Like Us Facebook

Orang yang Tahu Bahwa Dirinya Tidak Tahu


 

Janganlah sekali-kali merasa bahwa diri kita sudah tahu. Sebab, perasaan seperti itu hanya akan mengantarkan kita kepada puas terhadap ilmu dan menimbulkan kesombongan dalam diri.



Oleh: M. Wildan Taskuri

Manusia merupakan satu-satunya mahluk Tuhan yang diciptakan dengan dilengkapi akal dan pikiran. 

    Hal tersebutlah yang seharusnya menjadikan kita sebagai manusia senantiasa mensyukuri nikmat akal dan pikiran tersebut.


* * *


Seperti halnya firman Allah Swt dalam surat an-Nahl [16]: 78, yang di dalamnya memerintahkan kita agar mensyukuri nikmat yang telah Allah Swt berikan,

 

وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ  ۙ  لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

 

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. an-Nahl [16]: 78)

 

          Mensyukuri salah satu nikmat Tuhan, yakni akal, dapat kita lakukan dengan berbagai macam hal. Seperti halnya menggunakan atau memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. 

    Adapun yang dimaksud dengan ‘sebaik-baiknya’ adalah menggunakan akal tersebut dalam hal-hal positif, yaitu diisi dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.


Baca Juga: Orang yang Tak Tahu Bahwa Dirinya Tidak Tahu (Part 2)


            Akal pada manusia bisa diibaratkan sebagai memori pada alat-alat elektronik. Ketika memori tersebut diisi dengan hal-hal yang bermanfaat, pasti akan berguna bagi orang-orang yang berfikir maju dan mengetahui manfaat dari hal-hal tersebut.

Lain halnya dengan orang yang kurang berfikir maju dan tidak mengetahui manfaat dari hal-hal tersebut, mungkin hal-hal tadi dianggap tidak bermanfaat sama sekali. 

Maka dari itu, guna mengetahui manfaat dari hal-hal yang bermanfaat kita harus berilmu terlebih dahulu.

            Julukan berilmu, merupakan suatu julukan yang diberikan kepada seseorang yang telah banyak menguasai berbagai macam disiplin ilmu. 

    Dengan kata lain, kaya akan pengetahuan. Perlu kita ketahui juga, guna mendapatkan julukan berilmu pasti akan melalui sebuah proses yang dinamakan belajar.


Baca Juga: Semangat Juang dalam Belajar Harus Dikobarkan!

 

Tahu Bahwa Dirinya Tidak Tahu

Dalam mengawali belajar, ada satu hal yang harus kita sadari dan tanamkan dalam diri sejak dini, yakni bahwa pada hakikatnya kita tidak tahu apa-apa.

Kesadaran tidak tahu apa-apa sangat membantu dalam memancing semangat dan usaha untuk menjadi tahu. 

Kesadaran akan tidak tahu apa-apa juga akan memaksa otak untuk menyusun daftar pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan memaksa diri untuk mencari jawabannya.

            Mengawali pembelajaran dengan kesadaran tidak tahu akan sangat berguna bagi kita yang sering kali memiliki perasaan bahwa saya sudah tahu, yang nantinya hanya akan menimbulkan kesombongan dan rasa malas dalam diri. Padahal, sebenarnya masih banyak hal-hal yang belum diketahuinya.

Disisi lain, faktor yang menyebabkan perasaan seseorang beranggapan bahwa aku sudah tahu adalah merasa malu mengakui bahwasanya sebenarnya dirinya tidak tahu atau keliru dalam suatu hal. 

Yang lebih parah lagi, sebenarnya ia menyadari atau mengetahui bahwa dirinya tidak tahu ataupun keliru, dikarenakan takut kehilangan nama baiknya.


* * *

 

Oleh karena itu, janganlah sekali-kali merasa bahwa diri kita sudah tahu. Sebab, perasaan seperti itu hanya akan mengantarkan kita kepada puas terhadap ilmu dan menimbulkan kesombongan dalam diri.

Dan janganlah sekali-kali merasa malu untuk mengakui atas ketidaktahuan dan kesalahan kita, karena dengan tidak mengakui hal tersebut malah hanya akan membuat kita selalu dihantui dengan kegelisahan. 

Padahal, hanya ada satu hal yang menjadi pintu gerbang untuk memasuki ruang ilmu, yaitu merasa tidak tahu atau belum tahu.


Baca Juga:  Handphone Hanyalah Alat, Jangan Mau Diperalat! dan analisis menarik lainnya di kolom UMUM.


Referensi:

  • Sebelum Filsafat, Fahrudin Faiz


Posting Komentar

1 Komentar