Aturan harus ditaati, meski dapat dengan mudah dilanggar tanpa henti. Seperti aturan berangkat pondok sehabis liburan dengan tepat waktu.
Oleh: Mohammad Faqih
Kasus korupsi merupakan kasus yang memuakkan bagi rakyat suatu negara. Bagaimana tidak?
Uang
negara yang seharusnya digunakan untuk memperbaiki fasilitas suatu negara -seperti
jalan raya yang sudah tak layak dilewati- malah
digunakan untuk kepentingan pribadi oknum yang tak bertanggung jawab.
* * *
Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Sebuah Aturan
Selain karena memang ada kesempatan
bagi oknum untuk mencuri uang negara dengan aman.
Ada faktor lain
yang mendukung terjadinya perbuatan keji tersebut. Yakni terbiasa melanggar
aturan yang telah disepakati tanpa ketahuan oleh penegak aturan.
Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pendidikan karakter dalam suatu lembaga pendidikan.
Terkadang seorang guru
hanya menjadi pengajar bagi seorang siswa, bukannya
seorang pendidik.
Baca Juga: Manfaat Mengelana dalam Mencari Ilmu
Perbedaan antara Pengajar dengan Pendidik
Perbedaannya,
seorang pengajar hanya sebatas menyampaikan ilmu yang diketahui, sedangkan
seorang pendidik selain menyampaikan, ia juga memastikan ilmu yang sudah
disampaikan itu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari atau belum.
Memang, mengarahkan anak muda yang masih dalam tahap belajar ke jalan yang benar itu sulit.
Ditambah dengan fenomena yang terjadi sekarang,
anak muda lebih memberikan respon positif kepada orang yang dianggap memberikan
jasa kepadanya walaupun orang tersebut merupakan figur buruk
yang tak patut dicontoh.
Sedangkan
kepada orang-orang baik yang ingin mengarahkan mereka ke jalan yang lebih baik malah diberi respon negatif, bahkan dibenci karena dianggap
merampas kebahagiaan yang seharusnya didapat.
Baca Juga: Artikel Pesantren: Dandani Niatmu!
Seorang Pendidik Harus Punya Strategi Khusus
Dari sini dapat kita pahami,
bahwasanya seorang pendidik harus benar-benar memiliki stategi khusus dalam
berinteraksi dengan anak muda.
Hal tersebut agar ia dapat
memberikan suatu kesadaran yang mengakar dalam benak mereka bahwa taat aturan
bukan hanya dihadapan penegak hukum saja, akan tetapi dalam segala keadaan
yang dimuat oleh aturan tersebut. Dan tentu tidak ikut serta dalam melanggar
aturan yang disepakati.
Seorang pelajar
harus dididik untuk tetap menaati aturan yang telah ditetapkan oleh pembuat
kebijakan, baik dalam ranah pesantren maupun lembaga pendidikan lainnya.
Hal ini penting
dilakukan karena anak muda adalah generasi penerus bangsa. Tentu tidak boleh dibiarkan
sosok-sosok yang terbiasa melanggar dan menyepelekan aturan menduduki posisi
penting dalam negara hingga akhirnya fenomena yang merugikan rakyat negara
terus terjadi.
Baca Juga: Nderek Kyai, dari Kepribadian Santri hingga Proses Berguru ala Orang Awam
Tetaplah Taat Aturan, Meski Dapat Melanggar Tanpa Teguran!
Bagi seorang santri,
tindakan sering melanggar aturan dikala ada kesempatan merupakan
tindakan yang secara tidak langsung mengancam ketidakmanfaatan ilmu yang
didapat.
Hal ini karena,
bagi seorang santri, selain belajar ilmu agama, ridho
seorang kiai juga menjadi tujuan utama. Sedangkan melanggar aturan di belakang
kiai adalah tindakan yang memicu ketidakridhoan.
Aturan itu
bersifat mengikat, khususnya bagi seorang santri. Ketika
aturan hanya dianggap formalitas belaka, maka tandanya santri tersebut tidak
memiliki hubungan batin dengan kiainya.
Ketika seorang santri tidak memiliki
hubungan batin dengan kiainya, lalu, ia hanya mematuhi dan menjalankan perintahnya ketika hanya berada di depannya saja, lantas darimanakah dia akan
mendapatkan berkah atas ilmunya?
* * *
Kesimpulannya, apapun keadaannya aturan harus ditegakkan oleh penegak hukum, bukannya turut serta melanggar aturan yang telah disepakati bersama.
Dan aturan harus ditaati,
meski dapat dengan mudah dilanggar tanpa henti. Seperti aturan berangkat pondok sehabis liburan dengan tepat waktu.
Karena di saat ada kesempatan untuk melanggar aturan, dan pihak yang dibebani aturan malah melanggarnya, maka di saat itulah dia mulai membentuk karakter buruknya, dan akan lebih membahayakan lagi jika karakter tersebut tidak dimusnahkan sebelum dia tuntas dalam masa pendidikannya.
Baca Juga: Orang yang Tak Tahu Bahwa Dirinya Tidak Tahu (Part 2) dan analisis mengenai pesantren menarik lainnya di kolom PESANTREN.
1 Komentar
Jangan pake surat dokter segala, nak 🙃
BalasHapus