Cipt: Ubaidillah Khobir
Maaf.
Menerima segala kekurangan dan kelebihan itu
Andaikan melempar batu ke tengah lautan tanpa adanya suara jeritan.
Ah, bagaimana mungkin sebuah kesalahan dibalas kesalahan?
Sementara untuk memerdekakan kesepian harus dengan saling memaafkan.
Sebentar,
Tanah kami penuh dengan duri tajam
Tapi kami lebih senang menyebutnya dengan firdaus
Atau bahkan surga saja.
Tidak selayaknya kami menyambut dengan panasnya padang pasir
Karena tentunya kami menyambut dengan hujan bersama petir.
Kadang,
Kami membanggakan diri dengan menyulut api
Kadang juga dengan mengubur watak keji di bulan 'Idul Fitri
Tak jarang dengan melempar sepi
Dan menuduh bahwa paling kejam adalah pagi.
Memang menyebalkan ketika orang lain
Berkata, “Kamu lupa dengan warna hitammu?”
“Kamu terlalu mudah membuang mendung di wajahmu”
“Apa!! Api di matamu masih disimpan?”
“Meminta maaf saja seperti membuang air laut!!”
Sudah.
Sekarang,
Bukalah lembaran baru.
Buang coretan-coretan yang tak penting.
Lalu mulai dengan kata maaf di hari raya.
Maaf.
1 Komentar
Uhuy
BalasHapus