Like Us Facebook

Mengikis Stereotip Buruk terhadap Akal Perempuan

 


Kecerdasan seseorang tidak ditentukan dari jenis kelaminnya, akan tetapi dari usaha dan doanya



Oleh: Mohammad Faqih

Pembahasan mengenai perempuan tidak pernah ada habisnya. Kekurangan dan juga kelemahannya seperti terus menerus dicari. 

    Jika memang terdapat kekurangan, maka kekurangan tersebut akan disangkut-pautkan dengan dalih-dalih keagamaan.


* * *


Misalnya saja dalam ranah pesantren, kalau diamati, dalam kompetisi mapel umum, kebanyakan santri yang meraih juara adalah dari kalangan santri putri, namun dalam mata pelajaran pesantren (berbasis kitab kuning) kebanyakan santri putri tidak dapat meraih prestasi sepertihalnya santri putra.

    Sebenarnya, bagaimana hal ini bisa terjadi? Kalau memang secara kodrat kemampuan laki-laki lebih unggul daripada perempuan, tentu perempuan tidak akan memiliki kesempatan untuk meraih prestasi dalam mapel umum.

Dalam literatur klasik (turots), banyak ditemukan ujaran-ujaran yang seakan memarginalkan perempuan, seperti larangan perempuan berpolitik, menjadi hakim, dan menjadi saksi. Semua ujaran tersebut didasarkan pada anggapan lemahnya akal perempuan.

Mengenai kurangnya akal perempuan, Syekh Ali ash-Shobuniy dalam penafsirannya terhadap Surat an-Nisa’ Ayat 34 menerangkan bahwa keunggulan laki-laki atas perempuan terletak pada akalnya.

Selain itu, dalam pandangan Filsafat Aristoteles, seorang laki-laki adalah superior diatas perempuan, karena memang tidak memiliki akal yang cukup untuk mencerna dan memahami.

Dari sini, dapat ditarik kesimpulan bahwa baik secara literatur klasik maupun filsafat, memang memberikan stereotip bahwa akal perempuan lebih rendah daripada laki-laki.


Baca Juga: Artikel Pesantren: Manfaat Mengelana dalam Mencari Ilmu

 

Mengikis Stereotip Buruk terhadap Akal Perempuan

Menanggapi hal tersebut, tentu perlu dikoreksi lebih lanjut apakah memang benar, perempuan adalah makhluk nomor dua dalam ranah akal, atau hanya sekedar stereotip saja.

    Dalam membahas topik ini, perlu kiranya dibahas dengan sudut pandang objektif agar dapat diterima secara logika oleh pihak yang pro terhadap stereotip buruk akal perempuan.

 Selain itu, juga benar-benar memberikan kesadaran bahwasanya kecerdasan seseorang tidak ditentukan dari jenis kelaminnya akan tetapi dari usaha dan doanya.


Faktor Penyebab Stereotip Buruk terhadap Akal Perempuan

Ada beberapa penyebab kemampuan perempuan tidak begitu tampak layaknya laki-laki dalam hal ilmu pesantren (kitab kuning), diantaranya:


1.  1. Kesempatan mereka mempelajari kitab kuning lebih sedikit daripada laki-laki

Hal ini bisa jadi karena laki-laki mendapatkan kesempatan mengaji langsung dengan pengasuh atau karena ada tuntutan-tuntutan lain.


2.  2. Asumsi yang melekat dalam benak santri putri bahwasannya dalam urusan kitab kuning mereka tidak akan dapat mengalahkan laki-laki

Jadi, sehebat apapun seorang guru, namun apabila dalam internal orang tersebut tidak memiliki spirit untuk berjuang, maka ia tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkan.


3.  3. Adanya statement yang melemahkan spirit untuk berjuang lebih, dan mirisnya statement ini keluar dari orang-orang yang disegani


4.   4. Tidak siap menjadi berbeda dari yang lain

Diakui atau tidak, lingkungan juga berpengaruh pada karakter seseorang. 

    Jika hidup dalam lingkungan non pemikir (bodo amat dalam urusan belajar), maka ia perlu kuat mental untuk bertahan di lingkungan yang tidak sesuai dengan karakternya tersebut. 

Apabila ia tidak dapat menguatkan mentalnya, maka ia harus berusaha untuk menyelaraskan dirinya dengan lingkungan agar tidak dianggap aneh, walau itu mematikan pikirannya.


5.   5. Tidak memiliki semangat juang

Hal ini masih mengekor pada asumsi yang sudah mengakar dalam pikiran santri putri “Mereka tidak akan mampu sejajar atau mengungguli santri putra dalam ranah ilmu pesantren”.


6. 6. Tidak memiliki kesempatan menunjukkan kemampuannya di hadapan orang banyak

Hal ini bisa jadi karena kebanyakan orang lebih mengedepankan laki-laki atau karena perempuan yang memiliki kapasitas kecerdasan tinggi tidak memiliki kepercayaan diri pada kemampuannya.


* * *

 

Demikianlah beberapa faktor yang menyebabkan kemampuan perempuan dalam ilmu pesantren (kitab kuning) tidak begitu menonjol layaknya laki-laki. 

Hal yang perlu disadari dan dilanjutkan adalah dengan memanifestasikan adanya perempuan-perempuan cerdas dalam ilmu pesantren karena ada beberapa ilmu agama yang lebih berhak dan lebih aman dari fitnah jika dijelaskan dan disampaikan oleh seorang perempuan.

 

 Wallahu a'lamu bishshowab

 

Baca Juga: Tips & Trik Mengatasi Rasa Bosan, Mengusir Rasa Kantuk dan Malas


Referensi:

  • Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah, Faqihuddin Abdul Kadir.
  • Jangan Mau Jadi Orang Rata-Rata, Ahmad Rifai Rif’an.


Posting Komentar

1 Komentar