Like Us Facebook

Artikel Islami: Benarkah Semua Hasil dari Usaha itu Rezeki?


 

Menurut Ibnu Kholdun, dalam Muqoddimah-nya, suatu hasil usaha dapat disebut sebagai rezeki ketika kemanfaatan dari hasil usaha tersebut kembali kepada seseorang



Oleh: M. Wildan Taskuri

Di atas muka bumi ini, manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai kholifah. Sehingga, mereka diberi kebebasan oleh-Nya untuk melakukan hal-hal yang ada di muka bumi.


* * *


Sebagai makhluk sosial, dalam melakukan hal tersebut, tidak jarang mereka bekerja sama, saling bantu-membantu satu sama lain.

Sesuatu yang telah didapatkan oleh seseorang, tidaklah boleh diambil oleh orang lain, kecuali dalam mengambilnya dengan menggunakan alat tukar (misalnya dengan transaksi jual beli).      

Dalam al-Qur’an, Allah SWT telah Berfirman:


وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ


Artinya: “Dan tidak ada satupun makhluk bergerak (bernyawa) di muka bumi melainkan semuanya telah dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediaman dan tempat penyimpanannya. Semua itu (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS Hud: 6)


Baca Juga: Artikel Islami: Mengapa Islam Diseru dari Makkah?

   

Dalam ayat tersebut, Imam Fakhruddin ar-Roziy dalam karya tafsirnya, yakni Tafsir al-Kabir, juz. 9, hal. 179, menjelaskan bahwasannya yang dimaksud dengan lafadz دَابَّةٍ  pada ayat tersebut adalah setiap hewan yang memiliki nyawa. 

    Sedangkan Imam al-Ghozaliy membagi hewan menjadi dua golongan, yaitu hewan ternak (bahimiyyah) dan hewan buas (sabu’iyyah).

Hewan ternak (bahimiyyah) adalah hewan yang hanya fokus pada makan, minum, dan berkembang biak. Seperti halnya sapi dan kambing yang tidak punya ambisi dan tidak punya cita-cita. Hidupnya hanya begitu-begitu saja. 

Sedangkan kebalikannya, yakni hewan buas (sabu’iyyah) adalah hewan yang bersifat agresif luar biasa, ambisius, menabrak ke kiri dan ke kanan, keinginannya harus terpenuhi meski harus dengan kekerasan. Sementara dalam diri manusia terdapat sifat-sifat seperti itu.

Oleh karenanya, dari paparan penafsiran ayat al-Qur'an di atas sudah jelas, bahwasanya rezeki semua makhluk hidup, tidak terkecuali manusia, sejatinya telah ditentukan dan ditanggung oleh Allah SWT.


Baca Juga: Artikel Islami: Benarkah Kita Diwajibkan untuk Menceritakan Nikmat yang Telah Diterima?


Tidak Semua Hasil Usaha dapat Disebut Sebagai Rezeki

Lalu, apakah semua hasil usaha bisa disebut sebagai rezeki? Jawabannya adalah belum tentu. Mungkin sebagian orang akan bertanya-tanya, “Mengapa demikian?”

Hal tersebut menurut Ibnu Kholdun, dalam kitab Muqoddimah-nya (hal. 685), karena suatu hasil usaha dapat disebut sebagai rezeki ketika kemanfaatan dari hasil usaha tersebut kembali kepada seseorang.

Menurut beliau, hal tersebut sesuai dengan sabda Rosululloh SAW yang berbunyi, “Sesungguhnya harta untukmu hanyalah apa yang kau makan lalu habiskan, apa yang kau kenakan lalu rusak, atau yang kau sedekahkan lalu lestari.

       Oleh karena itu -masih menurut Ibnu Kholdun- jika seseorang tidak mendapatkan manfaat sama sekali atas hasil usahanya, maka hasil usaha tersebut tidak bisa disebut sebagai rezeki.


Baca Juga: Artikel Pesantren: Seberapa Berkah Makananmu?


Contoh sederhana yang dapat dijadikan sebagai gambaran dalam hal ini adalah harta warisan. Bagi orang yang telah meninggal, harta warisan ini statusnya hanyalah sebagai hasil usaha’ (kasb) saja, bukan sebagai ‘rezeki’ baginya. Hal ini karena orang yang telah meninggal tidak akan pernah mendapatkan manfaat dari barang tersebut.

Lain halnya dengan sang ahli waris. Harta warisan ini bisa disebut sebagai rezeki’ baginya, namun tentunya ketika harta warisan tersebut benar-benar bermanfaat baginya.

Akan tetapi meskipun demikian, ‘hasil usaha’ tidak bisa dinisbatkan kepada sang ahli waris. Sebab, status ahli waris menjadi anak dari seseorang yang telah meninggal tersebut bukanlah suatu pekerjaan, melainkan takdir dari Allah SWT yang sudah tidak dapat dirubah lagi.


* * *


          Walhasil, tidak semua hasil usaha dapat disebut sebagai rezeki dan tidak semua rezeki bermula dari usaha, melainkan hanyalah sesuatu yang dapat memberikan manfaat dan manfaat tersebut bisa dirasakan sebagai rezeki.

Dan perlu diingat, meski rezeki seorang hamba telah ditentukan oleh Allah SWT, namun kita harus tetap berikhtiar dalam mendapatkannya. Karena sungguh usaha tak akan pernah mengkhianati hasil.

 

Referensi:


Posting Komentar

0 Komentar