Like Us Facebook

Biografi Syekh Nawawi al-Bantani, Ulama' asal Banten yang menjadi Penghulu Ulama’ Hijaz

  


 

Sejarah intelektual Indonesia telah menorehkan nama-nama besar bertaraf dunia, salah satunya yang paling terkenal ialah Syekh Nawawi al-Bantani. Ia sukses menjadi ulama Indonesia yang sangat disegani. 

 

 


Oleh: Hafidhotun Na’imah

Merupakan salah satu ulama Nusantara yang masyhur dan terkenal baik di Nusantara maupun di Timur Tengah, beliau adalah Abu Abd al-Mu’thi Muhammad Ibn ‘Umar Ibn ‘Arabi Ibn Nawawi al-Jawi al-Bantani at-Tanari. 

    Beliau lebih dikenal dengan nama Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani. Syekh yang sangat masyhur dan salah seorang ‘ulama Fiqh yang bermadzhab Syafi’i ini dilahirkan di Kampung Tanara, Serang, Banten pada tahun 1230 H/1815 M. 

    Pada tanggal 25 Syawal 1314 H/1897 M beliau wafat dalam usia 84 tahun dan dimakamkan di Ma’la dekat makam Sayyidah Khodijah, Ummul Mukminin, istri Nabi Muhammad SAW.


* * *


Pengembaraan Intelektual Syekh Nawawi al-Bantani

Sejak kecil Syekh Nawawi sudah belajar ilmu agama kepada ayahnya. Kemudian pada usia 8 tahun Syekh Nawawi menuntut ilmu kepada KH. Sahal, seorang guru yang sangat dihormati di Banten. 

    Dengan berbekal ilmu yang diperoleh dari didikan ayahnya dan beberapa pesantren di Jawa, sampai akhirnya beliau memantapkan ilmu agamanya ke Tanah Suci. Tak heran jika Syekh Nawawi sejak kecil telah terbiasa dengan didikan agama.

    Di Mekkah, Syekh Nawawi menimba ilmu pendidikan dalam kurun waktu yang sangat lama antara tahun 1830-1860, yaitu sekitar 30 tahunan. Syekh Nawawi telah menguasai dan mendalami berbagai macam disiplin ilmu agama. 

    Pada masa itu, akhirnya Syekh Nawawi mengabdikan dirinya sebagai pengajar sekaligus Imam di Masjidil Haram.

    Semangat Syekh Nawawi yang luar biasa untuk merantau demi menuntut ilmu pengetahuan, baik sewaktu di Jawa maupun di tanah Arab, beliau terilhami dari salah satu ungkapan Imam Syafi’i, yaitu, “Tiada kata santai bagi orang yang berakal dan beradab, maka tinggalkanlah negerimu dan berkelanalah, kelak kau akan menemukan pengganti orang-orang yang kau tinggalkan. Berusahalah, karena nikmatnya hidup hanya bisa dicapai dengan susah payah.”

    Syekh Nawawi dikenal sebagai ulama’ yang produktif menulis kitab. Sampai sekarang, karya-karyanya sangat banyak dibaca dan dikaji oleh lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia. 

    Salah satu karyanya dalam bidang tafsir yang saat ini banyak dikaji, yaitu kitab Tafsir al-Munir li Ma’alim at-Tanzil atau Tafsir Marah Labid li Kasyf Ma’na al-Qur’an al-Majid.

    Dengan berbekal ilmu yang sangat luas, Syekh Nawawi Banten kemudian menjadi guru yang sangat disegani. Murid- muridnya datang dari berbagai penjuru dunia. Hampir seluruh muridnya menjadi pendiri dan pemimpin pesantren besar di Indonesia. 

    `Melalui pesantren yang mereka dirikan ini, para murid beliau mengajarkan kitab-kitab beliau dan demikian seterusnya.


Guru-guru Syekh Nawawi al-Bantani

Dalam buku Ensklopedi Islam, dipaparkan beberapa nama guru Syekh Nawawi mulai dari tanah Jawa sampai ke Jazirah Arab. Diantaranya adalah KH. Umar Ibn Arabi, KH. Sahal, KH. Yusuf, Syekh Ahmad Nahrawi, Syekh Ahmad Dahlan, Syekh Ahmad Zaini Dahlan, Syekh Muhammad Khatib Al-Hanbali, Syekh Muhammad Khatib Sambas, Syekh Abdul Ghani Bima, Syekh Yusuf Sumulaweni, Syekh Abdul Hamid Dagastani.


