Like Us Facebook

Artikel Islami: Memahami Kembali Makna "Surga di bawah Telapak Kaki Ibu"

 



Istilah “surga di bawah telapak kaki ibu” tidak dapat dibenarkan apabila hanya dilihat dari satu sudut pandang saja, apalagi jikalau hanya diartikan secara harfiah.



Oleh: Sri Wahyuni

Bu, Surga di bawah Telapak Kakimu. Kepada para ibu, ketahuilah bahwa surga berada di bawah telapak kakimu.


* * *


Mayoritas orang memahami ungkapan itu dengan perintah untuk memuliakan ibu. Makna kiasan itu sebenarnya tidak hanya berkisar pada memuliakan ibu saja. 

Ungkapan yang penulis berikan tadi, sebenarnya juga merupakan nasihat bagi para ibu. 

Istilah “surga di bawah telapak kaki ibu” tidak dapat dibenarkan apabila hanya dilihat dari satu sudut pandang saja, apalagi jikalau hanya diartikan secara harfiah.

Ibu merupakan sendi kehidupan dan menjadi hal pokok yang sangat penting. Masih ingatkah kalian dengan ungkapan "apabila seorang ibu memahami agama dan berilmu, maka keluarganya akan mulia, namun apabila sebaliknya, maka tidak hanya keluarga saja yang akan runtuh, melainkan negaranya juga.”

Sebuah negara yang baik tergantung dari kualitas para ibu. Karena apa pun yang mereka ajarkan kepada anak mereka, akan berpengaruh besar pada hari esok.


Baca Juga: Artikel Islami: Mengapa Islam Diseru dari Makkah?

 

Keluarga Ibarat Sebuah Negara

Dalam keluarga, ibu adalah ikon terbaik dan menjadi sosok kedua setelah ayah. Seorang ibu selalu menjadi panutan. 

    Contoh kecilnya, ketika seorang ibu mengajarkan anaknya untuk selalu mengaji, berbuat baik, dan bersedekah, sebenarnya hal ini sudah menjadi langkah awal baginya untuk membawa keluarganya menuju surga.

Sudah menjadi ketetapan, seperti dalam sebuah kata motivasi yang populer, bahwa ibu merupakan madrasah pertama bagi anak. Sedangkan anak merupakan peniru sempurna bagi apa yang berada di sekitarnya, terutama orang tua. 

Perlakuan, sifat, serta ajaran baik yang diperlihatkan ataupun tidak, sedikit banyak akan ditiru oleh mereka, bahkan sejak mereka masih berada dalam kandungan.


Baca Juga: Artikel Islami: Benarkah Kita Diwajibkan untuk Menceritakan Nikmat yang Telah Diterima?

 

Faktor yang Menjadikan Anak Cerdas

Secara medis, ibu yang cerdas dapat melahirkan anak yang cerdas. Apakah ini karena pengaruh gen? Tidak selamanya demikian. 

    Hal ini karena ibu yang cerdas cenderung memiliki cara terbaik untuk merawat anak mereka sehingga terbentuklah karakter anak yang mereka dambakan. Termasuk dalam hal kecerdasan. Apa yang mereka ajarkan, sedikit banyak akan membentuk karakter anak ke depannya.

Selain itu, secara agama, ibu yang beriman, berakhlak mulia, taat beribadah, dan selalu menjalankan syari’at agama dengan baik, akan melahirkan anak-anak yang serupa dengannya.

Memang, seorang ibu tidak dapat menjadi penentu mutlak anak-anaknya untuk masuk surga, karena kewenangan itu adalah hak prerogatif yang hanya dimiliki Allah. Akan tetapi, langkah yang ia ambil dapat menentukan jalan hidup sang anak.

 

Baca Juga: Kisah Islami: Adam, Nabi yang Langsung Dinikahkan Tuhan


Nak, Surga di bawah Telapak Kaki ibu

Apa sebenarnya maksud istilah ini? Apakah kita sampai harus memuliakan kaki ibu kita demi untuk mendapatkan surga dan ridhonya?

Tentunya kiasan ini bukan berarti kita harus memuliakan kaki mereka dengan mencuci kakinya, mencium, dan menjaga kebersihannya. Karena, sampai kapan pun kita tidak akan pernah menemukan surga walaupun kita melakukan hal-hal itu.

Yang sebenarnya harus kita lakukan adalah "birrul walidain", memuliakan kedua orang tua. Yakni dengan berperilaku seperti yang diperintahkan oleh-Nya dalam al-Qur’an, dari menjaga perkataan, melakukan perintah-perintahnya, dsb.

Adapun surga yang dimaksud dalam kiasan itu bukan hanya surga seperti yang telah dijanjikan Allah saja. 

Melainkan, berkisar pada upaya untuk berbakti kepada ibu agar mendapatkan cinta, kasih sayang, dan ridhonya, sehingga dengan perantara ini kita mendapatkan ampunan Allah.

Birrul walidain dapat dilakukan dengan berperilaku rendah hati, patuh, serta tidak membuat mereka merasa marah dan tidak nyaman dengan keberadaan kita.


* * *


Pada akhirnya, yang namanya sebuah istilah pasti akan selalu kembali kepada siapa yang memaknainya. Seperti yang kita ketahui, istilah tersebut selalu merujuk pada perilaku untuk memuliakan ibu.

Seperti sabda Rasululloh, "Ibu, ibu, ibu, kemudian ayah". Bahwa ibu memiliki keutamaan tiga kali lebih besar dibanding ayah. 

Tentunya hal tersebut dengan melihat perjuangannya, mulai dari melahirkan, merawat, menyayangi dan mendidik kita hingga seperti sekarang ini.

Posting Komentar

0 Komentar