Dengan melihat ketaatan Nabi Ibrahim as. dan kesabaran Nabi Ismail as. sudah sepantasnya bagi kita untuk meneladani sifat keduanya.
Oleh: Naila Masruroh
Dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang kisah dibalik perintah ibadah kurban.
Sekarang ini banyak orang yang tidak tahu kalau ibadah kurban memiliki asal-usul
yang menarik.
* * *
Sebelumnya,
perlu kita ketahui terlebih dahulu, apa itu kurban? Kurban adalah suatu ibadah
yang dilakukan dengan menyembelih hewan ternak berupa kambing, domba, sapi,
kerbau atau unta di hari tertentu.
Lalu, kapan sih waktu penyembelihan hewan tersebut? Waktu penyembelihan hewan kurban adalah tanggal 10 Dzulhijjah setelah sholat Idul Adha hingga Hari Tasyrik selesai, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Sejak kapan ibadah kurban disyariatkan? Perintah kurban datang pada
zaman Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as.
Sebelum masuk ke dalam cerita, perlu kita ketahui terlebih dahulu, bahwa kisah kurban merupakan kisah milik Nabi Ibrahim as. dan kisah Nabi Ismail as.
Keduanya merupakan Nabi yang memiliki ikatan ayah
dan anak. Kemudian kita akan membahas tentang kisah Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail lengkap tentang sejarah kurban. Simak cerita berikut ini sampai habis!
Semua Berawal dari Mimpi
Cerita ini dimulai saat pada suatu malam Nabi Ibrahim as. bermimpi menyembelih anaknya, Nabi Ismail as. yang mana saat itu Nabi Ismail as. sedang beranjak dewasa.
Tentu saja, hal ini membuat Nabi Ibrahim as. menjadi gelisah sampai mimpi tersebut mendatangi Nabi Ibrahim as. sebanyak tiga kali.
Nabi Ibrahim as. yang semakin gelisah
kemudian meminta petunjuk kepada Allah SWT. Hingga akhirnya turunlah wahyu dari
Allah SWT yang memerintahkan Nabi Ibrahim as. untuk menyembelih anaknya.
Setelah mengetahui maksud dari mimpi-mimpi
yang mendatanginya tersebut, segera Nabi Ibrahim as. bertanya kepada putranya, Nabi
Ismail as. tentang bagaimana pendapatnya mengenai perintah dari Allah tersebut.
Kemudian Nabi Ismail as. menjawab dengan
jawaban yang sangat luar biasa, kata Nabi Isma’il, “Wahai ayahku!
Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, Insya Allah engkau akan
mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Perintah tersebut diabadikan dalam ayat
al-Qur’an yang berisi perintah berkurban pada surat ash-Shaffat
ayat 102,
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ
قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ
مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ
اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”
Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku!
Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar.” (QS. ash-Shaffat:102)
Baca Juga: Hikmah Kurban Idul Adha: Manifestasi Sebuah Ketaatan
Dengan adanya ayat tentang kurban tersebut
menandakan kisah tersebut benar adanya.
Setelah mendengar jawaban dari Nabi Ismail
as. Nabi Ibrahim mengasah pisau setajam-tajamnya supaya Nabi Ismail as. tidak
merasakan sakit.
Saat Nabi Ibrahim as. mengasah pisau, datanglah
setan menggoda Nabi Ibrahim as dengan menggoyahkan hati beliau untuk tidak jadi
menyembelih Nabi Ismail as. anak yang selama ini diharapkan adanya.
Namun, Nabi Ibrahim as. tetap tidak goyah
akan godaan setan. Sebagai balasannya, Nabi Ibrahim melempari setan dengan batu
yang mana hal ini kemudian diabadikan sebagai kegiatan melempar jumrah pada
ibadah haji.
Setelah pisau yang diasah sudah siap, Nabi
Ibrahim as. pun melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih anaknya.
Saat Nabi Ibrahim as. menghunuskan pisau
tadi ke leher nabi Ismail as, atas izin Allah, malaikat menggantinya dengan
seekor domba yang gemuk.
Dengan ketaatan Nabi Ibrahim as. dan Nabi
Ismail as. keduanya berhasil melewati cobaan yang diberikan oleh Allah SWT.
Dari kisah tersebut, dapat kita ketahui bahwa ibadah
kurban merupakan ibadah yang dilakukan untuk meneladani ajaran Nabi Ibrahim as. dan putranya Nabi Isma’il as.
Dengan melihat ketaatan Nabi Ibrahim as. dan kesabaran Nabi Ismail as. sudah sepantasnya bagi kita untuk meneladani sifat keduanya.
Keteladanan lain yang dapat diambil dari cerita tersebut adalah
jangan pernah ragu atas perintah yang Allah berikan, cukup laksanakan tanpa
perlu memprotes perintahnya dan tetap teguh pendirian.
0 Komentar