Like Us Facebook

Pameran Tunggal “Secrets of Quran”, Karya Santri Al-Iman


Berkarya seni itu bukan hanya tentang karya saja, tapi juga tentang kehidupan



Oleh: M. Ryan Romadhon

Pada 20 Mei sampai 27 Mei lalu, Umar Farq, seorang santri-seniman, telah sukses mengadakan pameran tunggal bertajuk Secrets of Quran”.

Pameran yang bertempat di Play Ground Jogo Kali ini menyuguhkan irisan bentangan doa yang disatukan dalam laku artistiknya bersamaan dengan imaji simbolik spritual dari teks Al-Qur’an.

Secrets of Quran adalah tawaran yang dihadirkan Umar sebagai cara membaca rahasia Al-Quran, sekaligus mempertegas kontemplasinya, serta bagaimana kesantriannya dimunculkan dalam mewarnai identitas pengkaryaannya.


* * *

 

Latar Belakang Karya Living Qur’an Umar Farq

Pada masa kecil, setelah lulus Sekolah Dasar, Umar Farq dititipkan oleh ayahnya untuk nyantri dan sekolah di Pondok Pesantren Al-Iman Bulus, Kec. Gebang, Kab. Purworejo. Sebuah pondok pesantren dengan latar belakang keilmuan Tafsir Al-Qur’an.

Dari pesantren ini, ia mulai mengenal dunia seni rupa lukis, khususnya kaligrafi Al-Qur’an lewat kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan oleh institusi tersebut.

Setelah lulus dari Ponpes Al-Iman, ia kemudian melanjutkan pendidikan seni rupa di ISI Yogyakarta, sembari masih nyantri di Pondok Pesantren Al-Qur’an Nurul Iman di daerah Sorogenen, Yogyakarta.




Dari sini terlihat bahwa budaya kepesantrenan memang sudah melekat di dalam hidupnya sejak lahir. Ayah Umar merupakan alumni Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang, dan setelah dari Tegalrejo, beliau melanjutkan nyantri dan mengabdi di tempat kakek bernama Simbah Ahmad Bin Siraj di salah satu desa di Purworejo, yaitu Desa Jambul.

Di saat ayah Umar mempelajari kitab-kitab kuning dari Simbah Jambul, ayahnya juga mendapatkan banyak ijazah doa-doa, baik itu berbentuk rajah ataupun doa-doa amaliah yang biasa dilakukan oleh kalangan masyarakat Islam.

Melihat bacaan doa-doa ataupun rajah yang ditulis, Umar mulai tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang warisan doa atau rajah-rajah tersebut, yakni doa-doa yang lebih banyak diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an, meskipun ada beberapa doa yang berbahasa Jawa atau Sunda namun di tulis dengan tulisan Jawi (Arab pegon).

Dalam hal ini, Umar melihat secara objektif bahwa doa-doa atau rajah tersebut bisa disebut sebagai bentuk hasil kebudayaan yang berangkat dari ragam proses reaksi manusia terhadap Al-Qur’an (Living Qur’an), dimana manusia meresepsi, mereaksi dan mentransformasikan ayat ke dalam bentuk-bentuk doa dan rajah.

Dari hal tersebut, ia lalu mendapat rangsangan dan ketertarikan untuk mengeksplorasi beragamnya proses interaksi manusia terhadap Al-Qur’an (Living Qur’an) dalam bentuk karya seni.




Adapun Living Qur’an yang Umar maksudkan di sini lebih terkhusus pada penciptaan karya seni yang dilandasi dari Al-Qur’an bersamaan dengan kesadaran kultural yang melekat pada dirinya melalui metodologi resepsi estetik.

Resepsi estetis adalah tentang bagaimana ia menerima dan bereaksi terhadap Al-Qur’an dengan cara menerima, merespon, memanfaatkan atau menggunakannya dengan kerangka metodologis estetika.

Aksi resepsi estetis Umar terhadap Al-Qur’an sejatinya merupakan interaksi antara dirinya sendiri dengan teks Al-Qur’an. 

Resepsi estetisnya terhadap teks Al-Qur’an bukanlah reproduksi arti secara monologis, melainkan proses reproduksi makna yang sangat dinamis antara dirinya dengan teks Al-Qur’an. Proses resepsi estetis merupakan pengejawentahan dari kesadaran intelektual ia sendiri.

Nah, berdasarkan kenyataan itulah, pemilihan Living Qur’an sebagai titik tolak penciptaan seni lukis ini merupakan ikhtiarnya dalam rangka pencapaian nilai-nilai baru seni lukis Islam. 

Selain itu, juga dapat memperkaya khazanah Living Qur’an yang terkhususkan pada proses dialektika Umar dan masyarakat dalam meresepsi Al-Qur’an dan mengaktualisasikannya pada wujud karya seni lukis Al-Qur’an.


Baca Juga: Seminar Pendidikan Kiprah Santri Putri dalam Bahtsul Masa’il Bersama Syarifah Robi’ah Adawiyah Ba’abud

 

Ciri Khas Karya Umar Farq

Ciri khas karyanya memiliki visual abstraksi bertabur aksentuasi potongan ayat Al-Qur’an sebagai penekanan pada konsep dan gagasan estetika kaligrafi Al-Qur’an. 

    Dalam hal ini, Umar memaknai, meresepsi dan mengeksplorasi objek lukisnya yang berasal dari nilai dan eksistensi yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an untuk menjadi sumber ide penciptaannya.

Adapun hasil dari penciptaannya berupa gambaran atas refleksi diri terhadap pengalaman religius yang sudah didapat dan dipelajari.

Dalam gagasan penciptaan karyanya, Umar berusaha menceritakan keragaman cara hidup masyarakat muslim Jawa dalam merespon Al-Qur'an, pencarian spiritualitas dan sufistik Islam Nusantara.

Dalam persepsi Umar Farq, dialektika antara Al-Qur’an dan realitas selalu terjadi dan melahirkan ragam penafsiran. Variasi tafsir ini pada gilirannya menghadirkan wacana dalam ranah pemikiran serta tindakan praksis dalam realitas sosial untuk dapat memenuhi banyak fungsi dalam kehidupan umat Islam.


Baca Juga: IKMA Selenggarakan Workshop Wirausaha Berbasis Online bersama Santri Al-Iman Bulus

 

Tips Menjadi Seniman Menurut Umar Farq

Dalam kesempatan pameran tersebut, Umar Farq juga memberikan beberapa tips bagi seseorang yang ingin menjadi seniman. Adapun beberapa tips tersebut adalah:

  1. Seorang seniman harus sering membaca, agar bertambah wawasannya
  2. Seorang seniman harus sering melihat berbagai macam karya
  3. Seorang seniman harus tahu wacana

 


* * *


Demikianlah hasil wawancara eksklusif tim Bilqolam dengan Umar Farq dalam pameran yang bertajuk “Secrets of Qur’an”. 

    Semoga uraian hasil wawancara eksklusif bersama Umar Farq tersebut bermanfaat dan sedikit mengubah perspektif pembaca mengenai karya seni serta memotivasi para santri Al-Iman lainnya. Selamat membaca. 

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Semoga dapat menginspirasi santri Bulus lainnya.

    BalasHapus
  2. Sangat menginspirasi, keren min.

    BalasHapus