Like Us Facebook

Artikel Pesantren: Malu Bertanya, Sesat di Jalan


Dalam metode pembelajaran, bertanya memiliki peran besar dalam mengembangkan arus pemikiran murid dan memperbaiki pemahaman murid dari hal yang belum jelas maupun belum diketahui.



Oleh: Bagus Akhmad Mustafid

Bertanya merupakan salah satu proses vital dalam mencari atau memahami sesuatu agar tercapai apa yang dikehendaki. 

Namun, belakangan ini hanya untuk mengutarakan pertanyaan saja mungkin banyak yang malu atau malas. 

Malahan, banyak yang memilih bertanya mbah google daripada bertanya kepada guru atau orang yang pandai dalam bidangnya. 

Yang mungkin semua orang tahu, jawaban mbah google kebenarannya masih banyak yang perlu dipertanyakan kekredibelitasnya. 

Alangkah baiknya kita sebagai manusia yang berperadaban untuk menyaring informasi-informasi yang beterbangan di dunia maya. Jika offline masih bisa kenapa harus online. 


* * *


Oke, lanjut mengenai "bertanya", dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), makna bertanya adalah meminta keterangan (penjelasan). 

Bertanya merupakan metode untuk menambah pengetahuan wawasan. 

Dalam agama Islam sendiri bertanya merupakan salah satu warisan dalam literatur kehidupan yang perlu dijaga dan dilestarikan eksistensinya. 

Dahulu, para sahabat selalu bertanya kepada Rasulullah terhadap sesuatu yang belum diketahui secara pasti.

Dalam metode pembelajaran, bertanya memiliki peran besar dalam mengembangkan arus pemikiran murid dan memperbaiki pemahaman murid dari hal yang belum jelas maupun belum diketahui.

Syekh Ibnu Ruslan dalam nadhom Matan az-Zubad berkata, 

مَنْ لَمْ يَكُنْ يَعْلَم ذَا فَلْيَسْأَلْ

“Barang siapa belum tahu, hendaklah ia bertanya.” 


Lalu, kepada siapakah kita seharusnya bertanya?

Seperti dalam pembahasan awal, orang yang kita tanyai tidaklah bileh sembarang orang. Kita harus bertanya pada seseorang yang membidangi permasalahan kita. 

Sebagaimana Firman Allah Swt dalam Surah an-Nahl: 43, yang berbunyi,

....... فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ (43)

“… Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (an-Nahl: 43).

Imam Fakhrudin ar-Razi –pakar tafsir- dalam tafsirnya menafsirkan lafal الذِّكْرِ dengan makna ilmu (أي العلم) yang menjadikan makna أَهْلَ الذِّكْرِ adalah seorang yang mempunyai pengetahuan.


Semasa Rasulullah Saw masih hidup, para sahabat diperintahkan bertanya kepada beliau terhadap sesuatu hal yang belum diketahui atau belum dipahami. 

Seperti yang tertera pada suatu hadits Nabi Saw: 

ثُمَّ قَالَ: «مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَسْأَلَ عَنْ شَيْءٍ فَلْيَسْأَلْ، فَلاَ تَسْأَلُونِي عَنْ شَيْءٍ إِلَّا أَخْبَرْتُكُمْ، مَا دُمْتُ فِي مَقَامِي هَذَا».....

Kemudian beliau bersabda: ”Bertanyalah kepadaku! Tidaklah kalian bertanya kepadaku, melainkan aku akan jelaskan jawabannya kepada kalian. (Shohih Bukhori, No. 504)


Lalu, bagaimana ketika kita tidak dapat menjumpai seseorang yang ‘alim?

Berkelana mencari ilmu, itu adalah solusi terbaik. Untuk zaman sekarang solusinya banyak, semisal: sekolah, mondok di pesantren, privat, dan sebagainya. 

Syekh Ibnu Ruslan dalam nadzom matan az-Zubad berkata,

مَنْ لَمْ يَجِدْ مُعَلِمًا فَلْيَرْحَلْ

“Barang siapa yang tidak menemukan guru, maka berkelanalah dalam mencarinya.”

Dalam dunia pengembaraan ilmu kita dapat mengambil contoh Nabi Musa as yang berkelana menuju kepada Nabiyullah Khidzir As untuk mendapatkan ilmu hikmah darinya. 

Dalam dunia perawi hadits, hanya karena untuk mencari keshohihan satu hadits, Jabir ibn Abdullah rela melakukan perjalanan satu bulan untuk menemui sang guru ‘Abdullah Ibn Anas ra. 

Maka kiranya tepat, apa yang dikatakan oleh Syekh Ibnu Kholdun dalam kitabnya yang mukaddimah bahwa, 

إِنَّ الرِّحْلَةَ فِي طَلَبِ الْعُلُوْمِ وَلِقَاءِ الْمَشَيِخَةِ مَزِيْدُ كَمَالٌ فِي التَّعَلُّمِ

“Sesungguhnya mengembara ilmu dan bertemu dengan guru merupakan pelengkap kemuliaan dalam belajar.”

Dengan proses inilah, karakter sang muta’alimin tertanam dengan menunjukkan sikap hormat, takdzim, dan patuh kepada sang guru.

Penulis mencoba mencontohkan dalam dunia pesantren yang dikenal sebagai lahan belajar para pengelana ilmu. 

Tanya jawab merupakan hal yang vital dan metode yang dibilang efektif dalam pembelajaran juga merupakan interaksi antara murid dengan guru, dimana guru memberikan kesempatan kepada murid-muridnya untuk berani mengajukan pertanyaan. 

Di sinilah manfaat pertanyaan tersebut, dimana guru dapat mengukur tingkat pemahaman murid-muridnya dan sang murid pun akan mendapatkan jawaban yang memuaskan atas pertanyaannya kepada sang guru.


* * *


“Janganlah takut bertanya nak, Ingat! Malaikat saja nanti juga akan memberikan pertanyaan kepadamu.”  


Wallahu a’lamu bishshowab.

Posting Komentar

0 Komentar