Aku lebih senang dan bangga dengan keriput-keriput di wajahku. Karena di setiap kerutannya, mengisahkan tentang hidupku
Oleh: Mohammad Faqih
Kecantikan merupakan hal yang pada umumnya menjadi prioritas bagi
laki-laki dalam memilih pasangan.
Fakta ini merupakan faktor yang menyebabkan perempuan harus repot
untuk melakukan segala perawatan yang dianggap perlu, harus berdandan lama
hanya karena agar tidak keluar dari standar kecantikan yang berlaku dalam
masyarakat.
Mitos Standar Kecantikan
Beberapa tahun ini, standar kecantikan yang nampak pada masyarakat Indonesia adalah wajah putih bersih, hidung mancung, rambut lurus, dll.
Hingga tak sedikit dari mereka yang menghabiskan dana yang tak sedikit
demi menjaga agar dirinya tidak keluar dari standar kecantikan yang ‘menghantui’.
Baca Juga: Mengikis Stereotip Buruk terhadap Akal Perempuan
Sebenarnya walaupun kecantikan terlihat menjanjikan, tetapi sebenarnya kecantikan tidak pernah memberikan apa-apa.
Hanya saja pernyataan
tersebut akan dibantah oleh orang yang melihat realita hidup yang terjadi,
dimana orang-orang yang dianggap cantik mendapat perlakuan yang istimewa baik
dalam ranah publik maupun ranah sempit seperti kelas sekolah.
Bisa dicari di media sosial beberapa orang melakukan tindakan konyol
kemudian viral hanya karena dia cantik, dan tak sedikit perempuan yang
berpretasi tak viral hanya karena dianggap kurang cantik.
Standar Kecantikan itu Bervariatif
Mungkin sudah tidak asing lagi bahwa manusia itu dianggap
keberadaannya karena akalnya, bukan karena parasnya yang indah.
Namun, fenomena yang terjadi tak mendukung pernyataan tersebut.
Penulis tidak mengatakan orang yang cerdas itu harus diakui, diperhatikan oleh masyarakat.
Hanya saja yang penulis sayangkan adalah
pandangan masyarakat yang menurut penulis keliru dalam mengistimewakan
seseorang, lebih khususnya perempuan.
Nawal El-Sadawi, seorang penulis berkebangsaan Mesir berpendapat bahwa standar kecantikan tidaklah sesempit yang diketahui kebanyakan orang.
Nawal mengatakan, “Aku menentang segala bentuk usaha dan
produk yang disebut sebagai kecantikan. Aku lebih senang dan bangga dengan
keriput-keriput di wajahku. Karena di setiap kerutannya, mengisahkan tentang
hidupku.”
Dalam kesempatan yang lain, Nawal juga
mengatakan, “Untuk terlihat cantik, cukup dengan
gaya yang natural, kreatif, bicara dengan lurus dan apa adanya.”
Dari pernyataan Nawal tersebut,
dapat kita pahami bahwasanya standar kecantikan itu bervariatif. Dan memang
seperti itu kenyataannya. Seperti gigi tidak rata yang menjadi standar
kecantikan di Jepang dan keindahan mata yang menjadi standar kecantikan bagi orang
Arab.
Ubahlah Cara Pandang Standar Kecantikanmu!
Mengapa indikasi dari setiap laki-laki memaksa perempuan untuk
cantik, padahal mereka telah memberikan standar kecantikan yang kejam?
Seharusnya ketika seorang laki-laki melihat perempuan tidak cantik, maka bukan perempuannya yang dipaksa agar sesuai standar, tapi
ubahlah standar kecantikan yang dipercaya.
Beberapa orang menganggap adanya standar kecantikan yang menuntut
perempuan harus berkulit putih hanya sebagai suatu cara untuk mencapai
kepentingan para kapitalis.
Harapannya,
seorang pelajar tidak terpengaruh oleh hal ini agar dia tidak membuang waktu
yang seharusnya dapat digunakan untuk belajar terbuang percuma hanya agar
dianggap menarik.
Baca Juga: Berfilsafat sampai Akhirat dan analisis menarik lainnya di kolom UMUM.
Referensi:
- https://kumparan.com/kumparanwoman/11-standar-kecantikan-yang-unik-di-berbagai-negara-1xlx5N9mZN9/4, diakses pada 31 Mei 2023.
- https://net973064008.wordpress.com/2021/03/22/mitos-kecantikan-catatan-yang-menganggu-pikiran-dan-perasaan/, diakses pada 31 Mei 2023.
0 Komentar