Like Us Facebook

Tashrifan, Memahami Pentingnya Belajar Kitab Amtsilah at-Tashrifiyyah



Bagi para santri, tasrifan merupakan kegiatan yang mungkin membosankan dan monoton. Mung ngono-ngono tok. Namun di balik itu semua, Tasrifan mempunyai manfaat yang begitu besar  


Oleh: Taufik Kurrakhman

Mengalahkan rasa ngantuk sebelum sang fajar benar-benar  menampakkan siluet merahnya sudah menjadi hal biasa bagi santri. Tak terkecuali adik-adik santri Al-Iman Bulus junior yang masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyyah kelas 7, 8 serta Isti’dad. Setiap pagi, setelah subuh, mereka pergi ke ruang kelas guna melakukan kegiatan rutin bernama “tashrifan”. 

    Bagi para santri, tashrifan merupakan kegiatan yang mungkin membosankan dan monoton. Mung ngono-ngono tok. Namun dibalik itu semua, tasrifan mempunyai manfaat yang begitu besar. Mengapa demikian? Tim redaksi BILQOLAM kali ini akan sedikit memaparkan mengapa kita harus tashrifan.  

    Kegiatan tashrifan yang kita kenal selama ini, dan kebanyakan di Pondok Pesantren lainnya, khususnya pesantren alat (gramatikal Arab), adalah metode belajar dalam ilmu Sharaf dengan cara melantunkan dan menghafal urutan dan memahami logika sederhana perubahan kata dalam bahasa Arab sesuai wazan-wazan atau rumus tertentu dengan berpedoman pada kitab kecil bernama “Amtsilah at-Tashrifiyah”.  

    Meskipun kecil, kitab ini bisa dikatakan sebagai kitab paling sistematis, paling ringkas, dan sederhana dalam bidang Sharaf (morfologi bahasa Arab) yang dikarang di awal abad ke-20. Di dalamnya dipaparkan dua model tashrif, yakni tashrif istilahy dan tashrif lughawy. Tashrif istilahy menekankan santri agar dapat memahami perubahan dari satu sighat (bentuk kata) ke sighat yang lainnya. Sedangkan tashrif lughawy lebih fokus pada perubahan dalam satu sighat namun dengan varian yang berbeda berdasarkan gender, sudut pandang pembicaraan, dan jumlah subjeknya. Kedua model tashrif ini masing-masing dikelompokkan dalam bab yang berbeda-beda berisi kumpulan kata (mauzun) dengan menjadikan sebuah wazan sebagai patokannya. 

    Nah, yang menarik, Syaikh Ma’shum bin Ali dalam mengarang kitab ini memilihkan setiap kata yang ada dalam bab-bab tersebut sudah berdasarkan macam-macam bentuk kata berdasarkan konstruksi jenis hurufnya (bina’). Sehingga kata (mauzun) yang terkumpul dalam satu bab merupakan delegasi atau perwakilan dari kemungkinan seluruh kata dalam bahasa Arab  yang mengikuti wazan dalam bab tersebut. Itulah alasan mengapa seluruh kata yang ditampilkan dalam kitab Amtsilah at-Tashrifiyah disebut sebagai lafal “muthabaqah”. Yakni kata yang memiliki kecocokan tashrif karena memiliki konstruksi jenis huruf yang sama dengan kata dalam bahasa Arab yang tidak disebutkan di kitab ini. Dengan demikian, apabila kita menghafal kitab kecil ini kita telah menghafal miniatur morfologi dari keberagaman dan banyaknya kosakata dalam bahasa Arab.  

    Sehingga menjadi sangat penting bagi para santri, khususnya santri Al-Iman untuk mempelajari dan memahami kitab tashrifan ini. Karena dengan mempelajari dan memahami kitab kecil ini, maka kita akan memahami substansi pokok dalam ilmu Sharaf yakni logika tashrif. Dengan bekal logika tashrif kita akan lebih mudah mengidentifikasi redaksi kata demi kata dalam teks bahasa Arab khususnya kitab kuning. Tidak mengherankan jika kitab Amtsilah at Tashrifiyah menjadi kitab yang sangat fenomenal. Tidak terhitung berapa banyak santri yang menjadi mahir membaca kitab kuning karena belajar kitab yang satu ini. 

Posting Komentar

0 Komentar