Like Us Facebook

Cerpen: Generasi Edan

 


Belajarlah pada ulama-ulama terdahulu, dimana mereka sangat mengasihi kepada makhluk Allah yang lain. Lele juga termasuk makhluk Allah lho. Catat itu baik-baik.




Oleh: Irwan Asnawi

“Ah, mereka kembali berulah” gumamku.

Kembali terulang sebuah kejadian yang menimpa kaumku ini. Sebenarnya apa salah kami hingga kami terasa hina begini. 


* * *


Tak ada yang mau sekedar menyapa lalu tersenyum. Bukannya membersihkan, mereka malah dengan tega mengotori kami.

    Aku masih ingat saat salah satu diantara mereka dengan tega mengatakan, “Pelampiasanku akan kutuntaskan di sini”

Aduh-aduh, apa mereka tidak merasa bahwa aku di sini juga punya rasa? Dasar!

    Aku katakan pada kalian. Kalian tidak boleh semena-mena. Apalagi, sudah banyak tertulis dan terpampang berbagai tulisan di sana. Dilarang inilah, dilarang itulah.

    Kebiasaan buruk kalian harus segera diubah. Semenjak bertambah dari kalian yang sering berkunjung, kami semakin cepat berkabung, mengeluarkan mayat-mayat tak berdosa. 

    Itu bukan salah kami, apalagi salah Tuhan, bukan. Itu ulah kalian.


* * *


    Lihatlah, buka mata kalian baik-baik. Bagaimana kalian dapat bersuka ria mengguyurkan air, meninggalkan banyak zat kimia di asrinya tempat tinggal kami. 

    Kami tak pernah mengganggu kalian, bahkan banyak dari kami yang menguntungkan perut-perut kalian. 

    Namun, apa balasan dari kalian yang kami dapat? Dengan tega kalian malah diam-diam membunuh kami.

    Tak sadarkah ulah kalian telah menghilangkan banyak nyawa dari kami, hah?

    Ayolah, kita dapat hidup damai tanpa mengganggu habitat kita satu sama lain bukan?


Baca Juga: Cerpen: Ambyar


* * *


    Masih tergambar jelas dalam benak saat dari kalian malah berlama-lama di sana. Menikmati segala angan dan bersenandung ria dalam tawa. 

    Bukankah sebagian dari kalian sudah banyak yang menasehati? Bahkan aku, yang saat itu masih kecil dapat mengingatnya dengan baik.

    “Sudahlah, jangan diulangi lagi. Jangan mandi di area ini. Kasihan lele-lele di sini. Lihat, mereka banyak yang mati. Sisa air sabun kalian lah penyebabnya. 

    Mereka tidak tahan dengan air sabun, detergen, pasta gigi dan zat kimia lain. Wong kalian jika minum zat kimia itu juga tidak mau bukan? Sama. Mereka juga begitu.”

    Namun apa daya, sebagian dari kalian malah menimpali, “Lha wong cari air untuk mandi susah, kan di situ tidak terlalu mengantri”.

Hello, kalian kan masih bisa mandi di tempat lain, tidak di sini. Toh, jika kalian tidak mandi juga tidak berdosa bukan?

    Ayolah, kalian sebenarnya juga masih bisa mandi di pagi-pagi buta agar tidak banyak mengantri. Kalian juga masih bisa mandi saat ishoma atau di waktu yang lain. 

    Di saat semua orang tertelap dalam mimpi atau saat semua orang tenggelam dalam rutinitasnya.


* * *


    Belajarlah pada ulama-ulama terdahulu, dimana mereka sangat mengasihi kepada makhluk Allah yang lain. Lele juga termasuk makhluk Allah lho. Catat itu baik-baik.

    Belajarlah kembali, kalian masih bisa tampil keren tanpa harus mandi. Masih ada alternatif lain, berwudhulah maka kalian akan bersinar. Jika tidak di dunia, maka kalian akan bersinar saat di akhirat. Percayalah.”

     Masih tidak sadar juga? Harusnya kalian diciptakan jadi lele saja! Dasar!


* * *


Baca Juga: Cerpen: Parto dan Lila Menggapai Tuhan dan sajian cerpen menarik lainnya, untuk menjadi teman ngopi, guna mencari inspirasi di kolom CERPEN.


Posting Komentar

0 Komentar