Like Us Facebook

Kisah Pertemuan Nabi Muhammad Saw dengan Halimah binti Abi Dzuaib as-Sa’diyyah

 



Begitulah keberkahan sang anak menyertai rumah Halimah, yang membuatnya tak berhenti takjub atas anak yang diasuhnya itu.



Oleh: Ubaidillah Khobir

Sepanjang sejarah, setiap kali kesesatan manusia bertambah, Allah Swt. akan memilih dari setiap kaum seorang Nabi untuk memberi petunjuk menjadi utusan yang membawa misi keagamaan, yang menyeru kepada kaumnya untuk menyembah Allah Swt. semata, serta menyelamatkan mereka dari kegelapan menuju ruang penuh cahaya kebenaran.

    

    Tidak diragukan lagi, bahwa –sebelum para utusan dipilih untuk mengemban risalah dari Allah Swt– mereka telah dipersiapkan oleh Allah Swt. dalam skenarionya yang penuh kisah inspiratif dan jalan cerita kehidupan yang luar biasa.


    Terlebih Siroh Nabi akhir zaman, Baginda Rosulullah Saw. rihlah kehidupan dari sosok panutan umat hingga akhir zaman yang diabadikan dalam berbagai manuskrip dan literatur sejarah. 



* * *



Kisah Pertemuan dengan Halimah binti Abi Dzuaib as-Sa’diyyah


Tradisi yang berlaku dikalangan masyarakat Arab yang relatif sudah maju, khususnya bagi kalangan keluarga mampu untuk menyerahkan anak-anaknya kepada wanita yang profesional dalam menyusui.


    Kebiasaan tersebut bukan saja untuk menjadikan para ibu tidak disibukkan oleh bayinya dalam melayani suami mereka, tetapi juga karena udara pedesaan serta kehidupannya lebih baik dibandingkan dengan udara Makkah.


    Bahasa yang digunakan di pedesaan pun lebih fasih dan situasi kehidupan disana lebih dapat mendidik anak-anak untuk lebih tahan fisiknya dan lebih baik moralnya. 


Nabi Muhammad Saw. disusui oleh ibunya, Sayyidah Aminah, dalam beberapa hari setelah kelahirannya. Kemudian dilanjutkan oleh Tsuwaibah al-Aslamiyyah (hamba sahaya yang dimerdekakan oleh Abu Lahab). Baru kemudian diserahkan agar disusui oleh Halimah as-Sa’diyyah.


Baca Juga: Kisah Kelahiran Nabi Muhammad Saw: Prosesi Kelahiran dan Bukti Kerasulan Saat Kelahiran Beliau



* * *



Kisah pertemuan dengan Halimah as-Sa’diyyah berawal dari kisah yang diceritakan langsung oleh Halimah. Saat kedatangannya ke Makkah bersama dengan rombongan-rombongan dari bani Sa’d, sekitar sepuluh wanita yang berprofesi menyusui anak-anak bayi.


    Mereka datang bersama dengan suaminya masing-masing. Berangkat dari desa pemukiman mereka yang sedang dilanda kekeringan, Bani Sa’d. Mereka semua mencari bayi yang keluarganya mampu, kendati mereka mengetahui tentang bayi Aminah.


    Mereka, termasuk Halimah, enggan menerima bayi itu karena menyadari bahwa dia adalah anak yatim, yang berarti ibu yang menyusuinya tidak akan mendapatkan imbalan yang memadai. 


Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Ishaq, bahwa Halimah pernah berkisah, suatu kali dia pergi bersama suami dan anak kandungnya menuju Makkah dengan menunggai keledai betina berwarna putih  dan seekor unta yang sudah tua dan tidak bisa diambil susunya lagi walau setetes.


Sepanjang malam, Halimah sangat sedikit tidur karena harus meninabobokkan bayi kandungnya yang terus-menerus menangis karena kelaparan. Air susunya juga tidak bisa diharapkan.



