Orang sabar adalah salah satu golongan yang diistimewakan oleh Allah, jadi syarat untuk masuk ke golongan tersebut juga bermacam-macam.
Oleh: Purnama Adji
Ujian dan cobaan adalah hal yang tidak bisa dihindari, siapa pun tidak bisa terlepas darinya. Tetapi, itulah yang membuat kehidupan menjadi berwarna.
Sedangkan kesabaran adalah salah satu hal yang sangat
kita butuhkan dalam menghadapi badai cobaan yang menerpa,
agar kita tidak berburuk sangka kepada Allah SWT terhadap segala ketentuan-Nya.
Macam-macam Cobaan
Ada banyak sekali cobaan yang Allah turunkan ke dunia ini,
seperti yang tertera pada surat al-Baqoroh
ayat 155:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ
وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ
الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: "Kami pasti akan menguji kalian dengan ketakutan dan
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai
Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang sabar." (QS. al-Baqoroh: 155)
Imam Nashiruddin Abi Tholib Abdillah bin Umar al-Baidhowiy, dalam kitab
tafsirnya, yakni Tafsir al-Baidhowiy, menukil pendapat Imam Syafi’i, berkata bahwa al-khouf (rasa takut)
yang dimaksud dari ayat
tersebut adalah takut kepada Allah, al-Ju’
(kelaparan) berarti puasa Romadhon, an-Naqshu min al-amwal (kekurangan
harta) ialah memberi shodaqoh dan membayar zakat, sedangkan an-Naqshu min
al-anfus (kekurangan jiwa) ialah sakit. Dan an-Naqshu min al-tsamarat
(kekurangan buah-buahan) adalah kematian anak.
Selain itu, beliau juga menjelaskan bahwasannya Allah SWT. memberikan
kekurangan tersebut dengan tujuan untuk meringankan beban manusia, sekaligus
menegaskan bahwa rohmat Allah tidak jauh dari manusia.
Lebih jauh, menurut beliau, ditimpakannya musibah terhadap manusia, merupakan sebuah nisbat terhadap apapun yang menimpa kepada orang-orang yang durhaka di akhirat kelak.
Allah juga telah memberi tahu
mereka tentang hal itu sebelum itu terjadi sehingga mereka bisa menenangkan
diri.
Golongan Orang-orang yang Bersabar
Dibalik cobaan tersebut, Allah telah memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.
Lalu, siapakah yang termasuk dari golongan orang-orang yang bersabar? Dan kabar gembira apakah itu?
Allah Swt menjawab dalam firmannya QS. al-Baqoroh
ayat 156-157,
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ
قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ (156) أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَٰتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ
وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُهْتَدُونَ(157)
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un”. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqoroh:
156-157)
Yang dimaksud orang yang bersabar adalah mereka yang ketika
terkena musibah mengucapkan kalimat istirja’ (inna lillahi wa inna
ilaihi raji’un).
Tetapi apakah cukup hanya dengan mengucapkan kalimat istirja’ bisa menjadi termasuk golongan orang-orang yang bersabar? Tentu saja tidak cukup.
Orang sabar adalah salah satu golongan yang diistimewakan oleh Allah, jadi syarat untuk masuk ke golongan tersebut bukan hanya sebatas mengucapkan istirja’ dengan lisan saja, tetapi juga harus dengan hati serta membayangkan sesuatu yang telah diciptakan dan semua akan kembali kepada Allah.
Serta mengingat nikmat yang telah Allah berikan agar ia melihat bahwasannya apa yang Allah berikan adalah berlipat ganda dari apa yang ia berikan kepada Allah.
Balasan bagi Orang yang Bersabar
Lalu, balasan yang Allah janjikan kepada orang yang bersabar adalah ampunan dan nikmat dari-Nya, sehingga mereka
mencapai derajat orang yang mendapatkan hidayah.
Selain dari yang telah disebutkan di atas, tentunya masih banyak cobaan yang Allah turunkan kepada manusia.
Sebagai orang yang beriman hendaknya
kita senantiasa berlatih untuk bersabar, karena selagi
kita hidup pasti banyak cobaan yang menghadang.
Referensi:
- Tafsir Jalalain, Imam Jalaluddin al-Mahalliy dan Imam Jalaluddin as-Suyuthiy, Dar al-‘Ilm, hal. 32.
- Tafsir al-Baidhowiy, Imam Nashiruddin Abi Tholib Abdillah bin Umar al-Baidhowiy, DKI, juz. 1, hal. 181-182.
0 Komentar