Cipt. A. Miftakhul Chawaji
Pada sebuah cangkir
Jejak bibir yang berdesir,
terusir oleh air mata yang mendadak mencair
Tak satupun menyisakan tafsir
Pada sebuah kopi
Semua sunyi, sepi dan nyeri
katanya akan lekas terampuni
dan kita tak pernah sendiri
Namun kenapa pada sebuah diri
Kita selalu saja berkelahi?
Dengan saling mengintimidasi?
Purworejo, 19 juni 2020
0 Komentar