Baca Juga: Kisah Pembelahan Dada Nabi Muhammad Saw dan Sebab Dikembalikannya Beliau kepada Ibunya



Pada awalnya, Halimah tidak mau menerima Nabi Muhammad sebagai anak susuannya, dan berkata Halimah kepada suaminya, “Apa yang kita harapkan darinya? Anak yatim yang tidak memiliki siapa-siapa kecuali ibu dan kakeknya.”


Manakala saat setiap wanita dari rombongannya sudah mendapatkan bayi yang disusuinya, kecuali Halimah.


Tatkala mereka sudah bersiap-siap untuk kembali, Halimah berkata kepada suaminya, “Demi Allah aku tidak ingin kembali bersama teman-temanku wanita tanpa membawa seorang bayi yang disusui. Demi Allah, aku akan mendatangi anak yatim itu dan membawanya.”


Kemudian suaminya mendukungnya, “Memang ada baiknya kau melakukan itu, semoga saja Allah mendatangkan barokah bagi kita pada diri anak itu.”



* * *



Kemudian Halimah menemui Sayyidah Aminah sembari meminta izin untuk membawa bayi Nabi Muhammad yang sedang tidur telentang diatas pembaringan beralaskan sutra berwarna hijau yang mengenakan pakaian wol berwarna putih.


Kemudian digendong dan dibawa ke rombongan. Halimah menyusuinya, sontak kagum kaget karena air susunya penuh hingga bisa diminum oleh bayi Nabi Muhammad dan bayi kandung Halimah, Sampai kedua bayi itu tertidur dengan pulas.


Dia menceritakan kepada suaminya atas apa yang terjadi, suaminya pun terheran mendengarnya, terlebih saaat dia melihat untanya yang dipenuhi oleh air susu, padahal sebelumnya kurus kering tak memiliki air susu.


Suaminya lalu memerasnya, dan tiap kali tangannya memegang puting susu unta, air susu keluar dengan deras. Mereka berdua pun meminumnya sampai puas. “Demi Allah, tahukah engkau wahai Halimah, engkau telah mengambil satu jiwa yang penuh barokah.” tutur Suaminya.


* * *



Begitulah keberkahan sang anak menyertai rumah Halimah, yang membuatnya tak berhenti takjub atas anak yang diasuhnya itu.

Putra Aminah yang disusui Halimah beranjak dewasa tumbuh dengan sehat. Tidak seperti pertumbuhan bayi-bayi lainnya, dalam usia sembilan bulan, ia telah dapat berbicara dengan fasih, dan tidak rewel atau berteriak dan tidak juga menangis, kecuali kalau dia telanjang, karena malu dilihat orang.


Mungkin saja hal ini terjadi, meskipun secara rasional kurang bisa diterima, tetapi jika ini berbicara tentang masa kecil dari sosok manusia teragung, maka cerita ini dapat diterimanya, seperti yang dituturkan oleh Imam Abi al-Qosim 'Abd ar-Rohman bin Abdulloh bin Ahmad as-Suhaily.


Setelah genap dua tahun, yang merupakan masa penyusuan yang sempurna, Halimah dengan berat hati harus mengembalikan putra aminah kepada ibunya.


Namun, ia meminta izin agar diperbolehkan membawanya kembali ke perkampungan, dimana udaranya sangat segar, suasananya bersahabat, jauh dari kebisingan kota Makkah dan wabahnya.


Sayyidah Aminah dengan berat hati menyetujuinya demi kesehatan, perkembangan, dan pertumbuhan jiwa anaknya.



Wallahu a'lamu bishshowab


Baca Juga:

Kisah Perjalanan Nyantri Nabi Musa kepada Nabi Khidhir (1): Awal Mula Perjalanan dan sajian perjalanan serta pelajaran hidup dari para tokoh lainnya, yang terbukti menginspirasi lintas generasi di rubrik KISAH.

Posting Komentar

0 Komentar