Like Us Facebook

Kisah Perjalanan Nyantri Nabi Musa kepada Nabi Khidhir (4): Penjelasan dari Pelajaran Nabi Khidhir

 


Dengan ini, ulama Ahlussunnah mengakui akan kenabian Khidhir, namun sebagian yang lain berbeda pendapat tentang kenabiannya.



Oleh: M. Ryan Romadhon

Melanjutkan kisah perjalanan sebelumnya, Nabi Khidhir berkata, "Adapun kapal yang telah aku tenggelamkan adalah milik sekelompok orang miskin. Ia adalah sumber rizki dan penghidupan mereka.

    Oleh karena itu, aku membuat cacat kapal itu, sampai penguasa negara mereka yang dzolim yang selalu menyita kapal, menguasai harta manusia dengan cara paksa dan dzolim enggan mengambilnya.


* * *


Sedangkan anak yang aku bunuh itu adalah anak yang kedua orang tuanya sholeh dan beriman. Namun, anak itu menyimpan potensi untuk mendorong dan mencelakakan orang tuanya kepada kekufuran, penyimpangan dari jalan Allah dan mendorongnya pada perilaku yang jelek.

Maka aku ingin Tuhanmu SWT. menggantinya untuk kedua orang tua itu anak yang lebih baik daripada anak tersebut, yaitu anak yang suci dalam i'tiqad, baik perilakunya, kasih sayang dan taat pada kedua orang tua, sehingga kedua orang tuanya memperoleh kelegaan dari anak yang semacam ini.

Kemudian dinding yang aku perbaiki dan aku perbaharui bangunannya itu adalah milik dua orang anak yatim dari penduduk desa tersebut.


Di bawah dinding tersebut ada harta simpanan mereka berdua dan orang tuanya adalah orang yang sholeh.


Tuhanmu menghendaki agar mereka sampai pada usia dewasa dan masih bisa menemukan serta mengeluarkan harta simpanan itu untuk dirinya.


Baca Juga: Kisah Perjalanan Nyantri Nabi Musa kepada Nabi Khidhir (1): Awal Mula Perjalanan


*  * *


Kesimpulan

Apabila kita perhatikan semua hal tersebut, kita akan tahu bahwa Allah SWT memuliakan anak-anak sebab kesholehan orang tuanya, sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:


وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا


Artinya: "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS. an-Nisa: 9)


Begitu juga Allah SWT memuliakan orang tua sebab kesholehan anak-anak mereka dan menuangkan kepada mereka kebaikan-kebaikan di kubur mereka sebab doa anak-anak mereka yang sholeh, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah saw.


إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له


Artinya: "Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara yaitu: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat serta doa anak yang sholeh."


Baca Juga: Kisah Perjalanan Nyantri Nabi Musa kepada Nabi Khidhir (2): Bertemu dengan Nabi Khidhir


Selanjutnya, jika dinding itu roboh, niscaya penduduk desa yang jahat itu akan merampas harta ke dua anak yatim yang masih kecil itu.


Para mufassir berpendapat bahwa Nabi Khidhir as. membangun tembok tersebut dengan kokoh sehingga tidak akan roboh sebelum kedua anak yatim itu mencapai usia dewasa.


Lalu Nabi Khidhir pun berkata, "Wahai Musa, ketahuilah bahwa setiap yang kulakukan ini ada aturannya, dan sesungguhnya ini aku perbuat atas perintah dan ilmu dari Allah SWT."


Dengan ini, ulama ahlussunnah mengakui akan kenabian Khidhir, namun sebagian yang lain berbeda pendapat tentang kenabiannya.


Kemudian Khidhir menghampiri Musa as. lalu dia beranjak pergi dan menyampaikan salam kepada Musa. Setelah mengucapkan salam, dia berlalu dan Musa kembali melalui jalan di mana ia datang. 


Musa telah belajar banyak kepada hamba sholeh ini sebagaimana di-Firman-kan oleh Allah SWT:


وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا


Artinya: "Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. al-Isra': 85)


Baca Juga: Kisah Perjalanan Nyantri Nabi Musa kepada Nabi Khidhir (3): Perjalanan Ilmiah bersama Nabi Khidhir


Allah SWT juga berfirman:


وَفَوْقَ كُلِّ ذِى عِلْمٍ عَلِيمٌ


Artinya: "Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui." (QS. Yusuf: 76).



Wallahu a’lamu bishshowab


Baca Juga: Kisah Islami: Adam, Nabi yang Langsung Dinikahkan Tuhan dan sajian perjalanan serta pelajaran hidup dari para tokoh lainnya, yang terbukti menginspirasi lintas generasi di rubrik KISAH.

 
Referensi:

  • Qishosh al-Qur’an, Syekh Bakr Muhammad Ibrahim, hal. 50-72.

Posting Komentar

0 Komentar