Nabi saw. tidak mempersalahkan pagelaran budaya. Terbukti beliau melihat pertunjukan tersebut bersama istrinya dan menegur dua sahabatnya yang ingin membubarkan pertunjukan itu.
Oleh: Kafa Billah
Setiap masyarakat atau bahkan sebuah komunitas tentu memiliki norma-norma dan budaya yang menjadi ciri khasnya sendiri.
Terkadang, dalam jarak yang dekat, daerah satu dengan daerah yang lain bisa terjadi sebuah perbedaan dalam budayanya. Perbedaan budayanya pun juga tidak terlalu jauh.
Maka dari itu,
perbedaan inilah yang menjadi adat-istiadat setiap daerah atau kelompok masing-masing yang dipegang teguh dan
berperan penuh dalam setiap lini kehidupannya.
* * *
Dalam hal ini, Islam bukanlah agama yang kaku, melainkan fleksibel dan dapat berbaur baik dengan masyarakat sekitar.
Namun, budaya suatu
daerah tak sepenuhnya dapat diterima oleh agama ini. Budaya yang baik justru
menjadi sandaran etika baik yang merupakan salah satu ajaran utama dalam Islam.
Akulturasi dan Toleransi Budaya yang Dicontohkan Nabi Muhammad saw.
Nabi
Muhammad saw. sendiri bukanlah pribadi yang menolak mentah-mentah
peran budaya masyarakat.
Diceritakan pada suatu hari, beliau saw. dan
Sayyidah Aisyah ra. mendengarkan dua budak perempuan kaum Anshor yang sedang menyenandungkan
lagu kebanggaan yang pernah mereka lantunkan pada perang Bu`ats.
Lalu Sayyidina Abu Bakar datang dan berkata, “Apakah
pantas seruling setan berada di kediaman Rosululloh?”
Mendengar ucapan sahabatnya, Rosululloh pun
menegurnya seraya berkata, ”Biarkan mereka berdua, Wahai Abu Bakar!
Setiap kaum memiliki hari raya dan sekarang adalah hari raya kita”.
Pada
waktu yang lain juga, serombongan orang dari Habasyah (sekarang Ethiopia)
datang ke Madinah dan menunjukan kebolehannya dalam berakrobatik. Mereka memperlihatkan
keahliannya dalam bermain pedang dan tameng di depan orang-orang.
Baca Juga: Kisah Kelahiran Nabi Muhammad Saw: Prosesi Kelahiran dan Bukti Kerasulan Saat Kelahiran Beliau
Saat
Nabi Muhammad saw. melihat ketertarikan Sayyidah Aisyah. Beliau
lalu mengajak Sayyidah Aisyah untuk melihatnya. “Aku mengiyakan ajakan
Rasulullah. Beliau menutupi badanku dari pandangan orang-orang. Aku pun
menonton pertunjukkan itu di sisi beliau, sampai pipi kami bersentuhan.” kenang Sayyidah Aisyah.
Di sisi lain, ketika melihat pertunjukan itu, Sayyidina Umar menghampiri rombongan orang Habasyah dan bersiap untuk melempari batu agar mereka menghentikan pertunjukkan itu.
Nabi dan orang sekitar yang hadir di sana mencegahnya dan berkata, “Biarkan mereka, Wahai Umar!”
* * *
Dari dua kisah tersebut, bisa disimpulkan bahwasanya Nabi Muhammad saw. tidak mempersalahkan pagelaran budaya dalam waktu tertentu.
Terbukti beliau melihat pertunjukan tersebut bersama istrinya dan
menegur dua sahabatnya yang ingin membubarkan pertunjukan itu.
Namun, meskipun demikian, tidak semua budaya dapat diterima oleh Islam. Nabi Muhammad saw. pernah menentang budaya yang bersifat khurofat dan takhayyul serta bertentangan dengan nilai-nilai syariat.
Beliau mengajak manusia untuk
menggunakan akal sehatnya dan tidak menerima warisan budaya nenek moyang secara
mentah- mentah.
Referensi:
- Muslim bin Ismail al-Hajjaj an-Naisaburiy, Shohih Muslim, hlm. 266
- Muhammad bin Isma'il al-Bukhori, Shohih Bukhori, hlm. 162
0 Komentar