Hanya saja, di masa belajarnya, beliau gemar membaca berita dan kisah para pengaku Nabi seperti Musailamah al-Kadzdzab, Sujah, Aswad al-Ansi dan Thulaihah al-Asdi
Oleh: Kafa Billah
Muhammad bin Abdul Wahhab adalah pendiri aliran Wahabisme yang berketurunan Bani Tamim penganut madzhab Hanbali. Beliau lahir pada tahun 1115 H (1703 M) dan wafat pada tahun 1206 H (1792 M).
Banyak
versi yang mengatakan bahwasannya beliau lahir dari keluarga yang penuh ilmu, sholih
dan istiqomah. Ayah dan kakeknya merupakan ulama` dan wujaha’ (pemimpin
sekelompok kaum).
* * *
Keluarga Muhammad bin Abdul Wahhab
Muhammad bin Abdul Wahhab lahir dari keluarga
terpandang dari Madzhab Hanbali. Kakeknya, yaitu Syekh Sulaiman bin Ali adalah
kepala ulama Najd di masanya.
Sedangkan ayahnya, yakni Syekh Abdul Wahhab
merupakan tokoh besar yang menjadi qodhi di Uyainah selama 14 tahun, mulai dari
tahun 1125 H dan kemudian pindah ke Huraimala pada tahun 1139 H, lalu menjadi
qodhi di Huraimala sampai tahun 1153 H.
Pamannya, yakni Ibrohim bin Sulaiman merupakan
seorang khotib terkenal. Sedangkan pamannya yang lain merupakan tokoh ahli ilmu
yang terkenal.
Perjalanan Intelektual Muhammad bin Abdul Wahhab
Umar Ridha Kahhalah dalam kitabnya, Mu`jam al-Muallifin menyebutkan peta perjalanan intelektual Muhammad bin Abdul Wahhab.
Beliau pernah dua kali pergi ke Hijaz lalu tinggal beberapa waktu di
Madinah dan belajar kepada ulama di sana. Setelah itu, beliau mengunjungi Syam,
lalu memasuki Bashroh (Irak) dan kembali ke Najd, tinggal di Huraimala, lalu
pindah ke Uyainah.
Guru-Guru Muhammad bin Abdul Wahhab
Dalam
kitab `Unwan al-Majd fi Tarikh an-Najd disebutkan bahwasannya selama di
Makkah dan Madinah, beliau berguru kepada dua orang Syekh, yakni Syekh Muhammad
Hayat as-Sindi al-Hanafi dan Syekh Abdullah bin Ibrahim bin Saif.
Di Hijaz, Muhammad bin Abdul Wahhab berguru kepada Syekh Sulaiman al-Kurdi asy-Syafi`i. Hal ini juga disebutkan oleh Syekh Ahmad Zaini Dahlan dalam kitab ad-Duror as-Saniyyah.
Bahkan, bisa jadi guru yang didatanginya bisa lebih banyak, mengingat pada saat itu Hijaz merupakan tempat yang diidolakan oleh seluruh pelajar muslim di seluruh penjuru dunia.
Adapun keseluruhan perjalanan belajar dan mereka yang pernah ditemui oleh Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai guru dicatat dalam kitab `Ulama Najd, adalah sebagai berikut:
- Syekh Abdul
Wahhab (ayahnya sendiri)
- Syekh Syihabuddin
al-Maushili (qodhi Bashroh)
- Syekh Hasan
Islambuli (qodhi Basrah)
- Syekh Abdullah
bin Muhammad bin Abdullatif asy-Syafi`i
- Syekh Zainuddin
al-Maghrobi
- Syekh Hasan
at-Tamimi
- Syekh Muhammad Hayat as-Sindi al-Hanafi
- Syekh Muhammad al-Majmu`i
- Syekh Yusuf Alu Saif
- Syekh Abdullah bin Ibrahim bin Saif
Hanya
saja, di masa belajarnya, beliau gemar membaca berita dan kisah para pengaku Nabi
seperti Musailamah al-Kadzdzab, Sujah, Aswad al-Ansi dan Thulaihah al-Asdi.
Begitulah tuturan dari Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan.
Awal Mula Lecutan Vonis Bid'ah
Menurut versi yang mendukung Wahabisme disebutkan bahwasannya ketika Muhammad bin Abdul Wahhab berada di kota Madinah, beliau melihat banyak umat Islam di sana yang menurutnya tidak menjalankan syari’at dan berbuat syirik.
Salah satunya gara-gara mengunjungi makam Nabi atau makam seorang tokoh agama untuk memohon do’a atau sesuatu kepada makam dan penghuninya tersebut.
Hal ini
dianggapnya sangat bertentangan dengan ajaran Islam karena meminta selain
kepada Allah SWT.
Dari Hijaz, beliau lalu pergi ke Irak. Di Irak, beliau mengecam praktik-praktik tertentu yang dianggap syirik dan bid`ah. Beliau bermaksud berdakwah sesuai keinginannya.
