Like Us Facebook

Kesederhanaan dalam Kehidupan Muslim





Alangkah beruntungnya orang yang mendapati hidayah kepada Islam, lalu dia mencukupkan diri dengan kehidupan yang sederhana serta bersikap qona’ah (HR. Imam Ahmad).



Oleh: Fera Nurul Fikma

Dalam menjalani hidup yang penuh kemewahan ini, sebuah kesederhanaan bisa menjadi tonggak utama kehidupan manusia, untuk tetap hidup sesuai dengan kemampuannya masing-masing. 

    Tanpa memikirkan gengsi dengan tetangga, teman atau kehidupan orang lain di sekitarnya.


* * *


Sebelum beranjak lebih jauh, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa arti kesederhanaan hidup yang sesungguhnya. 

Artikel ini akan mengajak kalian memahami arti kesederhanaan hidup dalam Islam serta bagaimana kesederhanaan Rasulullah dan para sahabatnya.

 

Makna Kesederhanaan

Seperti yang tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kesederhanaan memiliki arti hal (keadaan, sifat) sederhana. Sedangkan untuk sederhana sendiri berarti bersahaja atau tidak berlebih-lebihan.

Dari sini, kita dapat memahami bahwa kesederhanaan adalah sebuah sifat untuk hidup tidak berlebih-lebihan dan bermewah-mewahan. 

Namun, bukan berarti ketika kita hidup dalam kesederhanaan, tidak boleh mengejar kekayaan, sehingga kesederhanaan disalahartikan dengan kemiskinan. 

Bukan begitu konsepnya, melainkan dengan kesederhanaan kita menghindari bermewah-mewahan dan meninggalkan hal-hal yang sekiranya mubazir atau tidak dibutuhkan.

 

Tujuan Kesederhanaan

Untuk lebih meyakinkan, kita juga akan membahas mengapa kita harus hidup dalam kesederhanaan? Karena ternyata, kesederhanaan memiliki manfaat yang cukup banyak bagi kelangsungan hidup kita, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan rasa syukur kepada Allah Swt
  2. Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, serta
  3. Membuat seorang lebih mengenal dirinya sendiri

Orang yang hidup dalam kesederhanaan juga sangat beruntung karena mendapatkan hidayah. Bahkan Rasulullah pernah bersabda:


طُبَى لِمَنْ هُدِيَ إِلَى الإٍسْلَامِ وَكَانَ عَيْشُهُ كَفَافًا وَقَنَعَ بِهِ (رواه الإمام أحمد)


Artinya: “Alangkah beruntungnya orang yang mendapati hidayah kepada Islam, lalu dia mencukupkan diri dengan kehidupan yang sederhana serta bersikap qana’ah” (HR. Imam Ahmad).

 

Kesederhanaan Rasulullah

Dalam praktiknya, ternyata kesederhanaan dalam Islam sudah diajarkan sejak zaman Rasulullah. Bahkan Rasulullah sendirilah yang melakukannya. 

    Lalu, bagaimana kesederhanaan Rasulullah? Ibnu Majah dan al-Hakim meriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. mengonsumsi khasyin.

“Apakah khasyin itu?” sahabat bertanya kepada cucu Rasulullah saw, Hasan ra.

“Gandum yang kasar dan keras. Tidaklah Rasulullah mendorong makanannya melalui tenggorokan kecuali dengan seteguk air.” jawab Hasan ra.

Selain itu, kesederhanaan Rasulullah juga dapat dibuktikan dengan mengenakan pakaian tenunan berbahan wol yang murah, dan bersepatu sandal tambalan. 

Adapun bantal yang dikenakan Rasulullah untuk sandarannya, kata Aisyah ra. terbuat dari kulit kasar yang berisi ijuk. Demikian juga dengan kasur tidur Rasululllah yang terbuat dari kulit kasar dan berisi ijuk pula.

 

Kesederhanaan Umar bin Khattab

Kesederhanaan Rasulullah memang ditujukan juga bagi umatnya, agar mereka juga bisa meniru kebiasaan Rasulullah yang hidup dalam kesederhanaan. Oleh karena itu, para khalifah pun turut meniru kesederhanaan Rasulullah. 

Kesederhanaan hidup ditunjukkan oleh khalifah Umar bin Khattab juga. Seperti yang kita ketahui bersama, Umar bin Khattab adalah khalifah yang kaya raya, namun beliau hidup dalam kesederhanaan. Bahkan ketika tidur siang, beliau hanya mengenakan tikar dan batu bata di bawah pohon kurma.

Dalam suatu cerita, juga dijelaskan bahwa suatu ketika, Umar bin Khattab sedikit terlambat saat akan mengisi khutbah. 

Apa yang beliau lakukan hingga terlambat? Ternyata beliau sedang menjahit pakaian satu-satunya yang dimiliki. Bahkan pakaian tersebut sudah ada beberapa jahitan sebelumnya.

Karena begitu sederhananya, sampai-sampai Utsman bin Affan pernah memuji Umar bin Khattab menjelang akhir masa kepemimpinannya. "Memang sikapmu sangat memberatkan siapapun khalifah penerusmu nanti." katanya.

Sebab, menurut Utsman saat itu, sulit bagi siapapun untuk meniru kesederhanaan hidup yang diterapkan Umar bin Khattab.

            Dengan melihat kehidupan Rasulullah dan khalifahnya yang begitu sederhana, bagaimana mungkin kita yang hanya umatnya bisa hidup dalam kemewahan dunia. 


Referensi:

Posting Komentar

0 Komentar