Oleh karena itu, beliau menjadi sumber sejarah dalam kehidupan manusia, sehingga dunia ditunjukinya tatanan pemikiran dan tingkah laku yang benar.
Oleh: Ubaidillah Khobir
Sejarah perjalanan Rasulullah Saw. tidak pernah lekang dan lapuk untuk menjadi bahan baku sejarah yang diambil para generasi pewaris nubuwwah sebagai bekal perjalanan dan penopang eksistensinya.
* * *
Bagi siapa pun yang mempelajari sejarah beliau, akan memperoleh gambaran sejarah yang amat menakjubkan.
Bagaimana beliau dan para sahabatnya mampu menundukkan pesona duniawi dan mengangkat nilai-nilai kemanusiaan hingga ke suatu tingkatan yang tidak pernah disaksikan oleh lembaga sejarah di manapun berada.
Perjalanan hidup Rasulullah, adalah lautan yang luas membentang, dengan kebeningan airnya yang kebiruan. Di sana tersimpan pesona alami nan abadi. Tiada mata yang bosan memandang. Tiada hati yang jemu menikmati. Tiada berhenti orang menyelami.
Karena sosok beliau, adalah pesona sepanjang masa. Tiada seorang pun yang dapat menyerupai beliau dalam kesabaran menghadapi cobaan, keteguhan memegang prinsip-prinsip kebenaran dan kemantapan hati dalam menghadapi goncangan dunia.
Oleh karena itu, beliau menjadi sumber sejarah dalam kehidupan manusia, sehingga dunia ditunjukinya tatanan pemikiran dan tingkah laku yang benar.
Baca Juga: Kisah Pertemuan Nabi Muhammad Saw dengan Halimah binti Abi Dzuaib as-Sa’diyyah
* * *
Untuk itu, betapa besarnya fungsi siroh Nabi bagi kita sepanjang sejarahnya, sehingga tak putus-putusnya buku-buku siroh Nabi bermunculan, dari buku-buku yang menceritakan perjalanan nabi, sampai buku-buku yang berbentuk kasidah dan syair.
Seperti Qosidah Burdah yang dikarang oleh Imam al-Bushiri [607-689 H]. Para sastrawan dunia mengakui bahwa Burdah adalah satu-satunya bentuk puisi dalam khazanah kesusastraan Arab yang paling kuat bertahan, mudah dihafal, berbobot, karya estetik, romantik, dan apik.
Salah satunya dalam bab ketiga yang berjudul “Sanjung Puji untuk Sang Nabi”:
Aku tinggalkan sunah Nabi Muhammad
Yang beribadah saat malam yang pekat
Hingga kedua telapak kaki beliau
Merintih sakit, mengalami bengkak
Nabi yang karena lapar
Mengikatkan batu pada pusar
Melipat pinggang berkulit halus
Di bawah (dinginnya) batu
(Padahal) gunung-gunung yang tinggi
Menawarkan diri menjadi emas murni
Tapi, beliau menolaknya
Dengan penolakan yang luar biasa
Keadaan sulit itu
Semakin mengokohkan kezuhudannya
Sungguh, keadaan sulit
Tak kan merusak orang-orang suci
* * *
Bukti Kerasulan Nabi Muhammad Saw. Saat Kelahiran Beliau
Nabi Muhammad Saw. lahir di kota Mekkah (kota bagian selatan jazirah Arab), pada hari Senin malam menjelang fajar, tanggal 12 Robi'ul Awwal 53 SH atau lebih dikenal dengan Tahun Gajah (50 hari setelah peristiwa kebinasaan pasukan bergajah). Bertepatan pada tanggal 20 April 570 M (riwayat yang paling populer).
Banyak kejadian menarik di saat kelahiran Beliau, salah satunya kejadian menjelang lahirnya Beliau.
Baca Juga: Kisah Pembelahan Dada Nabi Muhammad Saw dan Sebab Dikembalikannya Beliau kepada Ibunya
Diriwayatkan bahwa pada suatu malam, ketika bulan memancarkan sinarnya dengan terang, Sayyidah Aminah mendengar suara berkata, “Tidak lama lagi Engkau akan melahirkan tokoh umat ini, kalau dia lahir berdoalah memohon perlindungan untuknya dari Yang Maha Esa dan dari semua yang iri hati dan namailah dia Muhammad.“
Dan kisah yang diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d, bahwa Sayyidah Aminah berkata: “Setelah bayiku lahir, aku melihat ada cahaya yang menyinari istana-istana di Syam.”
