Ternyata, cara berputar dalam ritual thawaf persis seperti berputarnya jutaan bahkan milyaran benda-benda langit dalam tata surya dan medan galaksi.
Oleh: M. Ryan Romadhon
Secara etimologi, thawaf berarti mengelilingi sesuatu. Setiap perbuatan berkeliling disebut dengan thawaf. Sedangkan secara terminologi syara’, thawaf adalah mengelilingi Ka’bah.
Thawaf adalah salah satu bentuk ibadah yang disyariatkan dalam agama Islam, yang masih dalam ruang lingkup ibadah haji.
Dalam berbagai literatur kitab Fiqh, disebutkan bahwa ritual thawaf mempunyai beberapa kewajiban tersendiri.
Dan salah satu dari beberapa kewajiban tersebut adalah memosisikan arah Ka’bah berada di sisi kiri seseorang yang thawaf.
Cara berputar seperti itulah yang diajarkan Nabi saw. dan para Nabi sebelumnya kepada umat mereka masing-masing yang melakukan ibadah haji.
Lalu, apakah alasan dibalik kewajiban memosisikan Ka’bah berada di sisi kiri seseorang yang thawaf tersebut?
Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al Bujairomiy dalam kitabnya yang berjudul “Hasyiah al-Bujairomiy ‘ala al-Khothib” (Juz. 2, Hal. 127) memberikan suatu alasan, yakni agar berbeda dengan praktek thawaf orang-orang Arab pra-Islam, yang menjadikan Ka’bah berada di posisi kanan mereka, selain itu, masih menurut beliau, karena posisi hati berada di sebelah kiri.
Jadi, Ka’bah berada di posisi sebelah kiri agar tersambung dengan hati.
Lebih dalam, lanjut beliau, seseorang yang mengelilingi Ka’bah (thawaf) kelak di hari kiamat akan bergantung dengan Ka’bah sebagaimana ia thawaf dengan meluruskannya pada tubuh bagian kiri, sedangkan bagian kanannya memegang shuhuf (buku catatan amal baik).
Lebih jauh, menurut Dr. Ahsin Sakho Muhammad dalam bukunya yang berjudul “Oase al-Qur’an untuk Haji dan Umrah” (Hal. 31-32) bahwasannya ternyata cara berputar dalam ritual thawaf (memosisikan ka’bah di posisi kiri) persis seperti berputarnya jutaan bahkan milyaran benda-benda langit dalam tata surya dan medan galaksi.
Titik pusaran galaksi ini, lanjut beliau, memberi arti bahwa semua makhluk bertumpu pada satu titik yaitu Sang Pencipta alam semesta. Inilah bukti ketauhidan di alam semesta.
Demikianlah kiranya paparan mengenai alasan dibalik kewajiban memosisikan Ka’bah di sebelah kiri saat thawaf.
Tentunya masih banyak lagi alasan-alasan lain yang tidak dapat dihidangkan pada kesempatan kali ini. Semoga paparan tersebut bermanfaat. Amin.
Wallahu a’lamu bishshowab
0 Komentar