Cipt. Fikrie Allifudin
Dengarkanlah kasih
Kan kukisahkan huru-hara bentala sakit
Saban yaum ombang-ambing, kian sulit, kian melilit
Tak ubah, makin parah tingkah polah anak kandung
Ibu yang pertiwi ikut dipasung
Layaknya binatang yang terkurung didalam kandang
Sedang anaknya tak lucut gila perang
Merebut tahta, dapat harta, beli wanita
Untuk pesta syahwat rupanya
Mangklaim diri maha kebenaran
Merasa paling suci melebihi Tuhan
Janji sayang kesejahteraan tinggal kenangan
Sudah tergoda nikmat ranjang jabatan
Lain anaknya bernama koruptor
Ditangkap santun tak diborgol
Tertawa sumringah di depan komentator
Seolah tak bersalah wajah yang kotor
Berlagak negarawan sejati
Ternyata sekumpulan partai pencuri
Anaknya yang lain bernama hakim
Sarjana hukum tingkahnya beriklim
Hukum rakyat yang kaya bisa ditawar upaya
Dengan keuangan maha segala-galanya
Soal rakyat miskin sengsara, persetan semuanya
Salah tak salah dipalu saja
Lain kasihan anaknya yang kecil lagi terkucil
Masih terbius jajanan es krim kemerdekaan labil
Saudara-saudara lain lebih prihatin
Kafir-mengkafirkan agama candaan biasa
Degradasi moral menyangkal dari akal
Hilang sentuhan manusia saling memanusiakan
Adat budaya tinggal bayang-bayang
Nasionalisme bersemayam wacana usang
Ibu yang pertiwi tak bisa berbuat apa-apa
Hanya merintih mengapa benih durjana tertakdir lahir
di rahimnya
Ibu yang pertiwi mampus terkoyak-koyak ambisi
Tubuhnya seksi dijamah gedung tak berfungsi
Ibu yang pertiwi menangis darah jadi banjir
Kutukan untuk anaknya hengkang kocar-kacir
Sudah begitulah kekasihku
Kisah angkara ratapan hati menjadi bulan-bulanan tak
terperi Indonesiawi
Mana lagi komedi yang seasyik ini?
Selain legenda Balada Ibu Pertiwi
0 Komentar