Like Us Facebook

Kisah Majelis Ilmu Nahwu Habib Ali yang Didatangi Nabi



Kehadiran Nabi Muhammad dalam majelis Habib Ali tersebut memberi nilai lebih terhadap ilmu Nahwu yang selalu beliau kaji.




Oleh: Abil Chusna

Melihat atau mendengar penggalan sholawat Maulid Simthudduror yang disusun oleh Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi tentunya sudah tak asing lagi bagi kita sebagai pelajar Muslim. 

    Mengenai sekilas biografi beliau, kami pernah menyajikannya dengan judul “Dari Habib Ali al-Habsyi hingga Haul yang Pasti Dihadiri Nabi”.

   Adapun salah satu karya beliau, yakni kitab maulid Simthuduror, kami juga pernah mengulasnya dengan judul "Review Kitab Maulid Simthuduror".


* * *


Sebagai tokoh yang begitu dikenal karena karyanya, perjalanan ketika beliau menuntut ilmu tentu menjadi pembahasan yang menarik. 

Tak ubahnya ulama lain yang begitu mencintai dan mendalami ilmu Nahwu, Habib Ali juga termasuk di antara mereka.

Cerita-cerita yang berasal dari kalangan para ulama ini, selalu menambah keutamaan ilmu Nahwu dibandingkan ilmu-ilmu lainnya. 

Salah satu cerita itu juga datang dari Habib Ali. Kitab as-Sanatir karya Kiai Musa Musthofa bin Shofi bin Musa at-Tamaniy menceritakan bagaimana hubungan Habib Ali dengan ilmu Nahwu.

Habib Ali al-Habsyi merupakan salah satu ulama yang sangat menyukai ilmu Nahwu. Karena begitu besarnya rasa suka dan cintanya itu, setiap bakda Shubuh, seakan sudah menjadi hal wajib bagi beliau, untuk memulai pelajaran yang akan beliau kaji dengan ilmu ini.

Beliau pernah berkata, “Setiap hari saya memulai pelajaran dengan lafadz Qoma Zaidun.” 

Yang mana yang dimaksud oleh beliau sebenarnya yaitu memulai pelajaran dengan ilmu Nahwu. Ucapannya ini tentu turut menunjukkan keutamaan ilmu Nahwu itu sendiri.


Baca Juga: Kisah Perjalanan Nyantri Nabi Musa kepada Nabi Khidhir (2): Bertemu dengan Nabi Khidhir


Cerita lain yang datang dari beliau adalah ketika beliau tengah membuka majelis ilmu di masjid Hanbal, di tanah Hadhromaut. 

Di tempat itu, beliau memiliki banyak murid, karena banyak yang menyukai cara penyampaiannya. 

Para muridnya senantiasa mendengarkan majelis yang ia gelar dengan duduk tenang seraya menyandarkan badan mereka pada tiang-tiang yang ada di dalam masjid.

Suatu ketika, salah satu dari muridnya tersebut merasa sangat mengantuk, lalu datanglah sekelompok orang yang menarik perhatiannya. 

Mereka berjumlah tiga orang, wajah-wajah mereka bagaikan rembulan. Yang berada di depan adalah pemimpin mereka.

Karena keterpanaannya, Habib Ali membiarkan orang pertama dan kedua lewat begitu saja. 

Beliau pun segera menggenggam ujung pakaian yang dikenakan oleh orang yang terakhir kali melewatinya.

 Habib Ali bertanya padanya, “Siapakah kalian bertiga?”

“Orang yang pertama melewatimu tadi adalah Nabi Muhammad saw. dan orang yang setelahnya adalah Ali bin Abi Tholib.”

Lalu, siapakah dirimu?”

“Saya adalah Hasan bin Ali.”

Habib Ali pun bertanya lagi, “Ke mana kalian ingin pergi?”

“Kami datang untuk menghadiri suatu majelis yang diampu oleh Habib Ali.”

Ketika mendengar pernyataan Hasan bin Ali tersebut, Habib Ali pun berkata, “Selama Nabi Muhammad saw. menghadiri majelisku, aku tak pernah memperhatikannya.”


* * *


Kehadiran Nabi Muhammad dalam majelis Habib Ali tersebut memberi nilai lebih terhadap ilmu Nahwu yang selalu beliau kaji. Sehingga tidak diragukan lagi keutamaan dan keunggulan yang dimiliki oleh ilmu tersebut.


Baca Juga:  Kisah Islami: Cerita Dibalik Turunnya Wahyu Pertama dan sajian perjalanan serta pelajaran hidup dari para tokoh lainnya yang terbukti menginspirasi lintas generasi di rubrik KISAH.


Referensi:

  • Kitab as-Sanatir, hal. 27 

Posting Komentar

0 Komentar