Like Us Facebook

Kisah Romansa Pasangan Sahabat Nabi



Memilih untuk tetap sendiri tanpa menerima siapapun sebagai pengganti dari Abu Darda’ adalah dalil cinta yang sesungguhnya




Oleh: Faizatul Maghfuroh

Kisah romansa menjadi kisah yang bisa dikata paling banyak peminatnya, apa lagi bagi para remaja. 

    Bahkan ketika kita searching  mengenai genre bacaan yang paling diminati, genre romance lah yang menduduki urutan pertama.


* * *


Karena memang genre ini adalah bacaan yang empuk untuk dinikmati, entah karena mirip dengan pengalaman pribadi atau karena kisah percintaannya ingin seperti apa yang dibaca.

Tapi terkadang kisah-kisah yang dimuatnya bisa berdampak kurang baik bagi konsumen, apalagi yang sampai menampilkan action yang berlebihan (18+). 

Namun, meskipun demikian, tak dapat dipungkiri bahwa kisah-kisah romansa masih menjadi pemenang di setiap kalangan, terlebih kalangan remaja.


Baca Juga: Kisah Perjalanan Nyantri Nabi Musa kepada Nabi Khidhir (2): Bertemu dengan Nabi Khidhir


Sudah sangat banyak kisah yang menceritakan tentang cinta yang luar biasa, sampai disetiap negeri hampir ada kisah mengenai ini, seperti kisah Habibie Ainun dari Indonesia, kisah Romeo Juliet dari Itali, Mamu Zaen dari bangsa Kurdi.

Dan yang tidak ketinggalan populernya, yang menjadi rujukan para penyair jika sedang berbicara mengenai tema fenimis, yakni Layla Majnun. Juga yang tidak kalah populer kisahnya, apalagi bagi para santri, ialah kisah Sayyidatina Fatimah az-Zahra dan Sayyidina Ali.

Selain itu, masih ada satu kisah lagi, yang harus kita ketahui karena kisah kesetiaannya yang menyihir, kisah yang berasal dari pasangan sahabat Nabi, kisah yang menjadi ikon “pasangan dunia dan akhirat”

Adalah kisah Sayyidah Ummu Darda' as-Sughro. Seorang perempuan yang kesholihahannya, derajat dan pangkatnya sudah dikenal oleh orang banyak, yang juga disebut-sebut sebagai santri kesayangannya Ummul Mu’minin Sayyidah Aisyah saat belajar Hadits.

Nama aslinya adalah Hujaimah binti Huyay al-Awshabiyah. Ia berasal dari Washshab, sebuah kabilah di Himyar. 

Ia memiliki ikatan yang sangat kuat dengan suaminya, Abu Darda', sahabat Nabi yang tentunya sudah tidak diragukan lagi kesholihannya.

Sebelum menikah dengan Ummu Darda’ as-Sughro, Abu Darda’ menikah dengan Khoirah binti Hadrad. 

Setelah Khoirah wafat, ia meminang Ummu Darda’, oleh karena itu, ia disebut dengan as-Sughro yang artinya “yang lebih kecil” karena untuk membedakan dari istri sebelumnya yang dijuluki dengan Ummu Darda’ al-Kubro.


Baca Juga: Kisah Islami: Cerita Dibalik Turunnya Wahyu Pertama


* * *


Kisah ini berawal kala mereka berdua berbincang-bincang. Kala itu Ummu Darda' berkata, “Dahulu kau pinang diriku pada keluargaku di dunia, lalu mereka menikahkanku denganmu. Sekarang, izinkanlah aku meminang dirimu untuk di akhirat nanti!

Luar biasa! Dengan untaian kata yang indah ini, Ummu Darda’ meminang suaminya agar kelak di akhirat nanti ia dapat bersama suaminya lagi. Sungguh ini adalah ungkapan yang menjadi simbol “pasangan dunia akhirat.”

Menanggapi perkataannya istrinya yang sangat romantis itu, Abu Darda’ berkata, “Jika demikian, maka janganlah menikah setelahku”, yang artinya jangan menikah dengan laki-laki siapapun setelah Abu Darda’.

Pesan Abu Darda’ ini ia pegang eret-erat dan dibuktikan secara nyata, yaitu kala Mu’awiyyah bin Abu Sofyan datang memintanya untuk menjadi istrinya, namun ia tolak permintaan itu.

Ummu darda’ menceritakan percakapan yang pernah terjadi antara dirinya dan suaminya dahulu sebelum wafat, kemudian Ummu Darda’ berkata kepada Mu’awiyyah, “Aku tidak menginginkan seorangpun yang menggantikan Abu Darda’.”

Sungguh bukankah ini bukti kesetiaan cinta yang nyata? Setia yang tidak berhenti di mulut akan tetapi dibutikan secara nyata.

Yang tetap memegang teguh pesan suaminya sampai-sampai sekelas Mu’awiyyah bin Abu Sofyan yang merupakan Amirul Mukminin beliau tolak pinangannya.

Memilih untuk tetap sendiri tanpa menerima siapapun sebagai pengganti dari Abu Darda’ adalah dalil cinta yang sesungguhnya, sebagaimana cuplikan sya’ir berikut yang dikutip dalam kitab Roudhoh al-Muhibbin wa Nazhah al-Musytaqin:

 

فكما العقل واحد ليس يدري         خالقا غير واحد رحمان

فكذا القلب واحد ليس يقوى          غير فرد مباعد أو مدان

هو في شرعة المودة ذو شك        ك بعيد من صحة الإيمان

 

Sebagaimana akal seseorang tidak mengenal,

selain Pencipta Yang Maha Esa yaitu Tuhan Yang Maha Rohman

Begitu pula halnya dengan cinta seseorang,

tidak data mencintai selain satu orang baik yang dekat maupun yang jauh

Hati yang mendua dalam peraturan cinta,

masih dirahukan kebenarannya lagi jauh dari kepercayaan 


Baca Juga: Kisah Pertemuan Nabi Muhammad Saw dengan Halimah binti Abi Dzuaib as-Sa’diyyah dan sajian perjalanan serta pelajaran hidup dari para tokoh lainnya, yang terbukti menginspirasi lintas generasi di rubrik KISAH.

Posting Komentar

0 Komentar