Cucurkanlah air mata karena khawatir ketika Romadhon datang kembali, tapi kau telah pergi (sudah meninggal/belum meninggal tapi telah pergi dari sebuah ketaatan).
Oleh: M. Ryan Romadhon
Bulan suci tahun ini tak terasa hampir pergi. Padahal, seakan baru kemarin ia menyapa kita. Ia berjalan seperti angin, berlalu begitu cepat.
* * *
Tapi sayang, kita terlalu santai dan lambat meresponnya, tidak memanfaatkan waktu bersamanya dengan baik.
Bahkan banyak waktu terlewati begitu
saja. Banyak amalan yang luput, kadang kita juga melewati hari-hari Romadhon ini seperti
hari-hari biasa di bulan lain.
Potret Para Sahabat dan Ulama Salaf ketika Berada di Penghujung Romadhon
Dalam kitab Latho'if al-Ma’arif, Imam Ibnu Rojab
al-Hanbaliy, menyatakan bahwa para sahabat dan ulama salaf adalah orang-orang
yang paling antusias dalam menyempurnakan dan melakukan hal terbaik dalam
beramal.
Selain itu, mereka juga antusias agar amalnya diterima, mereka sangat takut apabila amalnya ditolak.
Mereka itulah sekelompok manusia yang
Allah firmankan dalam al-Qur’an melalui firman-Nya,
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ
وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan sesuatu yang telah
mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya
mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. al-Mu’minun: 60)
Oleh karena itu, masih menurut Imam Ibnu Rojab, dahulu, selama enam bulan sebelum datangnya bulan Romadhon, para sahabat berdoa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Romadhon.
Kemudian, selama enam bulan
sesudah Romadhon, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka ketika di bulan
Romadhon.
Renungan Akhir Romadhon: Akankah Bersedih,
dengan Kepergian Kekasih?
Bulan suci Romadhon itu bagaikan seorang kekasih, yang kehadirannya selalu dinantikan dan kepergiannya selalu membuat kesedihan serta kerinduan.
Maka
tidak mengherankan, jika tiba saatnya harus berpisah dengan Romadhon, para
sahabat dan ulama salaf bersedih, berharap agar dapat dipertemukan lagi dengan
bulan Romadhon tahun depan.
Oleh karena itu, Imam Ibnu Rojab, dalam kitab Latho'if
al-Ma’arif-nya berkata,
كَيْفَ لَا تَجْرِيْ لِلْمُؤْمِنِ عَلَى فِرَاقِ رَمَضَان دُمُوْعٌ؟
وَهُوَ لَا يَدْرِيْ هَلْ بَقِيَ لَهُ في عُمرِهِ
إليه رُجُوعٌ
“Bagaimana bisa seorang mukmin tidak
menetes air mata ketika berpisah dengan Romadhon, sementara ia tak tahu pasti, apakah di sisa
umurnya masih bisa berjumpa dengannya.”
Buktikan Kesungguhan Sebuah Perpisahan dengan Sebuah Perbaikan
Akan tetapi yang lebih penting dari pada itu semua adalah jangan sampai ungkapan kesedihan dan tangisan kita dengan perginya bulan Romadhon adalah hanya kepura-puraan saja atau sekedar ikut-ikutan saja.
Kita buktikan kesungguhan perpisahan dengan bulan Romadhon dengan tetap melakukan
ibadah-ibadah yang sudah sering dilakukan di bulan Romadhon atau minimal tidak
kita tinggalkan secara total.
Bahkan Syekh Nawawi al-Bantaniy dalam kitabnya
berjudul Nihayah az-Zain fi Irsyad al-Mubtadi’in, menyatakan bahwa salah
satu dari kesepuluh amaliah sunnah Romadhon adalah melanjutkan amaliah-amaliah yang
telah dilakukan di bulan Romadhon di bulan-bulan berikutnya.
Oleh karena itu, Sayyid Abdulloh al-Haddad
juga pernah berkata,
لا تسكب الدمعات لرحيل رمضان، فرمضان سيعود،
ولكن اسكب الدمعات خشية أن يعود رمضان و أنت راحل
“Kau tak perlu menyucurkan air mata karena kepergian Romadhon, sebab bulan Romadhon pasti akan kembali.
Tapi cucurkanlah
air mata karena khawatir ketika Romadhon datang kembali, tapi kau telah pergi
(sudah meninggal/ belum meninggal tapi telah pergi dari sebuah ketaatan)."