Ada banyak bukti kerasulan Nabi Muhammad Saw. saat kelahiran Beliau, salah satunya yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi, "Bertepatan pada kelahiran Beliau, yaitu runtuhnya sepuluh balkon istana Kisro, padamnya api yang biasa disembah oleh orang-orang Majusi, serta runtuhnya beberapa gereja di sekitar Buhairo setelah gereja-gereja itu ambles ke tanah. Demikian juga berguncangnya singgasana penguasa Byzantium.”
Pada saat itu, Sayyidah Aminah ditemani oleh pembantunya yang berasal dari Ethiopia, Barakah Ummu Aiman. Dan bidan yang membantu Sayyidah Aminah melahirkan adalah al-Syaffa’.
Diriwayatkan bahwa pada saat kelahiran Nabi Muhammad Saw. ada dua orang yang mendampingi Sayyidah Aminah dari beberapa wanita yang hadir ketika itu. Kedua sosok wanita itu disebut juga secara khusus oleh Qs. at-Tahrim: 11-12, yaitu Asiah, istri Fir’aun, dan Maryam, ibu Nabi Isa as.
Baca Juga: Kisah Perjalanan Nyantri Nabi Musa kepada Nabi Khidhir (1): Awal Mula Perjalanan
* * *
Kegembiraan atas Kelahiran Nabi Muhammad Saw
Setelah Sayyidah Aminah melahirkan, mengutus seseorang untuk menyampaikan berita gembira ini kepada Abdul Mutholib yang saat itu sedang berthowaf di Ka’bah. Sedangkan Abu Lahab mendengar dari hamba sahayanya, Tsuwaibah, berita kelahiran bayi lelaki almarhum saudara kandungnya (Abdullah).
Ia kemudian gembira sehingga memerdekakan Tsuwaibah, walau tidak kurang dari 40 tahun kemudian, Abu Lahab tampil sebagai salah seorang yang sangat memusuhi Nabi Saw.. Kendati demikian, kegembiraannya terhadap kelahiran Nabi Muhammad Saw. diberi ganjaran oleh Allah Swt.
Dalam satu riwayat dinyatakan bahwa paman Nabi, al-Abbas, setahun setelah kematian Abu Lahab, bermimpi melihatnya memakai pakaian putih dan dia menanyainya tentang keadaannya.
Abu Lahab menjawab dalam mimpi itu bahwa dia di neraka, hanya saja setiap malam Senin, Allah meringankan siksa atasnya karena dia memerdekakan hamba sahayanya, Tsuwaibah, yang datang menyampaikan berita kelahiran kemenakannya, yaitu Nabi Muhammad Saw. (H.R. Bukhori).
Sayyidah Aminah menyusui putranya beberapa hari, lalu dilanjutkan oleh Tsuwaibah al-Aslamiyyah (hamba sahaya yang dimerdekakan oleh Abu Lahab). Setelah disusui oleh Tsuwaibah, disusui oleh Halimah binti Abi Dzuaib, dari kabilah Bani Sa’d.
Pada hari ke tujuh dari kelahirannya, Abdul Muthollib menyembelih beberapa ekor binatang dan menjamu karib dan sahabat-sahabatnya.
Baca Juga: Artikel Islami: Dengan Maulid Nabi, Kita Tingkatkan Semangat Ngaji
* * *
Siapakah yang Menamai Nabi Muhammad Saw?
Terdapat perbedaan pendapat dalam memberikan nama “Muhammad”. Pendapat yang populer menyatakan nama “Muhammad” adalah nama yang dipilih karena Sayyidah Aminah selalu mendengar suara yang memintanya untuk menamai bayinya yang bakal lahir dengan nama tersebut.
Informasi ini dikonfirmasi oleh al-Qur’an [Qs. al-A’raf: 157 dan Qs. ash-Shaf: 6], Injil Yohanes XIV:15-16, bahkan disebutkan juga dalam kitab-kitab suci agama-agama besar dunia, seperti dalam ajaran Brahmanisme, Majusi, dan Yahudi.
Atas dasar referensi-referensi tersebut, dapat dipahami dan dianalogi (setidaknya) dari sudut pandang psikologi, bahwa kepercayaan Sayyidah Aminah tentang masa depan yang menanti janin yang dikandungnya telah menjadikannya “mendengar” suara-suara yang memerintahkannya menamai anak yang dikandungnya dengan “Muhammad.”
Baca Juga: Kisah Perjalanan Nyantri Nabi Musa kepada Nabi Khidhir (2): Bertemu dengan Nabi Khidhir dan sajian perjalanan serta pelajaran hidup dari para tokoh lainnya yang terbukti menginspirasi lintas generasi di rubrik KISAH.
Wallahu a'lamu bishshowab
0 Komentar