Like Us Facebook

Di Penghujung Romadhon: Akankah Bersedih, dengan Kepergian Kekasih?



Cucurkanlah air mata karena khawatir ketika Romadhon datang kembali, tapi kau telah pergi (sudah meninggal/belum meninggal tapi telah pergi dari sebuah ketaatan).




Oleh: M. Ryan Romadhon

Bulan suci tahun ini tak terasa hampir pergi. Padahal, seakan baru kemarin ia menyapa kita. Ia berjalan seperti angin, berlalu begitu cepat. 


* * *


Tapi sayang, kita terlalu santai dan lambat meresponnya, tidak memanfaatkan waktu bersamanya dengan baik. 

    Bahkan banyak waktu terlewati begitu saja. Banyak amalan yang luput, kadang kita juga melewati hari-hari Romadhon ini seperti hari-hari biasa di bulan lain.

 

Potret Para Sahabat dan Ulama Salaf ketika Berada di Penghujung Romadhon

Dalam kitab Latho'if al-Ma’arif, Imam Ibnu Rojab al-Hanbaliy, menyatakan bahwa para sahabat dan ulama salaf adalah orang-orang yang paling antusias dalam menyempurnakan dan melakukan hal terbaik dalam beramal.

    Selain itu, mereka juga antusias agar amalnya diterima, mereka sangat takut apabila amalnya ditolak. 

    Mereka itulah sekelompok manusia yang Allah firmankan dalam al-Qur’an melalui firman-Nya,

 

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

 

“Dan orang-orang yang memberikan sesuatu yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. al-Mu’minun: 60)

 

    Oleh karena itu, masih menurut Imam Ibnu Rojab, dahulu, selama enam bulan sebelum datangnya bulan Romadhon, para sahabat berdoa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Romadhon. 

    Kemudian, selama enam bulan sesudah Romadhon, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka ketika di bulan Romadhon.


Baca Juga:  Artikel Islami: Muliakan Bulan Suci, Tingkatkan Kualitas Ngaji


Renungan Akhir Romadhon: Akankah Bersedih, dengan Kepergian Kekasih?

Bulan suci Romadhon itu bagaikan seorang kekasih, yang kehadirannya selalu dinantikan dan kepergiannya selalu membuat kesedihan serta kerinduan. 

    Maka tidak mengherankan, jika tiba saatnya harus berpisah dengan Romadhon, para sahabat dan ulama salaf bersedih, berharap agar dapat dipertemukan lagi dengan bulan Romadhon tahun depan.

    Oleh karena itu, Imam Ibnu Rojab, dalam kitab Latho'if al-Ma’arif-nya berkata,

 

‏كَيْفَ لَا تَجْرِيْ لِلْمُؤْمِنِ عَلَى فِرَاقِ رَمَضَان دُمُوْعٌ؟ 

وَهُوَ لَا يَدْرِيْ هَلْ بَقِيَ لَهُ في عُمرِهِ إليه رُجُوعٌ


“Bagaimana bisa seorang mukmin tidak menetes air mata ketika berpisah dengan Romadhon, sementara ia tak tahu pasti, apakah di sisa umurnya masih bisa berjumpa dengannya.”

 

 

Buktikan Kesungguhan Sebuah Perpisahan dengan Sebuah Perbaikan

Akan tetapi yang lebih penting dari pada itu semua adalah jangan sampai ungkapan kesedihan dan tangisan kita dengan perginya bulan Romadhon adalah hanya kepura-puraan saja atau sekedar ikut-ikutan saja. 

    Kita buktikan kesungguhan perpisahan dengan bulan Romadhon dengan tetap melakukan ibadah-ibadah yang sudah sering dilakukan di bulan Romadhon atau minimal tidak kita tinggalkan secara total.

    Bahkan Syekh Nawawi al-Bantaniy dalam kitabnya berjudul Nihayah az-Zain fi Irsyad al-Mubtadi’in, menyatakan bahwa salah satu dari kesepuluh amaliah sunnah Romadhon adalah melanjutkan amaliah-amaliah yang telah dilakukan di bulan Romadhon di bulan-bulan berikutnya.

    Oleh karena itu, Sayyid Abdulloh al-Haddad juga pernah berkata,

 

لا تسكب الدمعات لرحيل رمضان، فرمضان سيعود، ولكن اسكب الدمعات خشية أن يعود رمضان و أنت راحل

 

“Kau tak perlu menyucurkan air mata karena kepergian Romadhon, sebab bulan Romadhon pasti akan kembali. 

