Like Us Facebook

Idul Kurban dan Arti Sebuah Pengorbanan dari Wali Santri


Pengorbanan Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. inilah yang seharusnya patut ditiru oleh para wali santri dan santri dalam mondok di Pondok Pesantren.



Oleh: M. Ryan Romadhon

Dalam catatan sejarah, telah terekam dengan jelas mengenai percakapan antara Nabi Ibrahim as dan putranya, Ismail as. 

    Dari sanalah kita belajar tentang ketulusan dalam menjalankan segala hal yang diperintahkan oleh Allah SWT. kepada kita. 

    Percakapan singkat antara keduanya terekam sangat jelas dalam Firman-Nya, Surat ash-Shaffat: 102-103.


* * *

 

Semua Berawal dari Mimpi

Ditengah kerasnya iklim gurun padang pasir yang tandus nan panas, seorang ibu berlari-lari kesana kemari hanya untuk mendapatkan beberapa tetes air demi putranya yang tengah menangis menahan haus.

    Ditengah ganasnya iklim padang pasir inilah, Allah SWT. memberikan rahmat-Nya dan menyelamatkan seorang ibu tersebut beserta putranya. 

    Atas izin-Nya, keluarlah sumber mata air yang sangat jernih dari bekas injakan telapak kaki sang putra.


Baca Juga: Artikel Islami: Memaknai Kembali Idul Kurban


Di daerah itu pula sang ayah mendapat ujian untuk menyembelih putra kesayangannya karena perintah Tuhannya yang ia dapat dari mimpinya. “Wahai Tuhanku, Dzat yang Maha Suci, atas kuasa-Mu Kau telah menyelamatkannya dari rasa dahaga yang menyiksanya.

    Dan disaat-saat aku begitu menyayangi dan mencintainya dari lubuk hatiku yang paling dalam, Kau perintahkan aku untuk menyembelihnya? 

    Ya Tuhan, ini adalah ujian paling berat bagi kedua orang tuanya yang sungguh-sungguh sangat menyayangi anaknya, dan benar-benar peduli terhadapnya.”

    “Dosa apakah yang telah dilakukan oleh seorang anak yang tak bersalah ini. Serta adakah dosa ibunya kepada-Mu, sehingga Kau perintahkan aku untuk menyembelih putranya? 

    Lalu, kejahatan seperti apakah yang telah dilakukan oleh sang ayah anak ini, sehingga Kau tega merampasnya dari tangan ayahnya.

    Disaat Nabi Ibrahim as. tengah bimbang atas mimpinya tersebut, Allah SWT. lalu memberinya kabar gembira bahwa putranya akan menjadi penerus kenabiannya dengan sifat kesabarannya. Karena kesabaran adalah penguasa dari akhlak mulia.

    Sifat kepasrahan dan serah diri kepada Allah SWT. yang dipraktikan oleh Nabi Ibrahim as. dan Ismail as. ini pada akhirnya -dengan rahmat Allah SWT- Ismail diganti dengan seekor sembelihan yang sangat besar.

    Atas dasar peristiwa yang penuh hikmah inilah agama Islam mensyari’atkan penyembelihan hewan kurban. (Syekh Abdul Halim Mahmud, Asror al-'Ibadah fi al-Islam, hal. 85-89).


Baca Juga: Hikmah Kurban Idul Adha: Manifestasi Sebuah Ketaatan

 

Idul Kurban dan Arti dari Sebuah Pengorbanan

Dari ujian yang diberikan Allah Swt kepada Nabi Ibrahim ini, kita dapat mengambil pelajaran berharga bahwa tidak sepatutnya Allah Swt disekutukan dengan makhluk-makhluk-Nya.

    Serta tidak sepantasnya cinta kita kepada makhluk-Nya melebihi cinta kita kepada-Nya, sekalipun dengan anak kandung yang sangat diharapkan kehadirannya ditengah-tengah keluarga. (Syekh Abdul Halim Mahmud, Asror al-'Ibadah fi al-Islam, hal. 87-88).

