Acara haul di pondok Al-Iman dilaksanakan setahun sekali, yaitu setiap akhir bulan Sya’ban, untuk mengenang perjuangan dan syiar-syiar dakwah para masyayikh pondok kita khususnya beliau al-Maghfurlah as-Sayyid KH. Agil bin Muhammad Ba'abud.
Oleh: Taufik Kurakhman
Akhir-akhir ini, sedang begitu ramai perbincangan mengenai Islam Nusantara. Semenjak KH. Said Aqil Siraj terpilih menjadi Ketum PBNU, term yang satu ini gencar dipromosikan ke tengah umat. Islam Nusantara adalah gabungan nilai islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya, dan adat istiadat di Tanan Air. Ini bukan hal baru di Indonesia. Sebagaimana diberitakan Republika, beliau mengatakan, konsep Islam Nusantara menyinergikan ajaran Islam dengan adat istiadat lokal yang banyak tersebar di wilayah Indonesia. (Republika Online, 10 Maret 2015).
Islam Nusantara memang kental dengan banyaknya macam-macam budaya dan tradisi. Salah satu tradisi yang masih terus dilestarikan adalah peringatan haul. Kata haul (حول) secara etimologis berasal dari bahasa Arab yang artinya setahun. Dalam terminologis, tradisi Islam Nusantara dikenal sebagai peringatan setahun sekali berkenaan dengan wafatnya seorang ulama, habaib, atau tokoh kharismatik. Peringatan yang satu ini memang sudah lazim dilakukan baik oleh banyak organisasi atau perorangan. Ada yang secara sederhana mengundang saudara dan tetangga dengan membaca tahlil atau khatmil Qur'an. Ada pula haul yang dilaksanakan dengan gebyar pengajian umum dengan forum terbuka dengan mengundang da'i atau ulama untuk berceramah. Intinya adalah bagaimana agar perjuangan, dakwah dan syi'ar agama yang pernah di-ikhtiari suatu tokoh dapat diteladani oleh masyarakat dan seolah dihidupkan kembali spiritnya.
Sejalan dengan itu, pesantren sebagai lembaga pendidikan, bukan hanya sekedar mencetak generasi santri sebagai kaum intelektual religius. Pesantren juga menjadi pelopor sekaligus penjaga budaya dan tradisi Islam khas Nusantara. Di pesantren lah para santri dikenalkan dengan berbagai macam peringatan hari-hari besar keagamaan atau hari-hari tertentu yang didalamnya terdapat unsur kebudayaan khas Islam Nusantara. Salah satu contohnya adalah peringatan haul untuk para masyayikh atau muassis yang sudah pasti diadakan di semua pesantren di Indonesia. Tak terkecuali di pesantren kita ini yang juga rutin dalam mengadakan peringatan haul.
Acara haul di pondok Al-Iman dilaksanakan setahun sekali, yaitu setiap akhir bulan Sya’ban, untuk mengenang perjuangan dan syiar-syiar dakwah para masyayikh pondok kita khususnya beliau al-Maghfurlah as-Sayyid KH. Agil bin Muhammad Ba'abud. Hitungan peringatan haul pun disandarkan sesuai dengan tahun wafat dari muassis atau pendiri pondok kita ini, yang wafat pada tahun 1987 M. tepatnya hari Jum'at, 7 Dzulqo'dah 1409 H/3 Juli 1987 M.
Sayyid Agil (panggilan akrab beliau) adalah salah satu tokoh penting dalam pengembangan agama Islam di Kabupaten Purworejo. Beliau dikenal sebagai tokoh yang memiliki visi pendidikan yang modern. Dimana pada waktu itu, belum banyak tokoh-tokoh yang mengembangkan pendidikan pesantren dengan model klasikal. Pada masa Sayyid Agil, pesantren-pesantren di Purworejo seperti Berjan, Maron, Sindurjan, dan sebagainya masih menggunakan model pesantren salaf Non-klasikal. Sayyid Agil lah yang berinisiatif mendesain pembelajaran pesantren dengan model klasikal-madrasi dengan kurikulum berjenjang antar kelas di Kabupaten Purworejo. Beliau pula yang mendirikan Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah untuk pertama kalinya di Purworejo dibawah naungan Yayasan Al-Iman yang sekaligus terintegrasi dengan Pondok Pesantren.
Dengan perjuangan dakwah dan syiar beliau, para masyayikh serta guru-guru kita lah kita dapat mengambil manfaat dari apa yang telah dirasakan bersama saat ini, yakni ilmu dan kenyamanan belajar di dalam kelas. Maka tak perlu ragu lagi untuk senantiasa meneladani ulama dan meniru perjuangan mereka yang salah satunya dapat direalisasikan dengan turut menyukseskan acara haul mendatang. Apalagi peringatan Haul juga dibarengi dengan haflah akhirussanah yang merupakan simbol ungkapan rasa syukur setelah dalam satu tahun mengkaji berbagai macam kitab yang dipelajari sesuai grade atau tingkatan kelas masing-masing.
1 Komentar
Sangat bermanfaat. Terimakasih🙂
BalasHapus