Masih Ada Asa Agar Semua Tak Sia-sia
Sejatinya, sebelum bulan Romadhon pergi,
kita masih mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan target-target yang belum
terlaksana, walaupun waktu yang tersisa begitu singkat, seperti mengkhatamkan al-Qur’an,
memperbanyak shodaqah, dsb.
Kalau diibaratkan, hari-hari akhir Romadhon ini seperti babak final dalam sebuah kompetisi, para peserta semakin sedikit.
Hanya mereka yang bersungguh-sungguh dan istiqomah berhasil lolos dari babak
sebelumnya.
Layaknya seekor kuda pacu, yang mana jika sudah mendekati garis finish, ia akan mengerahkan segenap tenaganya untuk meraih kemenangan.
Sebab itulah, jika kita merasa tak baik dalam menyambut
bulan Romadhon, maka marilah melakukan yang baik di detik-detik perpisahan
dengannya.
Oleh karena itu, Imam Ibnu Rojab, dalam
kitab Latho'if al-Ma’arif-nya berkata,
عباد الله إن شهر رمضان قد عزم على الرحيل،
ولم يبق منه إلا القليل فمن منكم أحسن فيه فعليه التمام، ومن كان فرط فليختمه
بالحسنى، فالعمل بالختام. فاستمتعوا منه فيما بقي من الليالي اليسيرة والأيام، واستودعوا عملا صالحا
يشهد لكم به عند الملك العلام، وودّعوه عند فراقه بأزكى تحية وسلام
Wahai hamba Allah, bulan Romadhon benar-benar ingin pergi. Tidak ada lagi yang tersisa darinya kecuali waktu yang sedikit.
Barangsiapa yang telah melakukan kebaikan selama bulan ini, hendaklah ia menyempurnakannya.
Barangsiapa yang kurang optimal beramal, hendaklah ia
menutup bulan ini dengan baik, karena amalan itu tergantung pada akhirnya.
Manfaatkanlah malam-malam Romadhon yang masih tersisa, serta tabunglah amal sholih yang dapat memberi kesaksian kepadamu nantinya di hadapan Dzat yang Maha Penguasa lagi Maha Mengetahui.
Dan lepaskanlah kepergian bulan Romadhon dengan ucapan salam yang terbaik.
Do’a Akhir Romadhon
Syekh Mutawalli asy-Sya’rowiy (mufassir kontemporer) dalam salah satu kesempatan pernah
berkata dengan mengutip sebuah hadits, bahwa Nabi Muhammad saw. ketika berpisah
dengan bulan suci Romadhon berdo’a sebagai berikut:
أَللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْهُ آخِرَ الْعَهْدِ
مِنْ صِيَامِنَا إِيَّاهُ، فَإِنْ جَعَلْتَهُ فَاجْعَلْنِيْ مَرْحُوْمًا وَ لاَ
تَجْعَلْنِيْ مَحْرُوْمًا.
"Ya Allah, janganlah Engkau jadikan bulan Romadhon tahun
ini sebagai bulan Romadhon terakhir dalam hidupku. Namun, jika Engkau
menjadikannya sebagai Romadhon terakhir bagiku, maka jadikanlah aku sebagai
orang yang Engkau sayangi dan jangan jadikan aku orang yang Engkau
murkai."
Lalu, Syekh Mutawalli asy-Sya’rowiy mengutip riwayat dari sahabat Jabir bin
Abdillah ra. dari Nabi Muhammad saw. bahwa barangsiapa yang membaca doa ini di
malam terakhir bulan Romadhon, maka ia akan mendapatkan salah satu dari dua
kebaikan: yakni menjumpai bulan Romadhon mendatang atau pengampunan dan rohmat
Allah.
Wallahu a’lamu bishshowab
Baca Juga: Artikel Islami: Asal-usul Penamaan Bulan Romadhon
Referensi:
- Latho'if al-Ma’arif, Imam Ibnu Rojab al-Hanbaliy, hal. 375-388, Dar Ibnu Katsir.
- Nihayah az-Zain, Syekh Nawawi al-Bantaniy, hal. 190, Dar al-Kutub al-Islamiyyah.
1 Komentar
Semoga dapat bertemu denganmu lagi, wahai bulan penuh ampunan.
BalasHapus