Like Us Facebook

Puisi: Ritus Perindu

 




Cipt: Fikrie Allifudin


Cahaya bulan semakin ke sini semakin sunyi

Pantulannya di telaga tak lagi memandikan para angsa

Para perindu dengan sabarnya memantik cahaya

dari kefakiran dalam jalan sunyi cintanya

Mika'il tak kunjung datang mengirimkan e-mail kangennya pada sang pujaan.


Pun jua malam di barat semakin sekarat ke ujung fajar ia mendekat

Tergesa-gesa mengganti masa ke selanjutnya

Punuk merindu menghadang ke putaran waktu

Mengharap surat cintanya terus melaju berkhothbah di mimbar temu

Namun Mika'il selalu usil tak kunjung disanjungkan e-mail dikail


O, riak air dan berbagai peluh satir pecandu rindu

Selalu tak dapat dibedakan gemerciknya

Ada yang diam-diam menari di ulu telaga

Menggenggam seikat mawar yang mulai layu

Sebab ditangkal oleh alamat dan almanak yang dituju.


Oh, Tuhan, bagaimana bisa aku musyrik pada kekasihku?

Kan ku akhir salamkan ritual perpisahan yang lancang mengubah keyakinan

Kan kutunaikan ritus perindu

Tuk kembali suci pertemuan sebagai tobatku.

Posting Komentar

0 Komentar