Murid-murid Syekh Nawawi al-Bantani

Diantara murid-muridnya yang berasal dari Indonesia yang menjadi seorang tokoh ulama terkemuka adalah: KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur dan sekaligus pendiri Organisasi Nahdlatul Ulama, KH. Kholil Bangkalan Madura Jawa Timur, pendiri Pondok Pesantren Al-Amin Bangkalan, KH. Asy’ari Bawean Madura Jawa Timur, yang kemudian menjadi menantu Syekh Nawawi dengan menikahi putrinya, Nyi Maryam, KH. Mahfudz at-Turmusi, Termas Pacitan Jawa Timur, KH. Ahmad Dahlan Yogyakarta, pendiri Organisasi Muhammadiyah, KH. Asnawi, Caringin Pandeglang Banten, dan masih banyak lagi.


Karya-karya Syekh Nawawi al-Bantani

Beberapa karyanya yang masyhur dalam bidang tertentu adalah:

    Bidang Tafsir hanya ada satu, yaitu Tafsir Marah Labid li Kasyf Ma’na al-Qur’an al-Majid.

2.      Bidang Hadits

a.       Tanqih al-Qoul al-Hadits: Syarh ‘ala Lubab al-Hadits

b.      Nashoih al-Ibad: Syarh ‘ala al-Munbihat al-Istidad li Yaum al-Ma’ad

3.      Bidang Tauhid

a.       Qatr al-Ghoits fi Syarh Masail Abi al-Laits fi al-Tauhid

b.      Tijan ad-Durari fi Syarh ‘ala Risalah al-Bajuri fi at-Tauhid

c.       Hilyat ash-Shibyan fi Syarh ‘ala Fath ar-Rahman

d.      Fath al-Majid fi Syarh ad-Dar al-Farid fi at-Tauhid

e.       An-Nahjah al-Jayyidah li Hall an-Naqawat al-Aqidah fi Syarh ‘ala Mandzumah fi at-Tauhid

f.        Nur ad-Dzolam fi Syarh ‘ala Mandzumah al-Aqidah al-Awwam

g.      Qami’ ath-Thugyan fi Syarh ‘ala Mandzumah Syu’ab al-Iman

h.      Al-Aqd as-Samin fi Syarh ‘ala Mandzumah as-Sittin Masalah al-Musammah al-Fath al-Mubin

4.      Bidang Tasawuf

a.       Maraqi al-Ubudiyah fi Syarh ‘ala Bidayah al-Hidayah

b.      Misbah adz-Dzulam ‘ala al-Hikam fi Syarh al-Burdah

5.      Bidang Fiqh

a.       Kasyifah as-Saja fi Syarh Safinah an-Najah

b.      Nihayah az-Zain fi Irsyad al-Mubtadi’in bi Syarh Qurrat al-‘Ain bi Muhimmat ad-Din

6.      Bidang Tarikh

a.       Madarij ash-Shu’ud fi Syarh ‘ala Maulid al-Barzanji

b.      Fath ash-Shamad fi Syarh ‘ala Maulid an-Nabawi

c.       Ad-Durar al-Bahiyyah fi Syarh al-Khashaish an-Nabawiyyah

7.      Bidang Tata Bahasa Arab

a.       Lubab al-Bayan fi Syarh ‘ala Risalah asy-Syekh Husain al-Maliki fi al-Isti’arah

b.      Al-Fushus al-Yaquthiyyah fi Syarh ‘ala Kawakib al-Jaliyyah fi al-Ajurumiyyah



* * *



    Sejarah intelektual Indonesia telah menorehkan nama-nama besar bertaraf dunia, salah satunya yang paling terkenal ialah Syekh Nawawi al-Bantani. Ia menempuh pendidikan sangat panjang baik di Indonesia maupun di Timur Tengah. 

    Ia sukses menjadi ulama Indonesia yang sangat disegani. Kebesaran namanya menginspirasi banyak pelajar Indonesia, bahkan murid-murid beliau menjadi ulama-ulama pesantren yang secara akademik masih melestarikan pemikirannya.

 

Wallahu a’lamu bishshowab

Posting Komentar

0 Komentar