Like Us Facebook

Kisah Pengembaraan yang Menginspirasi Munculnya Ilmu 'Arudh dan Qowafi

 



Dari berbagai bunyi alam yang itu, akhirnya Allah SWT menganugerahkan sebuah ilmu baru kepada Imam Kholil, yakni ilmu timbangan sya’ir yang diberi nama dengan ilmu ‘Arudh dan Qowafi.



Oleh: M. Ryan Romadhon

Imam Sibawaih mempunyai sejarah hidup yang sangat menakjubkan, terlebih dalam perjalanan intelektualnya menggeluti bidang gramatika bahasa Arab.

    Beliau mempunyai guru yang bernama Imam Kholil bin Ahmad al-Farohidi, seorang yang sangat alim dalam bidang Nahwu sekaligus pencipta ilmu ‘Arudh (ilmu timbangan syi’ir) yang populer itu.

    Imam Kholil juga dikenal sebagai pengarang kitab al-‘Ain, kitab atau kamus bahasa Arab pertama yang muncul di permukaan bumi.

    Imam Sibawaih berguru kepada Imam Kholil selama beberapa tahun lamanya bersama seorang teman seperguruannya yang bernama Imam Asmu’i.

    Imam Sibawaih adalah seorang yang jenius. Hal ini terbukti dalam beberapa kesempatan ketika beliau pernah berdebat sengit dengan gurunya dan tak jarang Imam Kholil (sang guru) dibuat kewalahan oleh muridnya yang satu ini.


* * *


    Dalam sebuah hikayat, diceritakan bahwa karena saking jeniusnya, Imam Sibawaih telah melebihi keilmuan sang guru, sehingga banyak murid-murid Imam Kholil yang pindah dan memilih berguru kepada Imam Sibawaih ketimbang dirinya.


Kisah Pengembaraan yang Menginspirasi Munculnya Ilmu 'Arudh dan Qowafi

Kejadian tersebut berawal setelah Imam Sibawaih pamit kepada Imam Kholil pasca beberapa lama berguru kepada beliau. Kepamitan beliau membuat sang guru yang ikhlas itu sedih dan sedikit putus asa.

    Dipuncak kesedihannya tersebut, Imam Kholil melarikan diri dari kediamannya, lalu mengembara dengan tujuan yang tidak jelas. 

    Namun meskipun demikian, dalam pengembaraannya itu, beliau masih berharap kepada Allah agar memberikan suatu ilmu baru kepadanya sebagai tambahan ilmu dari ilmu seorang murid yang telah ‘mengalahkannya’ tersebut, yaitu Imam Sibawaih.

    Dalam perjalanan pengembaraan itu, Imam Kholil menemukan berbagai pengalaman baru. 


Baca Juga: Kisah Perjalanan Nyantri Nabi Musa kepada Nabi Khidhir (3): Perjalanan Ilmiah bersama Nabi Khidhir


    Banyak peristiwa-peristiwa alam yang terjadi di sekitar beliau berupa aneka bunyi yang beraneka ragam, seperti bunyi desiran ombak di pantai, bunyi kicauan burung yang bersaut-sautan di udara, bunyi angin yang berhembus dengan lembut di telinga orang yang dirundung sedih dan pilu.

    Dari berbagai bunyi alam yang itu, akhirnya Allah SWT menganugerahkan sebuah ilmu baru kepada Imam Kholil, yakni ilmu timbangan sya’ir yang diberi nama dengan ilmu ‘Arudh dan Qowafi.

    Ilmu itu mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat besar, khususnya dalam dunia sastra Arab yang kebanyakan penduduknya sangat hobi dengan sya’ir. 

    Nah, untuk menguji kebenaran sya’ir yang mereka buat agar terasa elegan didengar di telinga, maka dibutuhkanlah suatu ilmu yang mengatur dan menyelaraskannya. 

    Ilmu itu tak lain dan tak bukan adalah ilmu ‘Arudh dan Qowafi, dimana beliau lah yang dianggap sebagai orang yang pertama kali menciptakan ilmu tersebut dan tidak dimiliki oleh muridnya (Imam Sibawaih). 

    Dengan ini, hilanglah segala keputusasaan Imam Kholil yang selama ini menggerogoti hatinya.


* * *


Apa itu Ilmu 'Arudh & Qowafi?    

Arudh sendiri adalah salah satu disiplin ilmu cabang dari ilmu Lughoh al-‘Arobiyyah (bahasa Arab) yang digunakan untuk mengidentifikasi keshohihan suatu syair Arab, baik klasik maupun kontemporer.

    Disiplin ilmu ini dicetuskan oleh Imam Ahmad bin Kholil Al-Farohidi (100-170 H). Sedangkan ilmu Qowafi adalah ilmu yang digunakan untuk menimbang keselarasan akhir bait dari suatu sya’ir atau nadzhom.

    Kedua displin ilmu ini secara morfologi bagaikan disiplin ilmu Nahwu dan Shorof bagi sya’ir Arab. Arudh membahas bangunan sya’ir, sedangkan Qowafi membahas akhir dari tiap-tiap bagian sya’ir.


* * *


    Demikianlah salah satu kisah mengenai pengembaraan Imam Kholil yang menginspirasi beliau memunculkan ilmu 'Arudh dan Qowafi. Semoga kita dapat memetik pelajaran dari kisah tersebut.


Wallahu a'lamu bishshowab


Baca Juga: Kisah Perjalanan Nyantri Nabi Musa kepada Nabi Khidhir (1): Awal Mula Perjalanan dan sajian perjalanan serta pelajaran hidup dari para tokoh lainnya yang terbukti menginspirasi lintas generasi di rubrik KISAH.

 

Referensi: 

  • Buku Imam Sibawaih: Sang Pakar Ilmu Nahwu karya Abu An’im, hal. 45-47.


Posting Komentar

0 Komentar