Dari berbagai bunyi alam yang itu, akhirnya Allah SWT menganugerahkan sebuah ilmu baru kepada Imam Kholil, yakni ilmu timbangan sya’ir yang diberi nama dengan ilmu ‘Arudh dan Qowafi.
Oleh: M. Ryan Romadhon
Imam Sibawaih mempunyai sejarah hidup yang
sangat menakjubkan, terlebih dalam perjalanan intelektualnya menggeluti bidang
gramatika bahasa Arab.
Beliau mempunyai guru yang bernama Imam
Kholil bin Ahmad al-Farohidi, seorang yang sangat alim dalam bidang Nahwu
sekaligus pencipta ilmu ‘Arudh (ilmu timbangan syi’ir) yang populer itu.
Imam Kholil juga dikenal sebagai pengarang
kitab al-‘Ain, kitab atau kamus bahasa Arab pertama yang muncul di permukaan
bumi.
Imam Sibawaih berguru kepada Imam Kholil
selama beberapa tahun lamanya bersama seorang teman seperguruannya yang bernama
Imam Asmu’i.
Imam Sibawaih adalah seorang yang jenius.
Hal ini terbukti dalam beberapa kesempatan ketika beliau pernah berdebat sengit
dengan gurunya dan tak jarang Imam Kholil (sang guru) dibuat kewalahan oleh
muridnya yang satu ini.
* * *
Dalam sebuah hikayat, diceritakan bahwa
karena saking jeniusnya, Imam Sibawaih telah melebihi keilmuan sang guru,
sehingga banyak murid-murid Imam Kholil yang pindah dan memilih berguru kepada
Imam Sibawaih ketimbang dirinya.
Kisah Pengembaraan yang Menginspirasi Munculnya Ilmu 'Arudh dan Qowafi
Kejadian tersebut berawal setelah Imam
Sibawaih pamit kepada Imam Kholil pasca beberapa lama berguru kepada beliau.
Kepamitan beliau membuat sang guru yang ikhlas itu sedih dan sedikit putus asa.
Dipuncak kesedihannya tersebut, Imam Kholil melarikan diri dari kediamannya, lalu mengembara dengan tujuan yang tidak jelas.
Namun meskipun demikian, dalam pengembaraannya itu, beliau masih
berharap kepada Allah agar memberikan suatu ilmu baru kepadanya sebagai
tambahan ilmu dari ilmu seorang murid yang telah ‘mengalahkannya’ tersebut, yaitu Imam
Sibawaih.
Dalam perjalanan pengembaraan itu, Imam Kholil menemukan berbagai pengalaman baru.
Baca Juga: Kisah Perjalanan Nyantri Nabi Musa kepada Nabi Khidhir (3): Perjalanan Ilmiah bersama Nabi Khidhir
Banyak peristiwa-peristiwa alam yang
terjadi di sekitar beliau berupa aneka bunyi yang beraneka ragam, seperti bunyi
desiran ombak di pantai, bunyi kicauan burung yang bersaut-sautan di udara,
bunyi angin yang berhembus dengan lembut di telinga orang yang dirundung sedih
dan pilu.
Dari berbagai bunyi alam yang itu, akhirnya
Allah SWT menganugerahkan sebuah ilmu baru kepada Imam Kholil, yakni ilmu
timbangan sya’ir yang diberi nama dengan ilmu ‘Arudh dan Qowafi.
Ilmu itu mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat besar, khususnya dalam dunia sastra Arab yang kebanyakan penduduknya sangat hobi dengan sya’ir.
Nah, untuk menguji kebenaran sya’ir yang mereka buat agar terasa elegan didengar di telinga, maka dibutuhkanlah suatu ilmu yang mengatur dan menyelaraskannya.
Ilmu itu tak lain dan tak bukan adalah ilmu ‘Arudh dan Qowafi, dimana beliau lah yang dianggap sebagai orang yang pertama kali menciptakan ilmu tersebut dan tidak dimiliki oleh muridnya (Imam Sibawaih).
Dengan ini, hilanglah segala keputusasaan Imam Kholil yang selama
ini menggerogoti hatinya.
* * *
Apa itu Ilmu 'Arudh & Qowafi?
‘Arudh sendiri adalah salah satu disiplin ilmu cabang dari ilmu Lughoh al-‘Arobiyyah (bahasa Arab) yang
digunakan untuk mengidentifikasi keshohihan suatu sya’ir Arab, baik klasik maupun kontemporer.
Disiplin ilmu
ini dicetuskan oleh Imam Ahmad bin Kholil Al-Farohidi (100-170 H). Sedangkan ilmu Qowafi adalah
ilmu yang digunakan untuk menimbang keselarasan akhir bait dari suatu sya’ir atau nadzhom.
Kedua displin ilmu ini secara morfologi
bagaikan disiplin ilmu Nahwu dan Shorof bagi sya’ir Arab. ‘Arudh membahas
bangunan sya’ir, sedangkan Qowafi
membahas akhir dari tiap-tiap bagian sya’ir.
* * *
Demikianlah salah satu kisah mengenai pengembaraan Imam Kholil yang menginspirasi beliau memunculkan ilmu 'Arudh dan Qowafi. Semoga kita dapat memetik pelajaran dari kisah tersebut.
Wallahu a'lamu bishshowab
Referensi:
- Buku Imam Sibawaih: Sang Pakar Ilmu Nahwu karya Abu An’im, hal. 45-47.
0 Komentar