Like Us Facebook

Berfilsafat sampai Akhirat



Konsep berpikir seperti inilah yang dapat mengantarkan orang tersebut untuk bisa memahami hakikat kehidupan ini bahkan akhirat.



Oleh: Raffi Annafi

Apakah Filsafat dapat mengantarkan manusia pada hakikat akhirat? Pastinya pertanyaan tersebut sering muncul di benak kita para manusia, bukan? 

    Nah, sebelum mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, kiranya perlu diketahui terlebih dahulu, apa sih sebenarnya mahluk bernama Filsafat tersebut?


* * *

 

Apa itu Filsafat?

Bicara tentang Filsafat di era ini, tentunya tidak serta merta seseorang dapat memvonis secara praktis bahwa Filsafat merupakan hal yang kompleks untuk dipahami. 

    Dewasa ini, Filsafat juga menjadi bahan pembicaraan yang fenomenal baik di kalangan intelektual maupun para agamawan. Sehingga tidak jarang hal ini menyebabkan banyak kontroversi dalam merepresentasikan Filsafat itu sendiri.

Ada yang menganggapnya sebagai kunci yang harus diilhami manusia untuk menjalani kehidupan yang sesaat, bahkan juga ada kaum yang melaknat Filsafat dan menganggapnya sebagai makhluk sesat dan menyesatkan.

   Maka dari itu, pengenalan lebih dalam tentang subtansi Filsafat sangat diperlukan, guna menepis prasangka dan mengikis kekeliruan para kaum yang menyesatkan Filsafat tersebut.

   Padahal, sejatinya filsafat itu sendiri merupakan alat atau instrumen yang dapat mengantar manusia guna memahami subtansi kehidupan ini.

 

Filsafat: Sebuah Alat Guna Memahami Substansi Kehidupan

Dalam mencapai hal tersebut, tentunya ada beberapa rangkaian proses yang harus dilalui oleh seseorang. Menurut Fahrudin Faiz dalam bukunya yang berjudul “Sebelum Filsafat”, mengungkapkan bahwa rangkaian proses tersebut adalah:

  1. Mulailah dari posisi kesadaran “tidak tahu”,
  2. Baca dan telaah kajian filsafat secara mendalam,
  3. Carilah waktu dan situasi terbaik,
  4. Tekunilah isu filosofis apapun yang menarik, dan
  5. Akrabkan diri dengan gagasan-gagasan para filosof sebelumnya.

Dengan demikian, hal di atas kiranya merupakan hal yang sangat urgen bagi para penjelajah kebenaran untuk mencapai pemahaman tentang hakikat kehidupan ini.

Seorang Filosof, Betrand Russel menyatakan, “Mereka yang tidak pernah hanyut dalam aliran Filsafat akan menjalani hidupnya terpenjara dalam prasangka-prasangka yang lahir dari anggapan umum, dari kepercayaan-kepercayaan pada satu era atau satu negara, serta dari keyakinan-keyakinan yang berkembang dalam pikirannya tanpa disertai dan dipahami dulu melalui akal sehatnya secara merdeka.”

 

Hubungan antara Filsafat dengan Agama

Di sisi lain, sebagai umat Islam, tentunya kita telah diperintahkan untuk menggunakan akal kita dalam setiap hal. Namun, meskipun demikian, ada batasan-batasan tersendiri tentang suatu yang tidak bisa dijangkau oleh akal, akan tetapi hanya bisa dijangkau oleh hati.

Banyak juga yang berpandangan bahwa Filsafat dan agama bagaikan “kucing dan anjing” yang tidak dapat disatukan. Apakah premis tersebut dapat dibenarkan? Tentu saja tidak.

Namun, walaupun demikian, perlu digaris bawahi bahwa meskipun Filsafat dan agama merupakan instrumen dalam ihwal mencari kebenaran, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa keduanya merupakan hal yang sangat berbeda.

Dalam Filsafat, terdapat hal-hal yang tidak dapat terjangkau olehnya, yakni segala “misteri” yang hanya terdapat dalam agama dan misteri tersebut hanya bisa disikapi dengan perspektif agama yakni dengan percaya atau tidak. Baik secanggih apapun penjelasan Filsafat terhadap agama namun hal tersebut masih bisa dibantah.

Hal di atas juga selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Henry Bergerson seorang Filsuf Perancis (1859-1941 M). Ia mengemukakan bahwa akal merupakan kelanjutan logis dari panca indera. 

Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa lapangan kerja akal bukanlah lapangan hati, maksudnya lapangan kerja Filsafat bukanlah lapangan kerja agama begitu juga sebaliknya.

Tapi, tidak menutup kemungkinan keduanya dapat diintegrasikan pada sesuatu yang apabila dicari tahu kebenaranya lewat jalan agama dan Filsafat, maka tidak bertentangan dengan keduanya (agama dan Filsafat).

Konsep berpikir seperti inilah -yakni memadukan rasionalitas dengan keimanan- yang nantinya dapat membuahkan hasil yaitu suatu kebenaran yang Insyaalloh dapat mengantarkan orang tersebut untuk bisa memahami hakikat kehidupan ini bahkan akhirat.

 

Manfaat Filsafat dalam Kehidupan

Begitu banyak sebenarnya manfaat Filsafat dalam kehidupan ini yang sering dilupakan, salah satunya dengan berfilsafat seseorang akan menjadi lebih kritis dan lebih teruji hidupnya seperti kata pepatah, “An unexamined live is not worth living” (Hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak berharga).


* * *


Demikianlah uraian singkat tentang mahluk bernama Filsafat. Semoga uraian singkat tersebut bermanfaat. Wallohu A’lam.

Referensi:

  • Sebelum Filsafat, karya Fahrudin Faiz.
  • Filosof Juga Manusia, karya Fahrudin Faiz.
  • Islam yang Saya Pahami, karya Prof. Dr. Quraish Shihab.

Posting Komentar

0 Komentar