Bahkan, kala beliau diserang kantuk ataupun sakit, beliau segera minum obat dan stamina agar segera pulih kembali, kemudian melanjutkan membaca buku lagi.
Oleh: Faizatul Maghfuroh
Ibnu Sina, atau Avicenna, adalah sang bapak kedokteran, ilmuan, pujangga, dan seorang filsuf besar dunia.
Julukan-julukan tersebut tentunya tidak berlebihan jika dinisbatkan kepada beliau, melihat
bahwa semua itu terbukti nyata.
* * *
Ketekunan Ibnu Sina dalam Menggeluti Ilmu
Sedari kecil, kehidupan beliau sudah dipenuhi dengan kecintaannya terhadap ilmu. Di usianya yang masih lima tahun, beliau sudah mulai menghafal al-Qur’an, lalu pada usia 10 tahun sudah menguasai al-Qur’an, dilanjutkan mempelajari logika dan Matematika.
Pada usia 16 tahun, beliau sudah dapat
memecahkan masalah pengobatan melalui eksperimen dan meraih gelar dokter ahli,
dan pada usia 17 tahun berhasil menyembuhkan penyakit Sultan Bukhoro, yakni Nuh
Ibnu Manshur.
Dari julukan-julukan di atas, kita juga dapat mengetahui bahwa beliau tidak hanya menguasai satu fan ilmu saja.
Kemasyhuran
beliau dengan keahliannya dalam bidang kedokteran tidak menutup kemungkinan atas penguasannya terhadap ilmu-ilmu agama seperti Tafsir,
Fiqh,
Ushuluddin,
Tasawuf
dan lain sebagainya, yang semua itu sudah beliau beliau lahap di usia
10 tahun.
Ibnu Sina lahir dari keluarga pegawai pemerintah. Ayahnya, Abdullah adalah orang yang mampu dan berpangkat, juga tergolong orang yang berpengetahuan. Hal inilah yang menciptakan lingkungan dan kultur yang baik untuk masa kecil Ibnu Sina.
Terlepas dari itu, kecerdasan Ibnu Sina
ini juga karena kegigihan dan ketekunan beliau dalam menggeluti fan ilmu.
Aktivitas Keseharian Ibnu Sina
Diantara kebiasaan beliau, bila merasa kesulitan dalam memecahkan masalah, beliau segera berwudhu, kemudian menuju masjid untuk melakukan sholat dan berdoa kepada Allah.
Beliau memohon ditunjukkan jalan keluar untuk memahami maupun
memecahkan berbagai persoalan pelik yang sedang dihadapinya.
Tak berhenti sampai situ, saat sudah sangat mengantuk dan akhirnya tertidur.
Sampai-sampai masalah-masalah yang ingin dipecahkan beliau terbawa ke dalam mimpinya, sehingga masalah-masalah pelik tersebut dapat terpecahkan dan menjadi jelas saat beliau bangun tidur.
Ibnu Sina, Sang Pembaca dan Penulis yang Ulung
Selain itu, beliau juga memiliki kebiasaan menulis dan membaca
buku. Bahkan, kala beliau diserang kantuk ataupun
sakit, beliau segera minum obat dan stamina agar segera pulih kembali,
kemudian melanjutkan membaca buku lagi.
Membaca menjadi kegiatan wajib baginya. Sejak kecil, hari-harinya tidak kosong dari membaca.
Seperti kala beliau mendapatkan peluang untuk menikmati
lautan buku di perpus kuno milik istana Sultan Bukhoro.
Telah disinggung di awal, bahwa pada usia 17 tahun beliau berhasil menyembuhkan penyakit Sultan Bukhoro, hingga beliau diberi penghargaan untuk menetap di istana, setidaknya selama sang sultan masih dalam proses penyembuhan.
Namun
beliau menolaknya dengan halus, sebagai gantinya beliau hanya meminta izin
untuk menggunakan perpustakaan kesultanan yang kuno dan antik.
Di samping itu, beliau adalah orang yang memiliki daya kritis yang luar biasa.
Secara otodidak, beliau mendalami
ilmu kedoteran secara terus-menerus, melakukan penelitian dan praktik
pengobatan, hingga menjadi seorang dokter yang termasyhur pada zamannya.
Tidak sekedar membaca dan menyelidiki saja, namun beliau juga menuliskan apa yang diketahuinya, baik dalam bentuk tulisan lepas, risalah, maupun buku.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian hidupnya
dihabiskan untuk menulis buku.
Kesibukannya dari tugas sehari-hari tidak menjadikannya luruh dari
menulis, sampai-sampai beliau dikenal sebagai seseorang yang sangat produktif. "Ibnu
Sina adalah seorang pujangga yang paling mengagumkan dan seorang pengarang yang
paling menarik tulisannya," komentar Musthafa Luthfi Jum'ah.
Setiap harinya, Ibnu Sina tidak pernah absen dari menulis 50 halaman buku, hingga tidak mengherankan jika diusianya yang masih muda, beliau telah menelurkan sekitar 250 buku.
Ada juga yang mengatakan bahwa Ibnu Sina menulis
sekitar 450 karya, sekitar 240 diantaranya masih
bertahan. Adapun diantara karyanya yang paling monumental adalah al-Qonun fi att-Thibb.
Kebiasaan Ibnu Sina
yang mengagumkan ini, mengingatkan penulis akan Hadits Nabi saw yang berbunyi:
قيِّدُوا
العِلمَ بالكِتابِ
“Jagalah ilmu dengan menulis.”
Juga sya’ir Imam Syafi’i, yang berbunyi:
الْعِلْمُ
صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدُهُ * قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَهْ
فَمِنَ
الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الْخَلاَئِقِ
طَالِقَهْ
Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya
Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat
Termasuk apa pun yang Anda rasakan
Setelah itu kamu lepas begitu saja.
Demikian sekilas biografi Ibnu Sina, sang pembaca dan penulis yang ulung. Semoga dengan membaca sosok Ibnu Sina tersebut, kita lebih giat lagi dalam membaca
dan menulis. Amin
Baca Juga: Biografi Imam Fakhruddin ar-Roziy, Sang Pembela Ajaran Ahlussunnah wa al-Jama'ah dan sajian perjalanan serta pelajaran hidup dari para tokoh lainnya yang terbukti menginspirasi lintas generasi di rubrik BIOGRAFI TOKOH.
Referensi:
- Buku “Ibnu Sina: Ilmuwan, Pujangga, Filsuf Besar Dunia”, karya Ahmad Ridlo SU
0 Komentar