Cipt: Fikrie Allifudin
Cahaya bulan semakin ke sini semakin sunyi
Pantulannya di telaga tak lagi memandikan para angsa
Para perindu dengan sabarnya memantik cahaya
dari kefakiran dalam jalan sunyi cintanya
Mika'il tak kunjung datang mengirimkan e-mail kangennya pada sang pujaan.
Pun jua malam di barat semakin sekarat ke ujung fajar ia mendekat
Tergesa-gesa mengganti masa ke selanjutnya
Punuk merindu menghadang ke putaran waktu
Mengharap surat cintanya terus melaju berkhothbah di mimbar temu
Namun Mika'il selalu usil tak kunjung disanjungkan e-mail dikail
O, riak air dan berbagai peluh satir pecandu rindu
Selalu tak dapat dibedakan gemerciknya
Ada yang diam-diam menari di ulu telaga
Menggenggam seikat mawar yang mulai layu
Sebab ditangkal oleh alamat dan almanak yang dituju.
Oh, Tuhan, bagaimana bisa aku musyrik pada kekasihku?
Kan ku akhir salamkan ritual perpisahan yang lancang mengubah keyakinan
Kan kutunaikan ritus perindu
Tuk kembali suci pertemuan sebagai tobatku.
0 Komentar