Istilah “surga di bawah telapak kaki ibu” tidak dapat dibenarkan apabila hanya dilihat dari satu sudut pandang saja, apalagi jikalau hanya diartikan secara harfiah.
Oleh: Sri Wahyuni
Bu, Surga di bawah Telapak Kakimu. Kepada para ibu, ketahuilah bahwa surga berada di bawah telapak kakimu.
* * *
Mayoritas orang memahami ungkapan itu dengan perintah untuk memuliakan ibu. Makna kiasan itu sebenarnya tidak hanya berkisar pada memuliakan ibu saja.
Ungkapan yang penulis berikan tadi, sebenarnya juga merupakan nasihat bagi para ibu.
Istilah “surga
di bawah telapak kaki ibu” tidak dapat dibenarkan apabila hanya dilihat dari
satu sudut pandang saja, apalagi jikalau hanya diartikan secara harfiah.
Ibu
merupakan sendi kehidupan dan menjadi hal pokok yang sangat penting. Masih
ingatkah kalian dengan ungkapan "apabila seorang ibu memahami agama dan
berilmu, maka keluarganya akan mulia, namun apabila sebaliknya, maka tidak
hanya keluarga saja yang akan runtuh, melainkan negaranya juga.”
Sebuah
negara yang baik tergantung dari kualitas para ibu. Karena apa pun yang mereka ajarkan
kepada anak mereka, akan berpengaruh besar pada hari esok.
Keluarga Ibarat Sebuah Negara
Dalam keluarga, ibu adalah ikon terbaik dan menjadi sosok kedua setelah ayah. Seorang ibu selalu menjadi panutan.
Contoh kecilnya, ketika seorang ibu mengajarkan anaknya untuk selalu
mengaji, berbuat baik, dan bersedekah, sebenarnya hal ini sudah menjadi langkah
awal baginya untuk membawa keluarganya menuju surga.
Sudah menjadi ketetapan, seperti dalam sebuah kata motivasi yang populer, bahwa ibu merupakan madrasah pertama bagi anak. Sedangkan anak merupakan peniru sempurna bagi apa yang berada di sekitarnya, terutama orang tua.
Perlakuan, sifat, serta
ajaran baik yang diperlihatkan ataupun tidak, sedikit banyak akan ditiru oleh
mereka, bahkan sejak mereka masih berada dalam kandungan.
Faktor yang Menjadikan Anak Cerdas
Secara medis, ibu yang cerdas dapat melahirkan anak yang cerdas. Apakah ini karena pengaruh gen? Tidak selamanya demikian.
Hal ini karena ibu yang cerdas cenderung memiliki cara terbaik untuk
merawat anak mereka sehingga terbentuklah karakter anak yang mereka dambakan.
Termasuk dalam hal kecerdasan. Apa yang mereka ajarkan, sedikit banyak akan
membentuk karakter anak ke depannya.
Selain
itu, secara agama, ibu yang beriman, berakhlak mulia, taat beribadah, dan
selalu menjalankan syari’at agama dengan baik, akan melahirkan anak-anak yang
serupa dengannya.
Memang,
seorang ibu tidak dapat menjadi penentu mutlak anak-anaknya untuk masuk surga,
karena kewenangan itu adalah hak prerogatif yang hanya dimiliki Allah. Akan
tetapi, langkah yang ia ambil dapat menentukan jalan hidup sang anak.
Baca Juga: Kisah Islami: Adam, Nabi yang Langsung Dinikahkan Tuhan
Nak, Surga di bawah Telapak Kaki ibu
Apa sebenarnya maksud istilah ini? Apakah
kita sampai harus memuliakan kaki ibu kita demi untuk mendapatkan surga dan
ridhonya?
Tentunya
kiasan ini bukan berarti kita harus memuliakan kaki mereka dengan mencuci
kakinya, mencium, dan menjaga kebersihannya. Karena, sampai kapan pun kita
tidak akan pernah menemukan surga walaupun kita melakukan hal-hal itu.
Yang
sebenarnya harus kita lakukan adalah "birrul walidain", memuliakan
kedua orang tua. Yakni dengan berperilaku seperti yang diperintahkan oleh-Nya
dalam al-Qur’an, dari menjaga perkataan, melakukan perintah-perintahnya, dsb.
Adapun surga yang dimaksud dalam kiasan itu bukan hanya surga seperti yang telah dijanjikan Allah saja.
Melainkan, berkisar pada upaya untuk berbakti kepada ibu agar
mendapatkan cinta, kasih sayang, dan ridhonya, sehingga dengan perantara ini
kita mendapatkan ampunan Allah.
Birrul walidain dapat dilakukan dengan berperilaku rendah hati, patuh, serta tidak
membuat mereka merasa marah dan tidak nyaman dengan keberadaan kita.
* * *
Pada
akhirnya, yang namanya sebuah istilah pasti akan selalu kembali kepada siapa
yang memaknainya. Seperti yang kita ketahui, istilah tersebut selalu merujuk
pada perilaku untuk memuliakan ibu.
Seperti sabda Rasululloh, "Ibu, ibu, ibu, kemudian ayah". Bahwa ibu memiliki keutamaan tiga kali lebih besar dibanding ayah.
Tentunya hal tersebut dengan melihat perjuangannya, mulai dari melahirkan, merawat, menyayangi dan mendidik kita hingga seperti sekarang ini.
0 Komentar