    Dalam konteks cinta, kita mungkin sering mendengar adagium bahwa setiap cinta yang tulus memerlukan pengorbanan. Dan syarat sebuah pengorbanan, adalah ketika sesuatu yang dikorbankan merupakan sesuatu yang berharga atau amat dicintai oleh orang tersebut.

    Bagi Nabi Ibrahim as, wujud cinta tersebut adalah Ismail. Ia merupakan jawaban atas doa seorang manusia yang bertahun-tahun merindukan kehadiran sosok anak dalam rumah tangganya.

    Ketika doa itu terwujud dalam raga Ismail, rasa cinta dalam Nabi Ibrahim diuji. Manakah yang lebih besar? cinta kepada Tuhan yang ia sembah atau cinta kepada anak yang sangat dirindukannya?

    Dalam konteks ajaran berkurban, Allah Swt mengajarkan bahwa pengorbanan itu sebenarnya berat untuk dilakukan. Namun, jika dihadapi dengan ikhlas, pada akhirnya akan membuahkan hasil seperti kisah Nabi Ismail As yang tidak jadi dikorbankan, karena digantikan dengan kambing yang dibawa malaikat Jibril.


Baca Juga: Hikmah Ibadah Haji dari Aspek Kehidupan

 

Pengorbanan Seorang Wali Santri untuk Berpisah dengan Anaknya yang Mondok

Dalam konteks kita sebagai santri, ajaran kurban memiliki nilai-nilai yang relevan untuk diteladani saat ini. Nilai-nilai tersebut antara lain mengenai nilai pengorbanan.

    Apa yang dilakukan Nabi Ibrahim as. adalah pengorbanan yang luar biasa. Beliau telah mempraktikan bahwa cintanya terhadap makhluk Allah tidak melebihi cinta kepada-Nya, sekalipun dengan anak kandung yang sangat diharapkan kehadirannya ditengah-tengah keluarga.

    Pengorbanan Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. inilah yang seharusnya patut ditiru oleh para wali santri dan kita sebagai santri dalam mondok di Pondok Pesantren.

    Yakni harus mengorbankan dan merelakan putra-putrinya sementara waktu jauh dari sisinya -meskipun harus mati dalam kerinduan yang tak terobati- agar kelak saat telah dekat dengannya kembali, ia akan bahagia karena melihat anaknya telah menjadi orang yang ilmunya bermanfaat dan berkah.

    Dengan kata lain, jaga jarak, agar kelak kian dekat! Hal tersebut selaras dengan sebuah syair,

 

سَأطْلُبُ بُعْدَ الدَّار عَنْكُمْ لِتَقْرَبُوْا  #  وَتَسْكُبُ عَيْناَيّ الدُّمُوْعَ لِتَجْمُدا

 

“Akan kucari tempat yang jauh darimu, agar kelak kau menjadi dekat denganku, dan kedua mataku mencucurkan air mata, agar mataku bahagia kelak.

 


* * *


Walhasil, ibadah kurban adalah ibadah yang melambangkan perjuangan kebenaran yang menuntut tingkat kesabaran, ketabahan dan pengorbanan yang tinggi.

Akhir kata, mari berkorban, dengan kadar kemampuan, meskipun wujud dari pengorbanan itu adalah perasaan.


Wallahu a’lamu bishshowab

 

Referensi:

  • Asror al-Ibadah fi al-Islam, Syekh Abdul Halim Mahmud, hal. 85-89. 

Posting Komentar

6 Komentar

  1. Korban perasaan min..

    BalasHapus
  2. Bagus sekali, min.
    Saya sebagai wali santri menjadi semakin ikhlas dalam memondokkan anak saya, meski tuk sementara waktu harus berjarak.🙏

    Tapi tak apalah 🥺

    BalasHapus
  3. Subhanallah.......

    BalasHapus
  4. Bimillahi tawakkaltu alallah

    BalasHapus
  5. Berkorban.... dan berjuang!

    BalasHapus