng, Petruk, Bagong, Togok, dan Bilung sebagai tokoh Punokawan yang mengabdi kepada para ksatria.

Menurut Primbon milik K.H.R Mohammad Adnan, Sunan Kalijaga menciptakan lagu sekar ageng dan sekar alit serta menyempurnakan irama gending-gending sebagaimana sudah dikerjakan oleh Sunan Bonang. 

Diantara tembang-tembang gubahan Sunan Kalijaga yang termasyhur dan paling banyak dihafal oleh masyarakat Jawa adalah Kidung Rumeksa ing Wengi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa gerakan dakwah Islam yang dilakukan Sunan Kalijaga memiliki cakupan cukup luas. 

Sunan Kalijaga tidak sekedar menggarap bidang pendidikan anak-anak melalui tembang-tembang dan permainan-permainan untuk anak-anak, melainkan menggarap pula pendidikan bagi orang dewasa melaui tembang-tembang macapat berisi doa-doa, cerita wayang yang disesuaikan dengan ajaran Islam.

Selain itu, beliau juga mengadakan pelatihan membuat pakaian yang sesuai untuk masyarakat Islam di Jawa, pendidikan politik dan ketatanegaraan yang baik dan benar bagi penguasa, pembentukan nilai-nilai etis kemasyarakatan yang bersumber dari ajaran Islam, dan pendidikan ruhani yang bersumber dari tasawuf.


  •       Sunan Kudus (Ja’far Shodiq)

Sunan Kudus dikenal sebagai tokoh Wali Songo yang tegas dalam menegakkan syariat. Namun, sebagaimana Wali Songo lainnya, Sunan Kudus berusaha mendekati masyarakat untuk menyelami serta memahami apa yang diharapkan masyarakat.

Dalam berdakwah langsung ke tengah masyarakat itu, Sunan Kudus banyak memanfaatkan jalur seni dan budaya beserta teknologi terapan yang bersifat tepat guna, yang dibutuhkan masyarakat.

Itu sebabnya, Sunan Kudus dalam dakwahnya mengajarkan penyempurnaan alat-alat pertukangan, kerajinan tangan, pandai besi, membuat keris pusaka, dan mengajarkan hukum-hukum agama yang tegas.


  •       Sunan Muria (Raden Umar Said)

Sunan Muria merupakan putra dari Sunan Kalijaga. Sunan Muria merupakan tokoh Wali Songo yang paling muda usianya.

Dalam melakukan dakwah Islam, Sunan Muria memilih pendekatan budaya sebagaimana yang dijalankan oleh ayahandanya, Sunan Kalijaga. 

Tradisi kegamaan lama yang dianut masyarakat tidak dihilangkan, melainkan diberi warna Islam dan dikembangkan menjadi tradisi keagamaan baru yang khas Islam. 

Seperti tradisi bancakan dengan tumpeng yang biasa dipersembahkan ke tempat-teempat angker diubah menjadi kenduri, yaitu upacara mengirim doa kepada leluhur dengan menggunakan doa-doa Islam di rumah orang yang menyelenggarakan kenduri.

Sebagaimana ayahnya, Sunan Muria menjalankan dakwah Islam melalui seni pewayangan, beliau suka menggelar sejumlah lakon carangan pertunjukan wayang gubahan Sunan Kalijaga seperti Dewa Ruci, Dewa Srani, Jamus Kalimasada, Begawan Ciptaning, Semar Ambarang Jantur, dan sebagainya. 

Melalui media pertunjukan wayang, Sunan Muria memberikan penerangan-penerangan kepada masyarakat tentang berbagai hal yang berkaitan dengan Tauhid.

Selain itu, Sunan Muria juga sangat piawai menciptakan berbagai jenis tembang cilik (sekar alit) jenis sinom dan kinanti yang berisi nasihat-nasihat dan ajaran tauhid.


  •       Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Sunan Gunung Jati adalah putra Sultan Hud yang berkuasa di wilayah Bani Isroil. 

    Strategi dakwah yang dijalankan Sunan Gunung Jati adalah memperkuat kedudukan politis sekaligus memperkuat hubungan dengan tokoh-tokoh yang berpengaruh melalui pernikahan sebagaimana hal itu telah dicontohkan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat.


* * *

 

Dengan berbagai metode dakwah serta keteladanan Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Indonesia, mereka berhasil membentuk masyarakat yang berakar kuat dalam ajaran Islam. 

Warisan dan pengaruh mereka masih dapat dirasakan hingga saat ini, dimana Indonesia menjadi salah satu negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia.

Itulah sedikit gambaran mengenai peran Wali Songo dalam penyebaran Islam di Indonesia. Kontribusi mereka tidak hanya memperkaya sejarah Indonesia, tetapi juga membentuk keragaman budaya dan identitas bagi bangsa ini.


Baca Juga: Biografi KH. Abdul Wahid Hasyim, Tokoh yang Terkenal Akan Kecerdasan serta Gagasan Pembaharuannya


Referensi:

Posting Komentar

5 Komentar

  1. Wah, Gus Fikri Syamsudin tumben nulise artikel “ISLAMI” Heuheuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan lupa nonton vidionya di yutub bilqolamaliman ya gaes yaaa. Ada den Fikri disana.

      Hapus
  2. Mas fikriiiiii, 😍😍😍

    BalasHapus
  3. Kirain nulis puisi doang, ternyata nulis artikel juga toh mas

    BalasHapus