Teori evolusi tersebut sangat bertentangan dengan kepercayaan kebanyakan orang pada saat itu, yang mempercayai bahwa manusia mempunyai asal-muasal diciptakan oleh Tuhan
Oleh: Sabiq Muhammad
Dewasa ini, sains merupakan suatu hal yang
memiliki kedudukan yang tinggi di mata kebanyakan orang. Sains dianggap sebagai
suatu hal yang bergengsi karena kekuatan-kekuatan baru yang diberikan.
* * *
Dalam dunia Sains, suatu hal dikatakan benar apabila memiliki bukti-bukti yang nyata. Maka dari itu, Sains dianggap sebagai wujud dari kebangkitan rasional manusia.
Sains bisa memiliki bentuk yang beragam.
Mulai dari teknologi, teori, dsb. Dan salah satu buah daripada sains adalah teori evolusi Darwin.
Apa itu Teori Evolusi Darwin?
Teori Darwin adalah
teori evolusi biologi yang dikembangkan oleh ilmuwan asal Inggris, Charles
Darwin. Menurutnya, semua
spesies dari organisme muncul dan berkembangbiak melalui seleksi alam dari
varietas kecil yang diwariskan turun-temurun guna meningkatkan kemampuan
individu dalam bertahan hidup, bersaing, dan berkembangbiak.
Perjalanan teorinya bermula dari ekspedisi
H.M.S. Beagle untuk memetakan pesisir Amerika Selatan, Kepulauan Falkland, dan
Kepulauan Galapagos. Ekspedisi ini merupakan tugas militer yang diutus oleh
Royal Navy –angkatan laut Inggris– pada 1831.
Selain membawa peleton, kapal tersebut juga mengikutsertakan ahli Geologi untuk mempelajari formasi-formasi geologis yang mungkin mereka temui di perjalanan. Setelah mereka mengirimkan penawaran-penawaran kepada para ahli Geologi yang ada, Darwin akhirnya menyambar kesempatan itu.
Darwin dalam ekspedisinya tersebut mengumpulkan data
empiris dan merumuskan wawasan-wawasan yang kemudian melahirkan teori evolusi.
Setelah membuat catatan-catatan mengenai segala hal yang diamati, Darwin kemudian meyakini bahwa spesies-spesies di bumi ini tidak dalam bentuk langsung jadi, tetapi berevolusi sepanjang sejarah geologis bumi.
Baca Juga: Artikel Pesantren: Pentingnya Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi
Selain itu, Darwin juga mempelajari “An
Essay on the Principle of Population” karya Thomas Malthus untuk mengetahui apa
yang menyebabkan terjadinya evolusi.
Yang mengejutkan, ternyata tidak hanya Darwin yang memiliki pemikiran semacam ini. Seorang ahli alam Inggris –yang saat itu berada di Hindia Timur– Alfred Russel Wallace memiliki pandangan yang sama dengan Darwin.
Wallace mengirimkan
teorinya kepada Darwin untuk mendapatkan komentar dan pandangan mengenai hal
tersebut. Dan apabila diteliti, secara esensial teori Wallace persis dengan apa
yang diyakini oleh Darwin.
Kontroversi Teori Evolusi Darwin
Hal tersebut jelaslah mengundang kontroversi di khalayak umum. Karena teori evolusi tersebut sangat bertentangan dengan kepercayaan kebanyakan orang pada saat itu, yang mempercayai bahwa manusia mempunyai asal-muasal diciptakan oleh Tuhan.
Bahkan, orang-orang pada saat itu –khususnya di
lingkungan Darwin tinggal– menganggap bahwa percaya kepada teori Darwin
merupakan hal yang dapat menggerogoti jiwa religius seseorang.
Hal
serupa pun terjadi di lingkungan kita. Orang-orang di sekitar kita sulit untuk
mempercayai eksistensi teori Darwin tersebut. Tentunya hal itu merupakan sebuah
keniscayaan, lantaran bagaimana mungkin kita mempercayai bahwa semua spesies di
bumi ini berevolusi sesuai dengan hukum alam tanpa adanya campurtangan Tuhan?
Baca Juga: Artikel Pesantren: The Nun
Dalam kitab
Mafatih al-Ghoib, Imam Fakhruddin ar-Roziy mengatakan
bahwa adanya manusia yang memiliki sifat-sifat yang berbeda –baik itu fisik
maupun non-fisik– adalah buah karya Tuhan Yang Maha Kuasa, bukan pengaruh dari
sifat bawaan dan musabbab suatu alasan.
Pendapat Imam Fakhruddin ar-Roziy ini
merupakan argumen yang bertentangan dengan teori evolusi Darwin –yang
menyatakan bahwa makhluk hidup berevolusi berdasarkan seleksi alam.
Pendapat Imam Fakhruddin ar-Roziy ini dikuatkan oleh banyaknya ahli Biologi di seluruh dunia yang memiliki pendapat yang sama, yakni adanya kompleksitas biologis membuktikan bahwa pastilah ada pencipta yang merancang semua rincian biologis tersebut.
Maka, semua peristiwa
yang Darwin amati dan teliti tidak mungkin terjadi sebab hukum alam itu
sendiri, tetapi Tuhanlah yang mengatur semua itu.
Sebagai contoh kecil, dalam dunia yang memiliki kemajuan teknologi ini, robot menjadi suatu proyek yang diminati banyak ilmuwan, lantaran robot merepresentasikan keunggulan teknologi dan Sains.
Pada zaman sekarang, banyak hal yang dapat dilakukan robot seperti halnya manusia, bahkan berinteraksi dengannya. Namun adanya semua itu, mustahil jika robot berjalan dengan sendirinya. Tentunya dibutuhkan program yang berjalan di dalamnya. Dan di balik semua itu, dibutuhkan adanya programer yang mengatur program tersebut.
Maka, tidaklah mungkin adanya alam ini dan semua
hukum yang bekerja di dalamnya menafikan keberadaan Sang Pengatur.
* * *
Namun, meskipun demikian, kita tidak perlu juga menafikan eksistensi teori Darwin tersebut. Karena itu
adalah buah karya Sains Biologi, dan menurut Sains Biologi manusia tidak
diciptakan, melainkan berevolusi.
Kita tidak perlu menganggap teori tersebut sebagai omong kosong belaka. Cukup jadikan teori tersebut sebagai khazanah keilmuan untuk memperluas wawasan kita. Kita bisa saja menerima bahwa spesies di bumi berubah seiring berputarnya jarum jam.
Kita bisa menerima bahwa gen
bawaan berkontribusi dalam menentukan
identitas diri seseorang. Hanya saja, semua itu bukan terjadi karena hal itu sendiri,
melainkan hasil rancangan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sekian, wallahu a’lamu bisshowab.
0 Komentar