Like Us Facebook

Akulturasi dan Toleransi Budaya yang Dicontohkan Nabi


 

Nabi saw. tidak mempersalahkan pagelaran budaya. Terbukti beliau melihat pertunjukan tersebut bersama istrinya dan menegur dua sahabatnya yang ingin membubarkan pertunjukan itu.



Oleh: Kafa Billah

Setiap masyarakat atau bahkan sebuah komunitas tentu memiliki norma-norma dan budaya yang menjadi ciri khasnya sendiri

    Terkadang, dalam jarak yang dekat, daerah satu dengan daerah yang lain bisa terjadi sebuah perbedaan dalam budayanya. Perbedaan budayanya pun juga tidak terlalu jauh. 

    Maka dari itu, perbedaan inilah yang menjadi adat-istiadat setiap daerah atau kelompok masing-masing yang dipegang teguh dan berperan penuh dalam setiap lini kehidupannya.


* * *


   Dalam hal ini, Islam bukanlah agama yang kaku, melainkan fleksibel dan dapat berbaur baik dengan masyarakat sekitar. 

    Namun, budaya suatu daerah tak sepenuhnya dapat diterima oleh agama ini. Budaya yang baik justru menjadi sandaran etika baik yang merupakan salah satu ajaran utama dalam Islam.


Akulturasi dan Toleransi Budaya yang Dicontohkan Nabi Muhammad saw.

Nabi Muhammad saw. sendiri bukanlah pribadi yang menolak mentah-mentah peran budaya masyarakat.

Diceritakan pada suatu hari, beliau saw. dan Sayyidah Aisyah ra. mendengarkan dua budak perempuan kaum Anshor yang sedang menyenandungkan lagu kebanggaan yang pernah mereka lantunkan pada perang Bu`ats.

Lalu Sayyidina Abu Bakar datang dan berkata, “Apakah pantas seruling setan berada di kediaman Rosululloh?”

Mendengar ucapan sahabatnya, Rosululloh pun menegurnya seraya berkata, ”Biarkan mereka berdua, Wahai Abu Bakar! Setiap kaum memiliki hari raya dan sekarang adalah hari raya kita”.

    Pada waktu yang lain juga, serombongan orang dari Habasyah (sekarang Ethiopia) datang ke Madinah dan menunjukan kebolehannya dalam berakrobatik. Mereka memperlihatkan keahliannya dalam bermain pedang dan tameng di depan orang-orang.


Baca Juga: Kisah Kelahiran Nabi Muhammad Saw: Prosesi Kelahiran dan Bukti Kerasulan Saat Kelahiran Beliau


    Saat Nabi Muhammad saw. melihat ketertarikan Sayyidah Aisyah. Beliau lalu mengajak Sayyidah Aisyah untuk melihatnya. “Aku mengiyakan ajakan Rasulullah. Beliau menutupi badanku dari pandangan orang-orang. Aku pun menonton pertunjukkan itu di sisi beliau, sampai pipi kami bersentuhan.kenang Sayyidah Aisyah.

   Di sisi lain, ketika melihat pertunjukan itu, Sayyidina Umar menghampiri rombongan orang Habasyah dan bersiap untuk melempari batu agar mereka menghentikan pertunjukkan itu. 

    Nabi dan orang sekitar yang hadir di sana mencegahnya dan berkata, “Biarkan mereka, Wahai Umar!”


* * *


   Dari dua kisah tersebut, bisa disimpulkan bahwasanya Nabi Muhammad saw. tidak mempersalahkan pagelaran budaya dalam waktu tertentu. 

   Terbukti beliau melihat pertunjukan tersebut bersama istrinya dan menegur dua sahabatnya yang ingin membubarkan pertunjukan itu.

  Namun, meskipun demikian, tidak semua budaya dapat diterima oleh Islam. Nabi Muhammad saw. pernah menentang budaya yang bersifat khurofat dan takhayyul serta bertentangan dengan nilai-nilai syariat. 

    Beliau mengajak manusia untuk menggunakan akal sehatnya dan tidak menerima warisan budaya nenek moyang secara mentah- mentah.


Wallahu a'lamu bishshowab


Baca Juga: Kisah Islami: Adam, Nabi yang Langsung Dinikahkan Tuhan dan sajian perjalanan serta pelajaran hidup dari para tokoh lainnya yang terbukti menginspirasi lintas generasi di rubrik KISAH.

 

Referensi:

  • Muslim bin Ismail al-Hajjaj an-Naisaburiy, Shohih Muslim, hlm. 266
  • Muhammad bin Isma'il al-Bukhori, Shohih Bukhori, hlm. 162


Posting Komentar

0 Komentar