Tapi cucurkanlah air mata karena khawatir ketika Romadhon datang kembali, tapi kau telah pergi (sudah meninggal/ belum meninggal tapi telah pergi dari sebuah ketaatan)."

 

Masih Ada Asa Agar Semua Tak Sia-sia

Sejatinya, sebelum bulan Romadhon pergi, kita masih mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan target-target yang belum terlaksana, walaupun waktu yang tersisa begitu singkat, seperti mengkhatamkan al-Qur’an, memperbanyak shodaqah, dsb.

    Kalau diibaratkan, hari-hari akhir Romadhon ini seperti babak final dalam sebuah kompetisi, para peserta semakin sedikit. 

    Hanya mereka yang bersungguh-sungguh dan istiqomah berhasil lolos dari babak sebelumnya.

    Layaknya seekor kuda pacu, yang mana jika sudah mendekati garis finish, ia akan mengerahkan segenap tenaganya untuk meraih kemenangan. 

    Sebab itulah, jika kita merasa tak baik dalam menyambut bulan Romadhon, maka marilah melakukan yang baik di detik-detik perpisahan dengannya.


    Oleh karena itu, Imam Ibnu Rojab, dalam kitab Latho'if al-Ma’arif-nya berkata,


عباد الله إن شهر رمضان قد عزم على الرحيل، ولم يبق منه إلا القليل فمن منكم أحسن فيه فعليه التمام، ومن كان فرط فليختمه بالحسنى، فالعمل بالختام. فاستمتعوا منه فيما بقي من الليالي اليسيرة والأيام، واستودعوا عملا صالحا يشهد لكم به عند الملك العلام، وودّعوه عند فراقه بأزكى تحية وسلام

 

    Wahai hamba Allah, bulan Romadhon benar-benar ingin pergi. Tidak ada lagi yang tersisa darinya kecuali waktu yang sedikit. 

    Barangsiapa yang telah melakukan kebaikan selama bulan ini, hendaklah ia menyempurnakannya. 

    Barangsiapa yang kurang optimal beramal, hendaklah ia menutup bulan ini dengan baik, karena amalan itu tergantung pada akhirnya.

    Manfaatkanlah malam-malam Romadhon yang masih tersisa, serta tabunglah amal sholih yang dapat memberi kesaksian kepadamu nantinya di hadapan Dzat yang Maha Penguasa lagi Maha Mengetahui.

    Dan lepaskanlah kepergian bulan Romadhon dengan ucapan salam yang terbaik.


Baca Juga:  Sambut Bulan Suci, Mari Bertaubat Sucikan Diri


Do’a Akhir Romadhon

Syekh Mutawalli asy-Sya’rowiy (mufassir kontemporer) dalam salah satu kesempatan pernah berkata dengan mengutip sebuah hadits, bahwa Nabi Muhammad saw. ketika berpisah dengan bulan suci Romadhon berdo’a sebagai berikut:

 

أَللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْهُ آخِرَ الْعَهْدِ مِنْ صِيَامِنَا إِيَّاهُ، فَإِنْ جَعَلْتَهُ فَاجْعَلْنِيْ مَرْحُوْمًا وَ لاَ تَجْعَلْنِيْ مَحْرُوْمًا.

 

"Ya Allah, janganlah Engkau jadikan bulan Romadhon tahun ini sebagai bulan Romadhon terakhir dalam hidupku. Namun, jika Engkau menjadikannya sebagai Romadhon terakhir bagiku, maka jadikanlah aku sebagai orang yang Engkau sayangi dan jangan jadikan aku orang yang Engkau murkai."


Lalu, Syekh Mutawalli asy-Sya’rowiy mengutip riwayat dari sahabat Jabir bin Abdillah ra. dari Nabi Muhammad saw. bahwa barangsiapa yang membaca doa ini di malam terakhir bulan Romadhon, maka ia akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan: yakni menjumpai bulan Romadhon mendatang atau pengampunan dan rohmat Allah.

 

Wallahu a’lamu bishshowab

 

Baca Juga: Artikel Islami: Asal-usul Penamaan Bulan Romadhon


Referensi:

  • Latho'if al-Ma’arif, Imam Ibnu Rojab al-Hanbaliy, hal. 375-388, Dar Ibnu Katsir.
  • Nihayah az-Zain, Syekh Nawawi al-Bantaniy, hal. 190, Dar al-Kutub al-Islamiyyah.


Posting Komentar

1 Komentar

  1. Semoga dapat bertemu denganmu lagi, wahai bulan penuh ampunan.

    BalasHapus