Kemampuan akademik, kebijakan politik, serta kehebatannya diakui oleh banyak universitas baik dalam maupun luar negeri. Selain gelar Insinyur, Soekarno mendapat 26 Gelar Doktor Honoris Causa dari 7 universitas dalam negeri dan 19 universitas mancanegara.
Oleh: Sri Wahyuni
Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa terbesar di dunia, bahkan populasi di tanah Nusantara tercatat sebagai negara dengan penduduk ke-4 di seantero jagat raya ini.
Tentunya perjalanan jatuh bangun bangsa ini menjadi kronik sejarah menarik untuk diulas.
Meskipun topik tentang sejarah Nusantara diabadikan dalam bentuk tulisan setiap tahunnya, tidak akan mengurangi nilai yang terkandung di dalamnya.
Sebuah bangsa tidak akan memiliki nama yang besar tanpa diwarnai oleh para tokoh di dalamnya. Salah satu tokoh yang menjadi poros utama revolusi bangsa Indonesia ini tidak lain adalah Ir. Soekarno.
* * *
Riwayat Hidup Ir. Soekarno
Sejak kecil kita seringkali mendengar tentang nama dan cerita Soekarno. Namun, apakah benar kita sudah familiar dengan sosok Bapak Proklamasi kita?
Jika memang belum begitu faktanya, kali ini Bilqolam akan mengulas sosok yang memiliki peran dan sumbangsih yang begitu berarti untuk bangsa ini, jadi jangan lewatkan karya yang satu ini.
Riwayat hidup Ir. Soekarno sudah diulas dan dibukukan dalam berbagai karya, baik yang bernuansa ilmiah maupun dibungkus dalam bentuk karya non ilmiah.
Ir. Soekarno lahir di daerah Timur Jawa, tepatnya Peneleh, Surabaya. Tempat tanggal lahir Insinyur Soekarno diabadikan dalam salah satu museum yang terletak di Kuba.
Lalu, kapan Soekarno
lahir? Ir. Soekarno lahir dan wafat di bulan yang sama, yakni bulan Juni.
Beliau lahir pada tanggal 06 dan wafat pada tanggal 21, namun tentunya di tahun
yang berbeda lah ya.
Pendidikan Ir. Soekarno
Hal yang menarik dari perjalanan pendidikan Sang Proklamator bangsa Indonesia adalah, pernah mengalami drop-out di jenjang perkuliahan. Meskipun satu tahun setelahnya mendaftar kembali.
Jika diurutkan, pendidikan Soekarno dimulai dari tingkat sekolah dasar, yang pada saat itu bernama Sekolah Rakyat (SR) di Tulungagung pada tahun 1907 dalam asuhan kakeknya.
Beliau tidak termasuk anak yang pandai, namun juga tidak
bodoh. Ir. Soekarno hanya tidak memiliki ketertarikan untuk belajar di sekolah
tersebut.
Pada tahun 1908, Ir. Soekarno masuk sekolah dasar di HIS yaitu Eerste Inlandse School (EIS), yang merupakan sekolah bentukan Belanda untuk para pribumi terutama anak priayi, tokoh terkemuka, atau pegawai negeri.
Namun, demi memudahkannya untuk masuk ke HBS, pada tahun 1911 Soekarno muda dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) di Mojokerto oleh ayahnya, Raden Soekemi Sosrodihardjo.
Meskipun sempat tinggal kelas akibat ketidakcakapannya dalam berbahasa Belanda,
Soekarno berhasil menyelesaikan pendidikannya di ELS dalam 5 tahun. Didikan
orang tua Soekarno cukup keras, terlebih adanya keyakinan mereka bahwa kelak
Soekarno akan menjadi orang yang sangat penting dan disegani.
Setelah menempuh Europeesche Lagere School (ELS) di Mojokerto, Soekarno dikirim orang tuanya untuk melanjutkan studinya ke tingkat menengah di Hogere Burger School atau HBS Surabaya pada tahun 1916.
Tentunya bukan hal yang mudah bagi seorang anak
berusia 16 tahun, pada masa penjajahan, untuk pindah dan tinggal di kota
seorang diri. Karena itulah, Raden Soekemi meminta bantuan pada temannya, Haji
Oemar Said Tjokroaminoto. Orang yang juga membantunya mendaftarkan Soekarno ke
HBS.
Di bawah bimbingan HOS
Tjokroaminoto, Soekarno mulai terjun dalam kehidupan politik, pergerakan, serta
paham nasionalisme yang membentuk pola pemikiran baru. Tjokro yang merupakan
pimpinan SI memberikan Soekarno sebuah ranah yang dipenuhi tokoh-tokoh pergerakan
seperti Alimin, Musso, Haji Agus Salim, dan Abdul Moeis.
Pada usianya yang ke-19, ia menikahi Siti Oetari yang merupakan putri Tjokroaminoto sebagai istri pertama Soekarno. Setelah menyelesaikan pendidikannya di HBS pada Juli 1921, Soekarno sempat ingin melanjutkan pendidikannya ke Belanda, akan tetapi orangtuanya tidak memperbolehkan.