Namun, meskipun demikian, dakwahnya kurang bersinar bahkan menemui
banyak rintangan dan halangan dari ulama' setempat yang lebih tangguh. Beliau
juga mendapat tekanan dari sebagian ulama setempat yang dituduh “sesat”
darinya.
Selama berada di Irak, Muhammad bin Abdul Wahhab melihat banyak orang menghormati makam Imam Ali dan Imam Husein.
Di Bashroh, beliau
juga memusuhi orang-orang yang memuliakan makam Imam Ali.
Walhasil,
Muhammad bin Abdul Wahhab akhirnya diusir dan kembali ke Huraimala. Di sini, beliau mengkritik
praktik-praktik yang olehnya disebut sebagai bid'ah,
lalu menyusun sebuah kitab yang bernama Kitab at-Tauhid.
Baca Juga: Biografi Imam ath-Thabari, Ulama yang Sangat Produktif Berkarya
Pada tahun 1139 H (1726 M), ayahnya
berpindah dari Uyainah ke Huraimala. Pada saat itu juga Muhammad bin Abdul
Wahhab ikut serta dengan sang ayah dan belajar kepadanya. Hanya saja Muhammad bin Abdul Wahhab masih
meneruskan penentangan-penentangan secara keras terhadap amalan-amalan agama di
Najd yang dianggapnya syirik.
Hal ini yang
menjadi pemicu pertentangan antara penduduk Najd dan juga kepada ayahnya sendiri. Keadaan tersebut
terus berkelanjutan hingga tahun 1153 H (1740 M) di saat ayahnya wafat.
Ketika berada di Uyainah, Muhammad bin Abdul Wahhab melakukan gerakan yang membuat kerusakan alam dan situs-situs sekitar.
Diantaranya disebutkan oleh Ibnu Ghannam dalam kitab Tarikh Najd yaitu menghancurkan kubah para syuhada’ dan kuburan, menghancurkan syajaroh adz-dzaib, syajaroh qariwah, pohon-pohon besar yang menyimpan cadangan air yang cukup banyak juga dihancurkan dengan alasan menghidupkan sunnah dan menghancurkan bid`ah.
Menurut Ensiklopedi Oxford, disebutkan bahwasannya sejak umur dua puluhan tahun, Muhammad bin Abdul Wahhab memang sudah memiliki kecenderungan untuk mencela praktik-praktik masyarakat muslim dan menganggap hal tersebut syirik, sampai sang ayah dipecat dari jabatan hakim dan meninggalkan Uyainah ke Huraimala.
Begitu juga ketika Muhammad bin Abdul Wahhab masih di Uyainah (selepas keluarganya
pergi Huraimala), banyak
ulama' yang mengkritiknya hingga ia pergi ke Hijaz.
Disebutkan dari versi pengusung Wahabisme, bahwasanya banyak manusia yang berdoa kepada para aulia' dan sholihin dan inilah yang dipersepsikannya sebagai pembenaran terhadap pelarangan tawassul, istighosah, dsb.
Sedangkan pelakunya dianggap melakukan praktik Jahiliah, ahli bid'ah, dsb. Yang kemudian dihabisi secara kejam meskipun mereka
sejatinya muslim yang bersyahadat dan mengakui rukun Islam yang berjumlah lima.
Karya-Karya Muhammad bin Abdul Wahhab
Tentu
saja tidak cukup jika hanya berdakwah saja. Beliau juga menulis kitab yang
berjudul Muallafat asy-Syaikh al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab yang dibagi ke dalam beberapa jilid dan bagian, diantaranya:
1. Kitab at-Tauhid
2. Kasyf asy-Syubhat
3. Tsalatsah al-Ushul
4. Al-Qowaid al-Arba`
5. Kitab ath-Thoharoh
Dan masih banyak lagi karya beliau yang
tidak dapat kami sampaikan di sini.
* * *
Demikianlah, sekilas biografi Muhammad bin Abdul Wahhab, sang pendiri aliran Wahabisme dan awal mula lecutan vonis bid'ah dari beliau.
Referensi:
- Nur Khalik Ridwan, Sejarah Lengkap Wahhabi
- Umar Ridha Kahhalah, Mu`jam al-Mu`allifin Tarajim Mushannifi al-Kutub al-`Arabiyah, hal. 472-473.
- Khairudin a-Zirkili, Al-A`lam Qamus Tarajim li Asyhari ar-Rijal wa an-Nisa` min al-`Arab wa al-Musta`ribin wa al-Mustasyriqin, hal. 257.
- Abdullah bin Abdurrahman bin Shalih Alu Basyam, Ulama` Najd. hal. 130-131.
- Ahmad Zaini Dahlan, Ad -Durar as-Saniyah fi ar-Radd `ala al-Wahhabiyah, hal. 46.
- John L. Esposito (Ed.), Ensiklopedia Oxford Dunia Islam Modern Jilid 2, hal. 237.
- Husain bin Ghannam, Tarikh Najd, hal. 84.
- Muhammad bin Abdul Wahhab, Mu`allafat asy-Syaikh al-Imam Muhammad bin `Abdul Wahhab.
0 Komentar