Like Us Facebook

Kajian Tafsir Surat al-‘Ashr Ayat 1 (Bag. 2): Makna Al-'Ashr


Kata “ashr” itu sendiri, menurut Syekh asy-Sya’rawi, dalam kitab Tafsir Juz ‘Amma (hlm. 520-521) bila diucapkan secara umum, maka maknanya adalah waktu salat asar. Inilah yang tergambar di benak manusia saat disebutkan kata ashar.



Oleh: M. Ryan Romadhon

Dalam pembahasan sebelumnya, (Kajian Tafsir Surat al-‘Ashr Ayat 1 (Bag. 1): Mengapa Diawali dengan Sumpah?) menurut Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi, dalam Tafsir Juz ‘Amma (hal. 520), sumpah-Nya adalah al-‘ashr, dan muqsam ‘alaih/jawab al-qasam-nya adalah "manusia merugi kecuali beriman dan beramal saleh serta saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran."


Dalam surah Al-'Ashr [103]: 1-2, yang berbunyi,

 

وَالْعَصْرِۙ  اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ

Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian.

 

Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan العصر  pada ayat tersebut?

 

Makna al-‘Ashr Menurut Syekh Asy-Sya’rawy

Kata “ashr” itu sendiri, menurut Syekh asy-Sya’rawi, dalam kitab Tafsir Juz ‘Amma (hlm. 520-521) bila diucapkan secara umum, maka maknanya adalah waktu salat asar. 

    Inilah yang tergambar di benak manusia saat disebutkan kata ashar.

Makna ashar terkadang berpindah dari makna khusus, yaitu waktu antara zuhur dan magrib saja, menjadi makna “waktu” yang berlangsung sehari semalam yang tidak lepas dari kewajiban salat di dalamnya, yakni “salat asar”. 

Karena waktu yang berlangsung tersebut dalam bahasa Arab disebut juga dengan istilah ashar.

Selain itu, kata ashar juga dapat berpindah pada makna yang lebih luas dari dua makna yang telah disebutkan di atas. 

Ia dapat bermakna “suatu waktu yang meliputi siang secara menyeluruh atau waktu yang meliputi malam secara menyeluruh”.

Ada juga makna lainnya yang mengartikan bahwa ashar lebih luas dari pada yang telah disebutkan di atas, yakni waktu siang dan malam yang meliputi bilangan minggu, dan bilangan bulan, yang di dalamnya memiliki karakter tersendiri, seperti masa kebodohan, masa kedatangan (kejayaan) Islam, masa Bani Umayyah, masa Bani Abbasiyah, dan masa kemajuan yang membentuk zaman modern.

Dengan demikian,  ashar dapat diartikan dengan “salat” pada waktu tersebut (salat asar), atau ashar adalah “waktu” untuk melaksanakan salat asar tersebut (waktu asar), atau “masa” yang terdiri dari siang dan malam, atau terdiri dari beberapa minggu, beberapa bulan, tapi waktu itu erat kaitannya dengan sebuah peristiwa tertentu, berikut dengan peradabannya. 

Semisal saat menyebutkan ashr/masa jahiliyyah, atau masa kebodohan, masa kebangkitan, masa Umawiyyah, masa peradaban. (Tafsir Juz ‘Amma, hal. 521).

Jadi, menurut Syekh asy-Sya’rawi, kata ashar dapat dipahami dengan tiga makna di atas.


Bersambung...


Referensi:

  • Tafsir Juz AmmaSyekh Mutawalli asy-Sya'rowiy, hal. 518-519, Dar ar-Royyah.
  • Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, Syekh Manna’ al-Qothon, hal. 284-285, Dar al-‘Ilm wa al-Iman.
  • Kaidah Tafsir, Prof. Dr. Quraish Shihab, hal. 273-276, Lentera Hati. 

Posting Komentar

0 Komentar