Soekarno kemudian mendaftar di jurusan teknik sipil di Technische Hoogeschool te Bandoeng, yang sekarang bernama Kampus
ITB.
Demi mempermudah
kehidupannya di Bandung, Tjokroaminoto menitipkan Soekarno ke Haji Sanusi yang
juga merupakan anggota Sarekat Islam. Diceritakan dalam Cindy Adams, kehidupan perkuliahan
Soekarno sangat sibuk. Bahkan hampir tidak memiliki waktu untuk Oetari,
istrinya.
Pada tahun pertamanya,
masalah datang manakala Tjokroaminoto ditangkap dan ditahan oleh pemerintah
Belanda atas tuduhan provokasi menentang pemerintah Belanda. Hal ini
mengharuskannya kembali ke Surabaya, demi menggantikan seluruh peran Tjokro
sebagai kepala keluarga dan pemimpin SI.
Di Surabaya, Soekarno bekerja sebagai klerek (juru tulis) di Staatsspoorwegen (perusahaan kereta api dan trem negara) dengan gaji sebesar 165 gulden. Kesibukannya sebagai kepala keluarga sementara sangat tidak memungkinkan untuk melanjutkan pendidikan akademiknya, sehingga pada saat itu Soekarno harus merelakan untuk berhenti dari dunia perkuliahannya.
Akan tetapi, masa-masa ketika ia bekerja di
sini, menjadi moment penting yang memperkenalkannnya kepada kehidupan sosial
sesungguhnya. Bagaimana tidak, stasiun kereta api sebagai tempat lalu lalang,
penghubung daerah-daerah tentunya menjadi tempat emas baginya.
Setelah proses yang panjang,
akhirnya Tjokro dibebaskan dan kembali mengemban tugas kepala keluarga. Setelah
menunggu tahun ajaran baru, pada tahun 1922 Soekarno mendaftar lagi di kampus
yang sama. Aktifitas Soekarno sebagai mahasiswa dimulai kembali.
Bandung menjadi kota kedua yang mematangkan pengetahuan serta kepribadian Soekarno. Pada tanggal 25 Mei 1926, Soekarno dinyatakan lulus. Soekarno diwisuda pada 3 Juli 1926, yaitu saat Dies Natalis ke-6 TH Bandung bersama dengan 18 insinyur lainnya.
Di antara 18
insinyur, terdapat 3 insinyur yang berasal dari
Jawa. Mereka adalah Soekarno, Anwari, dan Sutedjo.
Kemampuan akademik, kebijakan politik, serta kehebatannya diakui oleh banyak universitas baik dalam maupun luar negeri.
Selain gelar insinyur, Soekarno mendapat 26 Gelar Doktor Honoris Causa (gelar doktor yang diberikan kepada seseorang oleh perguruan tinggi sebagai penghormatan atas jasa-jasanya yang luar biasa dalam bidang ilmu atau dalam bidang kemasyarakatan) dari 7 universitas dalam negeri dan 19 universitas mancanegara.
Tak hanya ilmu teknik, melainkan juga Ilmu Sosial,
Politik, Hukum, Sejarah, Filsafat, bahkan Ilmu Ushuluddin.
* * *
Demikianlah riwayat pendidikan Ir. Soekarno yang mengantarkan dirinya menjadi pemimpin besar, presiden RI pertama. Tentunya sejarah kehidupan beliau dapat menjadi pembelajaran bagi kita, para penerus bangsa bahwa tidak ada pencapaian luar biasa tanpa usaha yang luar biasa pula.
Seperti kehidupan yang ditempuh oleh Ir. Soekarno, yang
tak pernah berhenti belajar. Tak hanya melalui pendidikan formal, melainkan
secara langsung dalam praktik kehidupan. Bukan hanya terbentuk oleh keadaan,
melainkan ada keinginan untuk berkembang.
Referensi:
- https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6105710/riwayat-pendidikan-soekarno-hingga-menjadi-presiden-ri-pertama-lulusan-kampus-mana, diakses pada 05 Juli 2023.
- https://www.gramedia.com/literasi/ir-soekarno/, diakses pada 05 Juli 2023.
- https://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno, diakses pada 05 Juli 2023.
- https://www.kompas.com/tren/read/2021/06/06/110000265/biografi-singkat-soekarno-masa-kecil-hingga-perjuangan-kemerdekaan?page=all, diakses pada 05 Juli 2023.
- http://repository.radenfatah.ac.id/19478/3/3.pdf, diakses pada 05 Juli 2023.
- https://digilib.iiq-annur.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=16&bid=9018, diakses pada 05 Juli 2023.
- https://repository.ump.ac.id/8012/3/BAB%20II_ANWAR%20HADI%20HANDOYO_PPKn_2018.pdf, diakses pada 05 Juli 2023.
0 Komentar