Like Us Facebook

Artikel Hari Santri: Peran Santri dalam Mempertahankan Kemerdekaan NKRI (Part 1)


 


Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 justru merupakan titik awal sebuah pertumpahan darah. Bahkan pertempuran terbesar yang memakan ribuan korban.




Oleh: Sri Wahyuni

Tahukah kalian, bahwa kemerdekaan yang kita rasakan saat ini nyaris direbut kembali oleh tangan penjajah? Apakah kalian pernah berpikir, apa yang akan terjadi jika saja rakyat Indonesia saat itu lebih takut mati daripada maju untuk berperang?

Dan, apakah pernah terlintas di pikiran kalian, bagaimana perjuangan yang dilakukan rakyat Indonesia demi mempertahankan kemerdekaan?


* * *


Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 justru merupakan titik awal sebuah pertumpahan darah. Bahkan pertempuran terbesar yang memakan ribuan korban.

Peristiwa 10 November 1945 membuktikan seberapa kuatnya keinginan Bangsa Indonesia untuk merdeka.

Dalam artikel yang dibagi menjadi dua part kali ini, kami akan membahas bagaimana kronologi peristiwa, dan mengapa pertempuran ini begitu berhubungan dengan ulama dan santri. Untuk lebih detilnya, kita simak paparan berikut.


* * *

 

Proklamasi Kemerdekaan

Perang Dunia II yang terjadi pada abad ke-20 merupakan perang antara Blok Sentral yang terdiri dari kekuatan militer Jerman, Jepang, Italia, Turki Usmani, Austria-Hungaria, Rumania, dan Finlandia melawan kekuatan besar Blok Sekutu yang terdiri dari Uni Soviet, Amerika Serikat, Inggris, Belanda, RRC, Perancis, Kanada, dan beberapa negara lain.

Keterlibatan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadikan perang ini sebagai ajang untuk mengadu kekuatan.

Perang Dunia II baru berakhir pada pertengahan abad ke-20, salah satunya saat Amerika Serikat menjatuhkan bom di kota Hiroshima pada 6 agustus 1945, dan kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 15 Agustus 1945.

Kejadian ini berdampak pula pada melemahnya pertahanan Jepang di negara jajahan, salah satunya Indonesia.

Melemahnya pertahanan Jepang di Indonesia dianggap sebagai jalan baru menuju pintu gerbang kemerdekaan, setelah ribuan jalan yang ditempuh mulai dari gerakan bawah tanah, gerilya, hingga perlawanan secara terang-terangan tidak juga membuat Indonesia terlepas dari tangan penjajah.

Golongan muda terus mendesak Sukarno-Hatta selaku golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Mereka menolak keputusan PPKI yang akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus karena mereka menilai PPKI sebagai badan bentukan Jepang.

Golongan muda menginginkan kemerdekaan atas perjuangan Bangsa Indonesia sendiri, bukan sebagai hadiah dari Jepang.

Desakan golongan muda tidak lantas membuat Sukarno-Hatta mengabulkan keinginan mereka. Selain untuk memastikan berita tentang Jepang, juga karena rakyat Indonesia belum memiliki persiapan apapun untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Pada 16 Agustus 1945, golongan muda membawa Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok guna menghindarkan mereka dari Jepang. Setelah golongan muda kembali mendesak mereka dengan memberikan beberapa alasan, Sukarno-Hatta menyetujui pelaksanaan proklamasi kemerdekaan dengan syarat proklamasi tersebut dilaksanakan di Jakarta.

Untuk mempersiapkan kemerdekaan, pada malam 17 Agustus 1945, golongan muda dan golongan tua berkumpul di kediaman Laksamana Tadashi Maeda untuk menyusun teks proklamasi. Pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya di jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta.

Bertolakbelakang dengan proklamasi kemerdekaan ini, bagi Sekutu dan Belanda, Indonesia sedang dalam masa vacuum of power (kekosongan pemerintahan).

 

Civil Affairs Agreement

Sejak April 1944, Belanda telah merencanakan pendudukan kembali Indonesia. Sejak saat itu, Inggris (sebagai perwakilan Sekutu) mengadakan beberapa perundingan dengan Belanda.

Perundingan tersebut menghasilkan Civil Affairs Agreement yang berisi peraturan penyerahan kembali wilayah Indonesia kepada Belanda yang disahkan pada 24 Agustus 1945 di London.

Sebagai pemenang Perang Dunia II, negara-negara barat merasa berhak atas wilayah jajahan lawannya. Amerika Serikat memerintahkan Inggris untuk mengembalikan wilayah Indonesia sebagai wilayah jajahan Jepang kepada Belanda.

Sebagai negara yang pernah menjajah Indonesia, Belanda dianggap lebih berhak atas wilayah tersebut.

 

Kedatangan Belanda

Pada 15 September 1945, tentara AFNEI (Allied Forces for Nedherlands East Indies) yang ditugaskan Inggris bersama dengan NICA (Nederlands Indies Civil Administration) yang dipimpin Dr. Hubertus J.Van Mook mendarat di Sabang, Aceh serta pusat pemerintahan pendudukan Jepang seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya.

Tujuannya adalah mengambilalih kekuasaan atas Indonesia dari Jepang, melucuti dan mengembalikan tantara Jepang, membebaskan tentara sekutu yang ditawan, serta mempersiapkan penyerahan kekuasaan atas Indonesia kepada Belanda.

Kedatangan Belanda dan NICA yang ingin menjajah Indonesia kembali tentu saja mendapatkan penolakan keras dari rakyat Indonesia sehingga memicu perlawanan di berbagai daerah, termasuk perlawanan dari kalangan santri.

 

Bersambung..

Posting Komentar

0 Komentar