Like Us Facebook

Bagaimanakah Perjuangan Rasulullah dalam Menyebarkan Islam di Makkah dan Madinah?


Untuk membangun sebuah kota yang kuat dan damai, tidak ada jalan bagi Rasulullah kecuali ‘mempersatukan’ masyarakat yang berbeda itu. 



Oleh: M. Ryan Romadhon

Tersebarnya agama Islam ke seantero dunia seperti yang terjadi pada zaman sekarang ini tentunya membutuhkan sebuah strategi dakwah yang sangat mumpuni pada permulaannya. 


* * *


Dengan mengetahui strategi dakwah Rasulullah di Mekah dan Madinah hingga menjadikan agama Islam tersebar di kedua kota tersebut tentunya akan sedikit membuka cakrawala pemikiran kita, sehingga harapannya dapat disumbangsihkan di peradaban kontemporer.

 

Rangkuman Dakwah Rasulullah Periode Mekah dan Madinah

Sebelum membahas ringkasan dakwah Rasulullah periode Mekah, kiranya perlu diketahui terlebih dahulu, bahwa Nabi berdakwah di kota Mekah selama tiga belas tahun penuh dengan rintangan. 

    Di sana, beliau sering kali mendapatkan penolakan keras dari para pembesar kaum kafir Quraisy.

Mula-mula, Rasulullah mendakwahkan Islam secara sembunyi-sembunyi kepada sanak keluarganya. Sedikit demi sedikit jangkauan dakwahnya diperluas hingga ke kerabat dan tetangganya. 

Kemudian setelah turun perintah Allah maka Rasulullah mendakwahkan Islam kepada masyarakat Makkah secara luas dan terang-terangan.

Sebelum membahas mengenai rangkuman dakwah Rasulullah di Madinah, kiranya perlu diketahui terlebih dahulu, bahwa dakwah Rasul periode madinah berlangsung selama sepuluh tahun. 

Perjuangan dakwah rasulullah di Madinah berawal dari peristiwa hijrahnya beliau dari Mekah ke Madinah, yang disambut dengan penuh suka cita oleh penduduk Madinah. 

Hal tersebut karena kedatangan Rasulullah di Madinah diharapkan bisa menjadi penengah atau pemersatu diantara mereka.

Dalam beberapa sumber sejarah disebutkan bahwa Rasulullah berhasil membangun kota Yatsrib yang semula biasa-biasa saja menjadi kota Madinah yang berperadaban dan diperhitungkan di jazirah Arab. 

Selama beberapa waktu, sebelum suatu kelompok di Madinah menghianatinya, Rasulullah juga berhasil membangun masyarakat yang majemuk hidup dalam harmoni dan damai. 


Baca Juga: Kisah Perang Khaibar, Pertempuran Rasulullah Taklukkan Pasukan Yahudi

 

Substansi Dakwah Rasulullah di Mekah

Sebelumnya telah disebutkan, bahwa Rasulullah berdakwah di mekah selama tiga belas tahun lamanya. Merujuk buku Membaca Sirah Nabi Muhammad saw. dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-hadis Shahih karya M. Quraish Shihab, Rasulullah menekankan pada sisi kepercayaan selama berdakwah di Makkah.

Ada dua sisi kepercayaan yang menjadi titik berat Rasulullah. Pertama, kepercayaan tentang keesaan Allah. Salah satu strategi Rasulullah ketika menyerukan tauhid kepada masyarakat Makkah adalah dengan mengajak mereka untuk memperhatikan alam raya dan keteraturannya.  

Kedua, kepercayaan hari akhirat. Di dalam dakwahnya, Rasulullah menyebutkan beberapa ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan kebangkitan setelah kematian dan hari kiamat. 

 

Substansi Dakwah Nabi di Madinah

Sebelumnya telah disebutkan, bahwa dakwah rasulullah periode madinah berlangsung selama sepuluh tahun. 

    Sebagaimana diuraikan dalam buku Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad saw. setidaknya ada tiga hal dasar strategi dakwah rasul di madinah pada fase Madinah. 

    3 strategi dakwah rasulullah di Madinah tersebut adalah, Pertama, menjadikan masjid sebagai pusat semua kegiatan. Usai tiba di Madinah, Rasulullah membangun sebuah masjid, yakni Masjid Nabawi. 

    Rasulullah memfungsikan masjid ini untuk semua kegiatan. Mulai dari mengajarkan ajaran Islam, hikmah, proses belajar mengajar baca-tulis hingga menyusun strategi perang atau politik.

    Kedua, membangun persaudaraan antar sesama Muslim. Hal ini dilakukan Rasulullah untuk memperkuat solidaritas dan kohesivitas sosial antar sesama umat Islam. Sehingga mereka tidak mudah bertikai dan berperang, sebagaimana watak Arab Jahiliyah. 

    Ketiga, membangun persaudaraan dengan umat agama lain. Rasulullah sadar betul bahwa Madinah memiliki masyarakat yang majemuk. Ada umat Islam, Nasrani, Yahudi, dan yang lainnya. 

    Untuk membangun sebuah kota yang kuat dan damai, tidak ada jalan bagi Rasulullah kecuali ‘mempersatukan’ masyarakat yang berbeda itu. 

    Akhirnya Rasulullah mencetuskan sebuah kesepakatan bersama, Piagam Madinah. Piagam ini menjadi titik temu (kalimatun sawa’) bagi masyarakat Madinah yang beragam.

Posting Komentar

0 Komentar