Like Us Facebook

Respon Otak ketika Nglalar

 


 

Sel-sel syaraf dalam otak kita itu seperti hutan belantara yang tidak terjamah. Ketika kita nglalar suatu hafalan, maka terbentuklah jalan setapak yang menghubungkan sel-sel syaraf tersebut.

 



Oleh: Bagus Akhmad Mustafid

Menghafal dalam tradisi pondok pesantren merupakan makanan keseharian santri. 

    Salah satu metode yang biasa dilakukan santri dalam mengingat hafalan adalah lalaran. Lalaran memang sudah menjadi ciri khas pondok pesantren dalam melancarkan hafalan. 


* * *


Bagaimana tidak? lalaran di beberapa pesantren salaf sudah mendarah daging dan tidak bisa dipisahkan. 

    Banyak sekali nadzam (syair Bahasa Arab) yang dihafal para santri dengan cara me-lalar, seperti Nadzam Alfiyah Ibn Malik, al-'Imrithy, al-Maqshud, Qowaidul Fiqh dsb. 

    Tak mengherankan jika di Ponpes Al-Iman tercinta kita, juga menerapkan metode (lalaran) ini dalam keseharian santri. 

    Hal ini membuktikan bahwa lalaran adalah salah satu metode ideal untuk mengingat hafalan dan menjembatani pemahaman ilmu.

 

Mengapa hafalan seakan harus berbarengan dengan lalaran ?

Mungkin pertanyaan tersebut telah terngiang dari pembaca. Sebenarnya hal tersebut telah disinggung dalam kitab Ta'lim al-Muta'allim, sebagai berikut:

 

وأقوى أسباب الخفظ الجد والمواظبة

"Hal paling kuat yang dapat menyebabkan mudah untuk menghafal adalah kesungguhan & kontinuitas

 

    Dalam kamus at-Taufiq, المواظبة berarti 'nglanggengaken' (Jawa), atau melafadzkan secara berkala (continue). Hal inilah yang biasa kita sebut sebagai nglalar.

    Menurut Groves dan Rebec (dalam Afiatin, 2001, Belajar Pengalaman untuk Meningkatkan Memori) supaya ingatan itu berguna, maka hal itu harus dikeluarkan kembali dari tempat penyimpanannya. 

    Pengeluaran kembali informasi ini untuk mencegah terjadinya lupa. Dari statement ini, terjawablah sudah bahwa nglalar merupakan kunci dari hafalan agar tidak melupakannya.


Lantas, bagaimanakah respon otak kita ketika nglalar ?

Salah satu keistimewaan yang dimiliki manusia adalah otak, yang salah satunya berfungsi sebagai penyimpan memori. 

    Memori yang begitu banyak bisa tersimpan dalam otak baik secara sadar maupun tidak. Sehingga, ingatan itu menjadi sebuah karakter atau ciri khas tersendiri bagi manusia yang tidak diberikan kepada makhluk selain manusia. 

    Hal ini senada dengan sepenggal nadzham dalam kitab Ta'lim al-Muta'allim, yang berbunyi:

 

فإن الحفظ فضل مــــــــن الله

 

"Hafalan itu adalah anugerah dari sisi Allah Swt."

 

Bermacam-macam jenis ingatan dan informasi ada di dalam otak manusia. Selama otak dalam keadaan sehat, manusia akan selalu melakukan proses mengingat. 

    Otak tidak bekerja sendirian pada saat proses mengingat, perlu adanya kerjasama dengan organ lain, diantaranya adalah panca indera.

Panca indera menerima informasi yang kemudian diantar ke otak untuk diolah dan disimpan. 

    Lalu, pada saat-saat tertentu bila dibutuhkan, otak akan mengeluarkan informasi tersebut sebagai bentuk mengenali. Wujud dari mengenali adalah dengan diucapkan, ditunjukkan, atau dituliskan.

    Sel-sel syaraf dalam otak kita itu seperti hutan belantara yang tidak terjamah. Ketika kita nglalar suatu hafalan, maka terbentuklah jalan setapak yang menghubungkan sel-sel syaraf tersebut. 

    Dalam ilmu syaraf, jalan setapak ini disebut Neural Pathways. Neural Pathways ini tergambar seperti jalan setapak yang ada di hutan belantara. 

    Jadi, ketika kita menghafal nadzam-nadzam hanya setengah-setengah dan tidak juga me-lalar-nya,  maka jalan setapak itu akan dengan mudah kembali tertutup dengan semak belukar hutan belantara, bahkan hilang tidak berbekas.

    Ketika suatu ilmu (melalui nadzam) itu terus menerus kita hafalkan dengan sangat kuat dengan cara me-lalar-nya, maka jalan setapak itu menjadi seperti jalan yang dicor atau diaspal, sehingga akan tetap ada dan akan mudah ditemukan kapan saja dibutuhkan. 

    Bisa kita contohkan ketika sedang lalaran, maka dengan sendirinya hafalan yang dimana semakin kuat di-lalar, maka akan semakin kuat dan mudah kita untuk mengingatnya, seperti halnya jalan yang diaspal yang akan dengan mudah untuk dilewatinya.

    Nah, ketika kita mengingat hafalan, kok tidak lancar?. Intropeksi dirilah, seberapa besar usaha kita dalam  me-lalar hafalan tersebut. 

    Maka dari itu, ayo bumikan terus lalaran dan tunjukan kekhasan kita sebagai santri yang telah terekspos sebagai pengingat hafalan yang kuat.

 

Ingat!

 

الجد والمواظبة

 

"Sungguh-sungguh dan continue (terus-menerus)"

 

 

Sekian,

Waallahu 'alamu bisshawwab

Posting Komentar

0 Komentar