Like Us Facebook

Puisi: Balada Bumi Pertiwi

 



Cipt. Fikrie Allifudin

Dengarkanlah kasih

Kan kukisahkan huru-hara bentala sakit

Saban yaum ombang-ambing, kian sulit, kian melilit

Tak ubah, makin parah tingkah polah anak kandung

Ibu yang pertiwi ikut dipasung

Layaknya binatang yang terkurung didalam kandang

Sedang anaknya tak lucut gila perang

Merebut tahta, dapat harta, beli wanita

Untuk pesta syahwat rupanya

Mangklaim diri maha kebenaran

Merasa paling suci melebihi Tuhan

Janji sayang kesejahteraan tinggal kenangan

Sudah tergoda nikmat ranjang jabatan

Lain anaknya bernama koruptor

Ditangkap santun tak diborgol

Tertawa sumringah di depan komentator

Seolah tak bersalah wajah yang kotor

Berlagak negarawan sejati

Ternyata sekumpulan partai pencuri

Anaknya yang lain bernama hakim

Sarjana hukum tingkahnya beriklim

Hukum rakyat yang kaya bisa ditawar upaya

Dengan keuangan maha segala-galanya

Soal rakyat miskin sengsara, persetan semuanya

Salah tak salah dipalu saja

Lain kasihan anaknya yang kecil lagi terkucil

Masih terbius jajanan es krim kemerdekaan labil

Saudara-saudara lain lebih prihatin

Kafir-mengkafirkan agama candaan biasa

Degradasi moral menyangkal dari akal

Hilang sentuhan manusia saling memanusiakan

Adat budaya tinggal bayang-bayang

Nasionalisme bersemayam wacana usang

Ibu yang pertiwi tak bisa berbuat apa-apa

Hanya merintih mengapa benih durjana tertakdir lahir 

di rahimnya

Ibu yang pertiwi mampus terkoyak-koyak ambisi

Tubuhnya seksi dijamah gedung tak berfungsi

Ibu yang pertiwi menangis darah jadi banjir

Kutukan untuk anaknya hengkang kocar-kacir

Sudah begitulah kekasihku

Kisah angkara ratapan hati menjadi bulan-bulanan tak 

terperi Indonesiawi

Mana lagi komedi yang seasyik ini?

Selain legenda Balada Ibu Pertiwi

Posting Komentar

0 Komentar