Puisi: Bu, Tunggu Ksatriamu Pulang

Baca Juga

Cipt. Nur Hamid

Bu...

Inikah hasratmu...? 

Tapi sejak kapan...? 

Jauh dari peluk jantungmu adalah dingin

Dibius asing kepalaku pening

Apalagi jarak yang belum ku kenal

Kenapa lebih dulu membuatku kesal...? 

Bu... 

Segar aroma sayur favoritku mana

kala pagi mengetuk

kelopak mataku kemarin

Bagaimana jika hitam nanti

telah benar-benar menjalar

Tidakkah terasa hambar 

tanpa senandung nina bobo yang biasa kau putar...? 

Bu... 

Sendiri ini menjelma rintih

Air mataku berlinang perih

Apalagi niat yang belum sepenuhnya utuh

Bagaimana jika ku terseok lalu jatuh...? 

Tapi Bu... 

Cepat atau lambat

Aku kan mengerti apa yang disebut rumah

Sebab ia bukan menyoal 

tempat pertama lahir ke dunia

Bukan pula berapa lama tinggal bersama orang-orang terdekat

Bisa jadi lebih dari itu

Kelak... 

Ia dapat ku temukan di bumi manapun

Termasuk tanah yang kini kupijaki

Berkarib dengan kawan baru

Bersorak sorai atas berbagai hal

Sambil berkisah suka duka sesekali menyesap sedapnya kopi

di penghujung malam

Ahh...

Betapa setiap detikku terasa berarti

Dikelilingi orang-orang yang rela peduli

Lusa... 

Tunggu ksatriamu pulang Bu... 

Do'a semangat selalu ku dambakan dari nafas sucimu

Kiranya aku juga tak boleh resah

Selaku pejuang fi sabilillah

Jika Tuhan masih mengizinkanku sebagai si pemilik nyawa

Aku pasti pulang

Berbekal kabar yang kan mengukir senyum bahagia di bait bibirmu nanti

Akhir titik

Tak apa jika rindu ini terus menyakiti

Dan betapa ku mesti gagah 

menyembuhkannya sendiri