Like Us Facebook

Review Kitab al-Jurumiyyah, Kitab dengan Bahasa Sederhana tanpa mengurangi Bab Pokok yang Menjadi Asas Dasar dari Ilmu Nahwu

 


Kitab tersebut disampaikan dengan bahasa sederhana dan ringkas, metodologi yang sistematis tanpa mengurangi bab pokok serta pembahasan yang menjadi asas dasar dari ilmu Nahwu. 



Oleh: Luthfil Khakim


Bahasa Arab tidak lain adalah bahasa Al-Qur'an. Untuk membaca dan memahami isinya membutuhkan suatu keahlian dalam bahasa Arab.


    Orang Islam akan kesulitan membaca dan memahami Al-Qur'an ketika dia sendiri tidak memiliki seperangkat komponen untuk memahami bahasa Arab itu sendiri.


Salah satu dari beberapa disiplin ilmu bahasa Arab adalah ilmu Nahwu, yaitu ilmu yang berisi tentang kaidah-kaidah yang membahas tentang keadaan akhir suatu kalimat.


Di kalangan pesantren, khususnya di Ponpes Al-Iman Bulus sendiri, ilmu Nahwu menjadi pelajaran pokok yang harus dikaji baik dari tingkat Tsanawiyyah, Aliah maupun Ma’had Aly dengan kompetensi dasar materi yang berbeda-beda.



* * *



Keistimewaan Kitab al-Jurumiyyah


Salah satu kitab yang masyhur sebagai acuan dasar memahami ilmu Nahwu adalah kitab Jurumiyyah.


Kitab ringkas dengan penjelasan yang singkat ini sangat cocok dipelajari oleh santri dalam tingkat pemula.


Pasalnya, kitab tersebut disampaikan dengan bahasa sederhana dan ringkas, metodologi yang sistematis, dan tanpa mengurangi bab pokok serta pembahasan yang menjadi asas dasar dari ilmu Nahwu. 



Lalu, siapakah sebenarnya pengarang dari kitab Jurumiyyah tersebut?


Nama lengkap pengarang kitab Jurumiyyah adalah Muhammad bin Muhammad bin Dawud ash-Shonhaji, yang dinisbatkan kepada nama kabilah di Maroko yaitu kabilah ash-Shonhajah.

    Beliau terkenal dengan sebutan Ibnu Ajurumiy, yang juga dinisbatkan kepada nama bani dari kabilah Barbar yaitu Bani Ajurumiy.

    Beliau lahir pada tahun 672 H di kota Fez, Maroko dan wafat pada tahun 723 H.

Beliau adalah seorang ulama’ yang ahli dalam bidang Nahwu dan Qiro'at. Dalam bidang Nahwu beliau menganut madzhab Kufah, ada yang mengatakan bahwa beliau tidak mengikuti madzhab Nahwu manapun, baik Kufah ataupun Bashroh.

Akan tetapi, beliau menggunakan hasil pemikirannya sendiri untuk membuat kaidah-kaidah Nahwu yang lebih mudah untuk dipahami. 

Diantara karya beliau dalam bidang Nahwu adalah kitab al-Jurumiyah. Sejak pertama kali dikarang, kitab ini mendapat sambutan baik oleh banyak kalangan ulama’ bahkan sampai sekarang.

Hampir diseluruh lembaga pendidikan formal maupun non-formal yang berbasis ilmu keagamaan mempelajari kitab ini.

Dengan kehadiran kitab ini, banyak ulama yang menaruh perhatian besar terhadapnya, sehingga banyak kitab-kitab muncul dengan menjadikan kitab ini sebagai dasar dan pedoman.

Ada yang berupa syarah, hasyiah, nadzom, i’rob dan lain sebagainya. Diantara kitab yang lahir darinya yaitu,

  1. Syarh Mukhtasor Jiddan ‘ala Matn al-Jurumiyyah, karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan

  2. Al-Futuhat al-Qudsiyah fi Syarh al-Muqoddimah al-Jurumiyyah, karya Sayyid Abu Abbas Ahmad bin ‘Ajibah al-Hasaniy

  3. Nadzhom al-’Imrithiy, ad-Durah al-Bahiyyah, karya Syekh Syarofuddin Yahya al-’Imrithiy

  4. Fath Robb al-Bariyah ’ala ad-Duroh al-Bahiyyah, karya Syekh Ibrohim al-Bajuriy

  5. Hasyiah al-‘Asmawiy ‘ala Matn al-Jurumiyyah, karya Syekh Abdulloh bin Fadhil al-‘Asmawiy

  6. Hasyiyh Tasywiq al-Khillan, karya KH. Muhammad Ma’shum bin Salim as-Samaraniy as-Safatuniy

  7. Tabsit al-Ajurumiyah, karya Syekh Ibrohim Ahmad Muhammad al-Waqifiy

  8. Hasyiah al-Kawakib ad-Durriyah ‘ala Syarh Mutammimah al-Jurumiyah, karya Syekh Muhammad bin Ahmad bin Abdul Bary.

Diceritakan bahwa Syekh ash-Shonhaji sewaktu mengarang kitab Jurumiyah ini, beliau sedang melaksanakan haji.

Beliau menulis kitab ini sambil menghadap Ka’bah, dan mungkin itulah salah satu alasan kitab ini menjadi sangat bermanfaat, berkah dan masih eksis hingga saat ini.


* * *


 Sehingga menjadi sangat penting bagi para santri, khususnya santri Al-Iman untuk mempelajari dan memahami kitab Jurumiyyah ini.

Karena dengan mempelajari dan memahami kitab kecil ini, maka kita akan memahami substansi pokok dalam ilmu Nahwu.

Tidak terhitung berapa banyak santri yang menjadi mahir membaca kitab kuning karena belajar kitab yang satu ini.

Jadi, sudah sewajarnya bagi seorang santri Al-Iman yang salah satu identitasnya ilmu alat, untuk mempelajari dan mendalami kitab ini.


Posting Komentar

0 Komentar